Solok, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kota (Pemkot) Solok, Sumatera Barat memperkenalkan sekaligus meluncurkan Batik Belibis dan Tenun Batang Lembang pada acara Baralek Gadang pawai "arak bako" dalam peringatan HUT kota ke 47 tersebut.
Ketua Dekranasda Pusat, Bintang Puspayoga di Solok, Kamis mengatakan sangat mengapresiasi adanya kerajinan daerah yang menjadi ikon Kota Solok, dan diharapkan dapat membawa kota ini dikenal di Indonesia dan dunia nantinya.
"Batik Belibis dan Tenun Batang Lembang akan menjadi salah satu ikon produk kerajinan daerah ini, kerajinan ini harus terus berinovasi agar dapat bersaing dengan kerajinan daerah lain," ujarnya.
Ia berharap lahirnya batik Belibis dan Tenun Batang Lembang akan memunculkan kreativitas lain dari masyarakat kota ini untuk berinovasi dan menciptakan hal-hal lain yang membanggakan.
"Motif dan pengemasan harus menarik sehingga produk kerajinan ini mudah dikenal dan disukai pembeli," ujarnya.
Walikota Solok, Zul Elfian mengatakan peluncuran Batik Belibis dan Tenun Batang Lembang juga pawai "arak bako" yang mendapat rekor dunia MURI Indonesia merupakan hadiah bagi ulang tahun Kota Solok yang ke-47.
"Kita berharap adanya kerajinan batik Belibis dan tenun Batang Lembang akan menggairahkan UMKM di daerah ini dan memunculkan banyak pengusaha," ujarnya.
Ia mengatakan banyak khazanah budaya daerah lainnya yang bisa diangkat untuk promosi daerah, sehingga masyarakat harus bangga menjadi masyarakat Kota Solok dan Indonesia. Dinas Pariwisata dan UMKM akan berusaha untuk merangkul investor agar berinvestasi di Kota Solok.
"Sedangkan pawai "arak bako" ini mempunyai banyak makna bagi masyarakat, bako yang membawa beban berat di kepala tetap berjalan tegak merupakan pelajaran agar kita bekerja keras dengan ikhlas," ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Pariwisata Kota Solok, Elvi Basri mengatakan pawai arak bako ini sebenarnya hanya akan diikuti sekitar 1300 Bundo kanduang ternyata diikuti 1566 orang dan masyarakat Kota Solok dari 13 kelurahan, yang dimeriahkan dengan pawai paguyuban, tari massal, dan prosesi baralek gadang.
"Pawai "arak bako" yang merupakan ide awal lembaga kerapatan adat alam Minagkabau (LKAAM) dan Bundo Kandung dimulai dari Simpang Muhammmadiyah hingga simpang Denpal Kota Solok, yang ribuan bundo kanduang berjalan kaki beriringan membawa dulang (sejenis tempat makanan adat)," ujarnya.
Selain membawa dulang, arak bako juga membawa berbagai hadiah, selimut besar yang dihias, nasi kunyit yang dihias berbagai bunga kertas, dan lainnya.
Ia mengatakan bahwa pawai "arak bako" ini selain untuk memeriahkan HUT Kota Solok, upaya untuk melestarikan adat dan budaya daerah setempat juga untuk mengeratkan dan mengakrabkan persatuan masyarakat kota tersebut.
"Karena kita tidak mempunyai begitu banyak wisata alam, atau potensi lainnya, maka kesenian, adat dan budaya yang berlimpah yang harus ditonjolkan untuk menjual Kota Solok pada dunia," ujarnya. (*)