Wisata nuansa "Tempo Doeloe" di Ngarai Sianok

id surau lama

Wisata nuansa "Tempo Doeloe" di Ngarai Sianok

Surau Tuo Nek Kamsina di obejk wisata Rumah Pohon Inyiak ((Antara Sumbar/ Ira Febrianti))

Bukittinggi, (Antaranews Sumbar) - Objek wisata Rumah Pohon Inyiak yang berada di kawasan Ngarai Sianok, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), menyuguhkan wisata bernuansa zaman dahulu dengan membangun sebuah masjid tua.

Pengelola Rumah Pohon Inyiak, Ismail di Bukittinggi, Minggu, mengatakan kehadiran masjid tersebut juga menjadi pelengkap objek wisata itu sebagai tempat ibadah bagi pengunjung.

Masjid yang diberi nama Surau Tuo Nek Kamsina dibangun dengan bentuk semirip mungkin menyerupai surau di wilayah Minangkabau pada zaman dahulu.

Bentuknya seperti rumah panggung dengan rangka utama dari material bangunan tahun 1937, tanpa loteng, dinding kayu tanpa polesan cat dan bagian lantai dialasi tikar pandan.

Nama Nek Kamsina diambil dari nama pemilik lahan tempat fasilitas itu dibangun.

"Awalnya karena di sini sudah ada rumah lama Rumah Lontiak, pengunjung pernah menyampaikan agar ditambah fasilitas lain yang juga bernuansa klasik," kata Ismail.

Semula direncanakan membangun rangkiang namun karena belum mendapat izin dari tokoh masyarakat dan pemerintah setempat maka dibuka fasilitas lama yaitu surau tersebut.

Saat ini sejumlah fasilitas sudah ada di Rumah Pohon Inyiak yaitu area bermain anak, rumah pohon, cafe, replika Patung Merlion serta beberapa bangunan lain dari kayu dan bambu.

Fasilitas tersebut disandingkan dengan pemandangan tebing Ngarai Sianok sering dijadikan pengunjung sebagai latar berfoto.

"Lahan yang efektif digunakan untuk objek wisata di sini luasnya sekitar satu hektare. Area itu pula yang kini tengah kami ajukan perizinannya ke pemerintah daerah," katanya.

Tokoh Masyarakat setempat, Datuak Mangkudun mengatakan dengan ditambahnya fasilitas ibadah di objek wisata itu yang mengangkat ciri khas Minangkabau dapat menjadi pendukung pengembangan pariwisata beradat dan berbudaya.

Keberadan Surau Tuo Nek Kamsina, ujarnya diharapkan bisa menjadi benteng mencegah sekiranya ada pengunjung yang mungkin bertindak tidak sesuai dengan budaya setempat.***