Kelulusan UN Masih Dirayakan dengan Mencoret Baju Seragam

id Coret baju seragam

Para siswa di Kota Padang tetap saja melakukan aksi coret seragam sekolah usai hasil ujian nasional untuk tingkat SMA sederajat diumumkan Jumat sore (15/5).

Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Habibul Fuadi telah mengistruksikan kepada semua kepala sekolah untuk mengingatkan siswa, dan mencari cara yang lebih efektif dan berguna untuk merayakan kelulusan UN.

Bahkan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno secara khusus mengimbau agar para siswa dikoordinir pihak sekolah merayakan kelulusan dengan agenda yang lebih bermanfaat seperti "study tour".

Namun aksi coret seragam tetap saja dilakukan. Ratusan siswa dari beberapa sekolah menengah di Padang, berkumpul di Tugu Simpang Haru.

Mereka mencoret-coret dan menandatangani baju seragam dengan spidol dan cat warna-warni. Bahkan di antaranya ada yang membawa spanduk bertuliskan SMK 1 Padang Tahun 2015.

Di beberapa lokasi lainnya, para lulusan SLTA Kota Padang juga melakukan hal serupa. Seperti sudah membudaya, para siswa belum mau pulang ke rumah sebelum tanda tangan teman-teman dibubuhkan di seragamnya.

Bagi sebagian siswa, sepertinya tindakan ini sudah dianggap sebagai kebanggaan serta rasa kepuasan setelah selesai ujian. Mereka larut dengan pengungkapan rasa kebahagiaan dengan cara yang salah.

Imbauan guru, kepala sekolah, Dinas Pendidikan bahkan pejabat tertinggi di daerah ini tidak lagi dihiraukan. Bahkan sebagian mereka ada yang melakukannya di sekitar sekolah.

Setelah saling mencoret seragam dan saling membubuhkan tanda-tangan di seragam masing-masing rekannya, para pelajar ini berkonvoi keliling kota.

Kondisi seperti ini terus berulang setiap tahun. Mereka tidak lagi berpikir jernih dan positif, bahwa baju seragam yang dibeli dengan mahal itu jika dicoret akan merugikan, karena tidak bisa lagi dipakai.

Konvoi motor berkeliling kota menyebabkan kemacetan, rawan kecelakaan, terjatuh dan cidera, masa depan suram karena mengalami cacat.

Kemudian tindakan mencoret seragam sekolah setelah lulus ujian ini akan memberikan contoh kurang baik bagi adik-adik kelasnya.

Mereka pun meniru ketika sampai giliran kelulusannya tiba, sehingga menjadi kebiasaan buruk yang semakin sulit diputus.

Aksi yang merugikan ini harus dihentikan, semua pihak harus berperan. Pihak sekolah harus bersikap lebih tegas dengan membuat aturan, semisal pengambilan sertifikat kelulusan siswa wajib berpakaian seragam sekolah bersih.

Orang tua siswa harus ketat, jangan membiarkan saja baju seragam yang dibeli dengan mahal dirusak dengan coret-coretan.

Orang tua harus tegas, semisal anak pulang menerima kelulusan di sekolah harus dengan baju seragam bersih, dan tidak akan membiayai kuliahnya jika pulang dengan baju seragam rusak penuh coretan.

Kepada siswa perlu diberikan pemahaman bahwa ketimbang mencoret seragam, alangkah baiknya seragam tersebut diberikan kepada adik-adiknya yang lebih membutuhkan, atau disumbangkan ke panti asuhan.

Jika semua pihak telah berperan baik melakukan antisipasi, sekolah, orang tua, dan pihak-pihak terkait lainnya, diyakini tindakan pengungkapan kebahagiaan dengan cara yang salah ini tidak akan terjadi lagi pada tahun-tahun mendatang. Semoga ! (*)