JKN-KIS penolong di saat tak terduga

id Bpjs

JKN-KIS penolong di saat tak terduga

Sepasang suami istri ini merasa terbantu sekali dengan adanya JKN-KIS untuk pengobatan anaknya. (Ist)

Sepekan terakhir Muharman diliputi rasa bahagia bercampur was-was menunggu kelahiran anak pertama yang tengah dikandung sang istri tercinta Nela Indrayani.

Jurnalis pada salah satu koran harian di Sumatera Barat tersebut telah rutin melakukan kontrol kandungan istrinya sejak masa awal kehamilan.

Ia pun bersyukur karena berdasarkan keterangan bidan, kandungan istri dalam kondisi baik sehingga sosok yang akrab disapa Mul tersebut tak sabar berjumpa dengan sang buah hati.

Akhirnya tepat tanggal 28 April 2018 seorang bayi perempuan lucu terlahir secara normal pada pukul 2.20 WIB di salah satu bidan di Korong Gadang Kota Padang. Bayi tersebut diberi nama Alifiya Farzana Shaqeena.

Karena selama ini Mul bekerja di perusahaan dan telah didaftarkan sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola BPJS Kesehatan, ia tak lagi terlalu dipusingkan oleh biaya yang harus dikeluarkan.

Sejak melakukan kontrol kehamilan ia selalu difasilitasi oleh Program JKN-KIS. Namun, dibalik kebahagiaannya menyambut kelahiran sang putri ternyata menurut bidang si bayi terminum air ketuban sehingga butuh tindakan medis yang mengharuskan dirujuk.

Awalnya, bayi Alifiya dirujuk ke Rumah Sakit Tentara Reksodiwiryo Padang oleh bidan.

Setiba di sana bayi langsung dimasukan ke inkubator untuk mendapatkan penanganan karena kondisinya drop dan nafasnya sesak.

Namun beberapa saat kemudian petugas mengatakan dokter anak sedang tidak ada dan merekomendasikan agar bayi dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M. Djamil Padang.

khirnya setelah sempat berada di inkubator RST selama satu ham Alifiya dibawa ke RSUP M Djamil dan langsung mendapat penanganan di ruang NICU.

Sejak saat itu Mul beserta istri harus melewati hari yang berat berharap sang buah hati segera pulih dan berkumpul bersama mereka di rumah.

Penantian mereka kian panjang karena dalam sehari hanya diperbolehkan melihat buah hati dua jam yaitu pukul 11.00 hingga 12.00 WIB dan pukul 16.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.

Setiap hari tak putus Mul berdoa agar buah hatinya segera pulih. Bahkan untuk ASI pun harus diperas dan diantar ke rumah sakit.

Beruntung ada rumah saudaranya di belakang Rumah Sakit sehingga lebih dekat untuk melihat anaknya.

Kerinduan pasangan ini untuk bisa berkumpul dengan buah hati kian membuncah. Apalagi saat kunjungan terkadang oleh perawat diizinkan memegang anak, kadang di waktu lain hanya bisa melihat saja dari luar inkubator.

Tetapi Mul bersyukur karena ia tak dipusingkan betul dengan biaya perawatan karena semua sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan

Ia pun mendapat cerita dari orang tua bayi lain bahwa tarif perawatan di inkubator tersebut mencapai Rp3 juta per hari dan ada yang karena belum aktif JKN-KIS harus mengeluarkan biaya hingga Rp17 juta padahal baru dirawat beberapa hari.

Alhamdulillah kalau soal biaya tidak ada masalah, paling diminta membeli tisu atau sarung tangan, kata dia.

Setelah penantian hingga 45 hari doa Mul terjawab tepat 11 Juni Alifiya diizinkan dokter pulang karena kondisinya sudah membaik.

Hari yang amat dinantikan tiba bisa membawa si buah hati pulang ke rumah setelah sebelumnya hanya bisa menatap dari balik inkubator dengan ventilator terpasang di hidung.

Belajar dari pengalaman tersebut ia berharap Program JKN-KIS lebih disosialisasikan kepada masyarakat terutama kalangan bawah dan masyarakat pun lebih peduli dengan mencari tahu informasinya.

Apalagi ia melihat langsung bagaimana mereka yang karena ketidaktahuannya akhirnya harus mengeluarkan biaya besar untuk berobat.

Kepada yang menunggak iuran ia mengingatkan untuk membayar secara rutin karena kalau dibiarkan menunggak akan berat dan menumpuk.

Akhirnya kalau sewaktu ada keluarga yang sakit dan butuh biaya harus diselesaikan dulu tunggakan yang ada tentu mahal jadinya, kata dia.