Ingin keuntungan lebih, petani harus terapkan penanaman sistem tumpang sari

id Yurisman Yakub

Ingin keuntungan lebih, petani harus terapkan penanaman sistem tumpang sari

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Padang Pariaman, Yurisman Yakub. (Antara Sumbar/Aadiyaat MS)

Ketika petani memiliki kebun kelapa dan di lahan yang sama juga bisa ditanam kakao atau jagung, maka ketika pemupukan terhadap kakao kelapa juga ikut terpupuk
Parit Malintang, (Antaranews Sumbar) - Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat melalui dinas pertanian (Distan) mendorong petani di daerah itu untuk menerapkan penanaman sistem tumpang sari karena memiliki banyak keuntungan seperti menghemat penggunaan pupuk, lahan, dan waktu perawatan.

"Sistem tanam tumpang sari telah mulai diterapkan petani pada sejumlah komoditas, namun belum semua petani melakukannya," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Padang Pariaman, Yurisman Yakub di Parit Malintang, Rabu.

Ia menjelaskan ketika petani memiliki kebun kelapa dan di lahan yang sama juga bisa ditanam kakao atau jagung, maka ketika pemupukan terhadap kakao kelapa juga ikut terpupuk.

Dengan sekali pemupukan maka tidak saja tanaman kakao yang berbuah, kelapa pun juga akan menghasilkan buah yang banyak dari biasanya.

Oleh karena itu pihaknya mendorong petani di daerah itu untuk menerapkan sistem ini, karena dapat meningkatkan taraf perekonomian petani di daerah itu.

Ia menyebutkan setidaknya lebih dari 25 persen petani di daerah itu sudah menerapkan sistem tumpang sari tersebut yang rata-rata menggabungkan pohon kelapa dengan tanaman kakao.

Selain penggabungan tanaman kelapa dengan kakao, lanjutnya petani di daerah itu juga bisa menggabungkan kelapa dengan jagung, pepaya dengan kedelai, dan cabai.

Sementara itu, salah seorang petani setempat, Salam (43) mengatakan ia telah menerapkan sistem tanam tumpang sari sejak beberapa tahun terakhir.

Komoditas yang ia tanam yaitu gaharu yang digabungkan dengan pepaya dan jambu biji di lahan seluas satu hektare di Nagari Kurai Taji, Kecamatan Nan Sabaris.

"Pepaya dan jambu biji saya tanam di sela-sela pohon gaharu," ujarnya.

Ia menyebutkan kebun gaharu miliknya telah panen satu kali dengan nominal uang sekitar Rp10 juta.

Sedangkan produksi pepaya mencapai lima kilogram per hari dengan harga jual Rp4 ribu per kilogram, sedangkan produksi jambu biji lima sampai enam kilogram per hari dengan harga jual Rp7.500 per kilogram. (*)