Demi Islam, Novitina pun Terusir

id Demi Islam, Novitina pun Terusir

Demi Islam, Novitina pun Terusir

Novitina, gadis asal Sibolga, Sumut yang baru masuk Islam.

Padang, (ANTARA) - "Saya tak anggap kamu anak lagi, putus pertalian darah kita," hardik sang ayah yang hingga kini masih terngiang di telinga Novitina (22).

Hardikan demi hardikan harus ditanggung gadis berdarah Cina itu, oleh sebab keputusannya untuk bersyahadat dan menjadikan Islam sebagai haluan hidupnya.

Tepatnya pada 25 Oktober 2011, Novitina meyakinkan diri memeluk Islam. Jelas saja, semua lengkap dengan ujian-ujian yang bahkan tak terduga sebelumnya.

Tidak saja ungkapan hujat penuh tekanan yang diperoleh, dia bahkan harus terusir dari tempat dimana dia dibesarkan. Dia tinggalkan rumah orang tua di Jalan Patuan Anggi nomor 49 B Sibolga, Kelurahan Panc. Gerobak, Kecamatan Sibolga, Kota Sibolga.

Dengan karakter orang Sibolga, ayah dan ibunya bahkan berang atas pilihan si putri sulung itu. Tangis Novitina pun hanya menambah koyak hati ayah dan ibu.

"Meski diusir, tak lagi dianggap anak, namun saya masih cinta mama dan papa," ujarnya sembari terisak.

Novitina tetap saja yakin suatu saat orang tuanya akan membuka diri dan menerima keberadaannya sebagai muslimah.

"Sekarang mama dan papa tak menerima saya, tapi saya yakin suatu saat mereka akan membuka diri, saya darah daging mereka," cerita Novitina kepada Dompet Dhuafa Singgalang, Rabu (2/11).

Kedatangan Novitina ditemani saudara sepupunya ke Dompet Dhuafa Singgalang dipenuhi usapan air mata, mengingat ujian yang tengah dan bakal dihadapi tak pelak menjadi tantangan berat dikemudiannya.

Tampak jelas mata di balik lensa tebal berbingkai hitam itu perih memerah, namun seolah menyiratkan sebuah keyakinan.

"Ini sudah keputusan saya," ujarnya mantap.

Teringat olehnya, sebentar lagi akan wisuda. Hanya menghitung hari, tepat di 11 November 2011, ia akan bergelar sarjana.

Senang tentu hati gadis mualaf ini, namun ada pula yang tak hendak dipikirkan--kemana bakal didapatkan semua biaya persiapan wisuda itu? Ada harap tentunya dari Novitina, yang disandarkan dari sebab-sebab kebaikan saudara seiman.

Cukup galau dia menjalani hidup dalam agama barunya. Tentunya semua dilatarbelakangi terpaan ujian yang justru datangnya dari orang-orang tercinta.

Delapan hari lagi, genap pula usianya 22 tahun. Sudah dapat dipastikan, di usia itu tidak akan dia nikmati bersama kehangatan keluarga. Bisa jadi juga, tidak akan ada ucapan selamat ulang tahun dan doa restu orang tua yang dicintai.

Keputusan Novitina untuk memeluk Islam, ditegaskan setelah melalui pencarian yang cukup panjang. Dia semakin menemukan titik terang pencarian itu, hingga saat dimana ia dan seorang temannya bernama Sela (seorang muslimah), menghabiskan masa libur usai sidang tugas akhir di Jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBBI Medan.

Hijrah ke dalam Islam, dia pun makin mempercantik nama. Novitina Azzahra namanya kini. Bertambah lengkaplah dia sebagai seorang Muslimah.

"Saya sudah tertarik dengan Islam sejak semester tiga kuliah, saya mulai suka bertanya-tanya tentang Islam," ungkapnya.

Novitina mengulang cerita indah, saat dimana hidayah tertancap kuat di hati. Tentu saja, puncak keindahan itu ketika lisannya menyeru kalimat syahadat, bahkan disaksikan kedua orang tua Sela dan jamaah shalat zhuhur di Masjid Jauharul Iman Jalan Pengantingan Kompleks PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju Palembang, dikala itu matahari telah meninggi.

Bersama saudara sepupu yang 11 tahun lebih awal memeluk Islam, Novitina mencoba mengayuh asa, mencari secercah harapan untuk kelangsungan masa depan.

Itupun tak lama, Novitina harus berfikir keras untuk menyambung hidup dan tentu saja juga menuntaskan wisuda yang dijelang sebentar lagi.

Dia tidak ingin jika selamanya menggantungkan diri kepada saudara sepupunya yang sehari-hari bekerja serabutan di Surabaya.

"Abang sepupu saya itu hidupnya pas-pasan dan lagi telah berkeluarga. Syukur jika dapat tawaran kerja di proyek lepas, jika tidak hidupnya termasuk susah dengan tanggungan istri dan anak," katanya.

Tidak ada pilihan lebih baik. Novitina memperpanjang langkah hingga sampai ke Ranah Minang, masih diliputi harap, setidak-tidaknya dapat meringankan apa yang menjadi berat olehnya.

"Saya ke sini, karena rekomendasi abang sepupu yang dulu pernah dibantu melalui Dompet Dhuafa Singgalang, ketika hendak kembali ke Surabaya--yang sebelumnya kehabisan biaya karena ditipu dalam urusan pekerjaan," terangnya tentang pengalaman saudara sepupunya itu.

Dengan harapan serupa, dia langkahkah kaki ke kota Padang, berharap memperoleh saluran bantuan melalui donatur Dompet Dhuafa Singgalang.

(Kepada para donatur dapat meringankan beban hidup Novitina, dengan menyalurkan bantuannya langsung ke Graha Kemandirian Dompet Dhuafa Singgalang Jalan Juanda nomor 31 C Padang, telepon 0751-40098 atau melalui rekening BNI Syariah 0183779369 a/n Dompet Dhuafa Singgalang). (*)