Nagari Kapalo Koto Padang Pariaman bersiap jadi Nagari Sabermas

id Nagari Sabernas

Nagari Kapalo Koto Padang Pariaman bersiap jadi Nagari Sabermas

Salah seorang warga yang mendapat bantuan jamban diĀ  Nagari Kapalo Koto, Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman, Sumbar, Tuti menunjukkan jamban yang selesai dibangun. (ANTARA SUMBAR/Aadiaat M.S)

Tinggal 500 warga lagi yang belum terdaftar ke JKN, sedangkan rumah yang tidak memiliki jamban tinggal 11 unit
Parit Malintang, (Antaranews Sumbar) - Nagari Kapalo Koto, Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat bersiap menjadi nagari yang menjalankan program semalam bersama masyarakat (Sabermas).

"Segala persiapan telah dilakukan agar nagari ini sukses melaksanakan Sabermas dan menjadi percontohan di Padang Pariaman," kata Wali Nagari Kapalo Koto, Soni Saputra di Nan Sabaris, Kamis.

Ia mengatakan ada sejumlah indikator agar nagari tersebut bisa menjalankan Sabermas.

Namun dari sejumlah indikator untuk Sabermas, lanjutnya tinggal dua indikator lagi yang harus dipenuhi dalam beberapa hari terakhir.

Ia menyebutkan dua indikator yang belum terpenuhi tersebut yaitu warga tidak lagi buang air besar sembarangan (BABS) dan seluruh warga terdaftar di jaminan kesehatan nasional (JKN).

"Tinggal 500 warga lagi yang belum terdaftar ke JKN, sedangkan rumah yang tidak memiliki jamban tinggal 11 unit," katanya.

Ia menyampaikan sebelumnya rumah yang tidak memiliki jamban di daerah itu mencapai 21 unit dan sekarang 10 unit rumah telah mendapatkan bantuan jamban yang disalurkan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Padang Pariaman.

Sedangkan 11 rumah yang belum memiliki jamban tersebut masih bisa menumpang dengan tetangga dan dianggap mampu membeli jamban sendiri.

Bantuan yang disalurkan Baznas tersebut berupa uang sebesar Rp900 ribu per rumah.

Salah seorang warga yang menerima bantuan dari Baznas, Tuti (43) mengatakan dirinya merasa beruntung mendapatkan bantuan jamban karena sebelumnya untuk buang air besar harus ke sungai.

"Hingga saat ini dana yang saya keluarkan untuk jamban tersebut sudah mencapai Rp1.200.000," ujarnya.

Ia mengatakan dirinya tidak mampu membuat jamban karena pekerjaan suaminya yang hanya kuli sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Untuk sementara dinding jamban yang dibangun tersebut terbuat dari terpal.

Salah seorang warga lainnya yang mendapatkan bantuan, Desri (38) mengatakan selama ini untuk buang air besar keluarganya harus menumpang ke rumah ibunya.

"Namun saat ini kondisi jambannya sudah tidak layak," kata dia.

Ia mengatakan hingga saat ini dana yang dikeluarkan untuk membuat jamban tersebut sudah mencapai Rp1.500.000.

"Rencanya jamban tersebut nantinya akan diberi dinding tembok namun untuk sementara rencananya pakai papan dulu," ujar dia.

Sama hal dengan Tuti, Desri juga tidak dapat membangun jamban karena pekerjaan suaminya hanya sebagai kuli.

Sementara itu Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) mendorong pemerintah daerah dan masyarakat untuk peduli denga sanitasi.

"Hingga April 2018 masih ada sekitar 39,5 persen masyarakat Padang Pariaman yang BABS," kata Staf Advokasi dan Koordinator Lapangan LP2M, Nofri Yani.

Ia mengimbau warga di daerah itu untuk tidak BABS dan meningkatkan akses terhadap jamban agar terhindar dari penyakit yang bersumber dari kebiasaan hidup yang tidak sehat. (*)