Kematian gajah Sumatera di Bengkulu diselitik tim Forensik Balai KSDA

id gajah sumatera

Kematian gajah Sumatera di Bengkulu diselitik tim Forensik Balai KSDA

Ilustrasi. (Antara)

Sampel akan dikirim ke laboratorium di Bogor untuk mengetahui penyebab kematian gajah,
Bengkulu, (Antara) - Kematian seekor gajah Sumatera (Elephas maximus Sumatranus) di kawasan Hutan Produksi (HP) Air Teramang Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu diselidiki Tim forensik dokter hewan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung dengan mengambil 14 sampel dari bangkai binatang itu untuk mengetahui penyebab kematian satwa langka itu.

"Sampel akan dikirim ke laboratorium di Bogor untuk mengetahui penyebab kematian gajah," kata Kepala Bagian Tata Usaha BKSDA Bengkulu-Lampung, Suharno di Bengkulu, Minggu.

Ia menjelaskan gajah betina yang diperkirakan berumur di atas 20 tahun itu ditemukan sudah dalam kondisi membusuk di wilayah HP Air Teramang, yang masuk dalam wilayah Desa Retak Mudik, Kecamatan Sungai Rumbai, Kabupaten Mukomuko.

Lokasi kejadian berjarak 3,5 kilometer dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan telah berubah menjadi kebun sawit yang baru ditanam.

Di lokasi kejadian, tim menemukan kotoran dan jejak kaki kelompok gajah liar, serta dua pondok kebun telah dihancurkan oleh gajah liar.

Gajah kata Suharno diperkirakan mati pada 21 Juni 2018 dan tim mendatangi lokasi untuk melakukan bedah bangkai untuk sampel serta pemeriksaan tempat kejadian perkara pada Jumat (29/8).

"Hasil pemeriksaan toksikologi dan hispatologi untuk menegakkan diagnosa penyebab kematian satwa ini," ujarnya.

Apabila ada indikasi tindakan pembunuhan terhadap satwa lindung itu maka pelakunya akan dicari guna mendapatkan keterangan lebih lanjut mengenai adanya potensi ancaman terhadap keberadaan satwa liar di habitatnya.

Ia menambahkan bahwa HP Air Teramang dan sekitarnya merupakan habitat bagi populasi terakhir kelompok besar gajah liar di wilayah Provinsi Bengkulu.

Kawasan hutan yang berada di bawah pengelolaan KPHP Mukomuko itu pernah menjadi habitat kelompok terbesar gajah liar mencapai 40 ekor.(*)