VRMP Sawahlunto Gelar Pelatihan Dasar Penyelamatan Vertikal

id VRMP Sawahlunto

Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Kelompok Vertical Rescue Merah Putih (VRMP) Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, menggelar Pelatihan Dasar Teknik Penyelamatan Vertikal yang dipusatkan di Lapangan Silo pada 4-6 November 2016.

"Untuk pelaksanaan kali ini, tercatat sebanyak 35 peserta dari berbagai kalangan seperti utusan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), unsur TNI dan anggota tim SAR dari beberapa daerah di Sumbar," kata Ketua Pelaksana Pelatihan Dasar Teknik Penyelamatan Vertikal, Hengki di Sawahlunto, Jumat.

Selama tiga hari ke depan, lanjutnya, para peserta akan dibekali materi tentang pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencegah, mengenali dan menanggapi keadaan darurat di ketinggian.

Agar setiap peserta nantinya mampu tampil sebagai inisiator dalam menyiapkan tim penyelamat disamping memiliki keterampilan dasar untuk melindungi diri sendiri pada setiap tindakan penyelamatan dilakukan.

"Hal itu sesuai dengan fungsi vertical rescue dalam sebuah operasi SAR yakni sebagai satuan dengan kemampuan khusus yang diterjunkan jika terdapat korban atau objek penyelamatan berada di medan curam serta di titik kemiringan vertikal sekalipun," jelasnya.

Sementara itu, salah seorang instruktur dari Badan Vertical Rescue Indonesia, Bonjoi, menjelaskan materi pembelajaran dilaksanakan dalam bentuk penyampaian materi serta studi pemecahan masalah yang berpotensi terjadi saat melaksanakan tugas penyelamatan.

Untuk materi bersifat teknis, lanjutnya, peserta akan dibekali kemampuan tentang penguasaan penggunaan peralatan, teknik perintisan jalur penyelamatan di ketinggian, rope system dan lain sebagainya.

"Seluruhnya materi langsung dipraktikkan oleh masing-masing peserta agar lebih memberikan gambaran yang jelas tentang fungsi dan aplikasi setiap materi ajar yang diberikan ketika menyelamatkan orang lain tanpa membahayakan diri sendiri," kata dia.

Sementara itu, salah seorang peserta pelatihan tersebut, Narto menilai kegiatan tersebut sangat positif dalam meningkatkan kemampuan setiap individu yang terlibat dalam sebuah operasi penyelamatan kebencanaan.

"Sejauh ini kendala utama adalah minimnya pengetahuan tim dalam melakukan tindakan SAR sehingga seringkali upaya penyelamatan menjadi tidak maksimal baik dari segi waktu maupun ketepatan strategi yang diterapkan," imbuhnya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kota Sawahlunto, Kapten Inf Muryanto, mengatakan minimnya fasilitas peralatan menjadi kendala utama masing-masing daerah untuk meningkatkan kemampuan penanganan kebencanaan.

"Meskipun panjat tebing belum dianggap olahraga populer, namun perlu terus dikembangkan karena ada manfaat lain yang bisa diperoleh jika suatu daerah memiliki pemanjat-pemanjat yang bisa diterjunkan setiap saat jika dibutuhkan dalam operasi penyelamatan di ketinggian," kata dia. (*)