Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Pejabat Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar), mengatakan kegiatan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga) merupakan bentuk investasi kesehatan secara jangka panjang.
"Meskipun kasus terjangkitnya masyarakat oleh penyakit tersebut terbilang cukup kecil pada 2016 yakni hanya tiga orang penderita, namun potensi penularan cukup tinggi terhadap segala usia dengan tingkat risiko bagi individu yang terkena bisa mengalami cacat permanen," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan dan Sosial setempat, dr Al Anshari di Sawahlunto, Senin.
Hal itu, jelasnya, berdasarkan penelitian salah satu badan perserikatan bangsa-bangsa, World Health Orgainzation (WHO), yang menyerukan setiap negara segera melakukan langkah-langkah eliminasi terhadap cacing filariasis dewasa yang hidup di dalam tubuh manusia dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu, selama lima tahun berturut-turut dengan repitisi pemberian obat sebanyak satu kali setahun.
Karena, lanjut dia, satu-satunya cara mencegah penularannya adalah dengan mematikan atau memandulkan cacing filariasis dewasa tersebut yang keberadaannya sulit dideteksi didalam tubuh.
"Langkah inilah yang mungkin dilakukan dalam memerangi peyakit kaki gajah, karena hingga saat ini para ahli belum menemukan obat bagi penderita penyakit tersebut," tegasnya.
Terkait pelaksanaan kegiatan belkaga di kota itu, pihaknya mengemukakan bertekad akan menuntaskan target sasaran pemberian obat anti kaki gajah yang resmi dicanangkan oleh Wali Kota Sawahlunto, Ali Yusuf, sejak 1 hingga 31 Oktober 2016 dengan sebaran target mencapai 100 persen.
Pada pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya, jelas dia, masih ditemukan beberapa masyarakat kota itu yang masih belum memahami kebijakan pemberian obat ini, namun secara umum terus menunjukkan kenaikan persentase pada tahun berikutnya.
"Jika pada 2013 hanya mencapai 69 persen dari jumlah penduduk, pada 2014 naik menjadi 82,3 persen dan pada 2015 mencapai 93 persen," kata dia.
Pihaknya berharap, memasuki pelaksanaan pada tahun kempat ini dapat berjalan lancar dan mendapat dukungan dari seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) beserta seluruh unsur masyarakat.
Ia mengakui, sampai saat ini masih ada ketakutan dari sebagian masyarakat untuk meminumnya karena ada beberapa efek yang akan dirasakan setelah mengkonsumsi obat tersebut seperti mual, diare, mengantuk, alergi, demam dan pusing.
Namun dari pengalaman sebelumnya tidak ditemukan atau didapati efek yang membahayakan keselamatan jiwa bagi yang meminumnya.
Menteri Kesehatan RI, Nila F Moeloek berkomitmen untuk memberantas penyakit kaki gajah di Indonesia hingga tereliminasi pada 2020.
"Harus kita wujudkan Indonesia bebas kaki gajah. Ini harus diwujudkan sungguh-sungguh karena dampak Filariasis ini bisa membuat cacat permanen, mengganggu masyarakat dan sosial," kata Nila pada acara puncak peringatan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga) di Kuala Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Senin. (*)