Mengunjungi rumah kelahiran proklamator Bung Hatta

id Hatta, sejarah, proklamator, bukittinggi

Mengunjungi rumah kelahiran proklamator Bung Hatta

Pelajar melintas di depan Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta, Bukittinggi, Sumatera Barat. (Antara Sumbar/Syahrul R/18)

Memasuki kawasan Pasar Bawah Bukittinggi, Sumatera Barat, hiruk pikuk khas pasar tradisional begitu terasa dengan hilir mudik pembeli yang singgah dari satu pedagang ke pedagang lain.

Beberapa buruh angkut sesekali bersorak kepada pengunjung pasar yang hampir bertabrakan dengan gerobaknya yang membawa barang belanjaan.

Tidak jauh dari kesibukan aktifitas pasar tersebut, sebuah rumah bertingkat dua dengan bahan kayu berdiri menghadap jalan Soekarno Hatta. Di halamannya dua batang jambu bol tumbuh berdampingan, mengapit tiang bendera.

116 tahun yang lalu, di rumah tersebut telah lahir seorang anak laki-laki yang namanya kemudian dikenal di seantero negeri dan menjadi salah satu dari tokoh yang memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, Muhammad Hatta, anak dari pasangan Saleha dengan Muhammad Djamil.

Di halaman, sebuah beranda diapit oleh dua buah kamar di sisi kiri dan kanannya, pada kamar bagian kiri, tulisan Kamar Bujang di sisi atas pintu menjelaskan bahwa ruangan tersebut merupakan kamar yang biasa digunakan oleh Hatta kecil untuk membaca.

Memasuki rumah, di sudut kanan ruangan sebuah lukisan menghadirkan potret Hatta yang identik dengan kaca mata serta peci nasionalnya. Selain itu, jejeran foto-foto lama tentang perjalanan Hatta sedari kecil turut menghiasi dinding.

Di sekitar ruangan tersebut, terdapat dua buah kamar yang masing-masingnya digunakan oleh paman atau mamak Bung Hatta, kamar sebelah kiri digunakan oleh Mamak Shaleh, sementara kamar di sisi kanan digunakan oleh Mamak Idris.

Keluar dari dari bangunan utama, pada bagian belakang komplek rumah tersebut, berdiri dua buah lumbung padi yang semasa dulunya digunakan untuk menyimpan persediaaan beras. Sementara itu disisi lainnya sebuah bagunan lain berdiri kokoh dengan bahan beton.

Ruangan paling kiri dari bangunan tersebut adalah kamar Bung Hatta, Selain tempat tidur, pada salah satu sudut ruangan berdiri sebuah sepeda ontel yang sehari-harinya pernah ia gunakan.

Pada sisi kanan kamar tersebut terdapat dapur, kemudian kamar mandi, ruang perlengkapan bendi serta ruang tempat meletakkan 'bendi bugih' yang biasanya ditarik oleh kuda.

Melewati ruang makan, sebuah tangga kayu menghubungkan lantai satu dan lantai dua bangunan. Di lantai dua, setelah melewati beranda belakang, terdapat sebuah ruang tamu lain yang diisi oleh beberapa kursi tamu.

Dua buah kamar tidur saling berhadap-hadapan dengan dipisahkan oleh ruang tamu tersebut. Salah satu kamarnya merupakan kamar yang ditempati oleh kakek dan nenek Hatta, Aminah dan Ilyas Bagindo Marah.

Sementara di hadapan kamar tersebut adalah kamar tempat dimana Hatta pertama kali menghirup udara dunia, tepatnya pada 12 Agustus 1902. Tidak ada yang spesial dalam ruangan tersebut, hanya sebuah tempat tidur besar dan lemari kayu serta beberapa pajangan foto.

"Semenjak didirikan pada tahun 1860, rumah ini belum mengalami perubahan yang berarti, bahkan cat yang digunakan masih menyerupai warna asli," kata pengelola Museum Rumah Kelahiran Proklamator Bung Hatta, Dessi Warty.

Ia menceritakan, semasa kecil Bung Hatta jarang tidur di rumah, lantaran kebiasaan laki-laki di Minangkabau sedari kecil adalah tidur di surau guna menimba ilmu agama.

Sementara kamar baca yang ada pada bagian depan biasa digunakan ketika ia libur sekolah semasa menempuh pendidikan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Padang.

Dessi menambahkan, keberadaan Museum Rumah Kelahiran Proklamator Bung Hatta tersebut cukup menarik bagi setiap wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang ke Bukittinggi.

Dari seluruh pengunjung tersebut rata-rata didominasi oleh pelajar dan mahasiswa dibandingkan dengan masyarakat umum, biasanya selain berwisata mereka juga melakukan studi lapangan.

Beberapa tahun terakhir tingkat kunjungan ke museum tersebut selalu mengalamai peningkatan. Pada tahun 2015 jumlah pengunjung tercatat sebanyak 8.930 orang.

Selanjutnya pada tahun 2016 kunjungan meningkat menjadi 9.339 orang dan pada tahun 2017 tingkat kunjungan mencapai angka 10.489 pengunjung.

Salah seorang Pengunjung, Ananda Darmawan (50) mengatakan Bung Hatta merupakan salah satu pendiri bangsa yang begitu ia kagumi sejak dulu, sebab sumbangsih pemikiran serta perjuangannya membuahkan hasil yang manis bagi masyarakat Indonesia.

Baginya, Bung Hatta merupakan sosok yang harus diteladani oleh seluruh masyarakat, terutama generasi muda. Perjuangannya selama ini selalu mengedepankan masyarakat agar dapat menikmati demokrasi dan bebas dari penjajahan.

"Untuk menjadi negara yang makmur, maka masyarakat Indonesia harus meneladi sifat dan kepribadian beliau," ujarnya.

Ananda yang saat ini sudah memiliki kewarganegaraan Australia tersebut mengungkapkan, setelah mengunjungi rumah kelahiran Bung Hatta ia sempat terkejut lantaran kesederhanaan yang ia saksikan.

Pada awalnya ia menyangka Hatta lahir dari keluarga kaya dengan rumah gedung dan besar, setelah menyaksikan langsung ternyata sederhana.

"Sosok sederhana seorang Bung Hatta ternyata sudah ada sejak ia masih kecil, bukannya tinggal di rumah besar dan mewah, ternyata ia lahir di rumah berbahan kayu serta dinding dan loteng dari anyaman bambu," katanya.

Pengunjung lain, Ridha Fauza M (24) mengatakan kunjungan ke Rumah Kelahiran Bung Hatta dilakukan lantaran ketertarikannya kepada sejarah serta sosok Bung Hatta.

Dari sekian banyak pahlawan serta tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, Bung Hatta adalah salah satu sosok yang menarik untuk dikenal lebih jauh.

Tidak hanya sebagai proklamator, ia juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia, pemikirannya tidak hanya tentang perjuangan meraih kemerdekaan, akan tetapi juga perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui pemikiran-pemikiran di bidang ekonomi.

Selain itu, menurutnya Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta tersebut juga mudah untuk diakses karena berada di sekitar Pasar Bawah yang merupakan pasar tradisional di Bukittinggi serta lokasinya juga tidak jauh dari Jam Gadang.

"Bung Hatta merupakan salah satu tokoh nasional asal Bukittinggi yang ikut mendirikan Indonesia, sayang jika tidak disempatkan untuk mengunjungi rumah kelahirannya," katanya. (*)