PANGGILAN TOKEK DI BRAUNSCHWEIG DIPENUHI OLEH DUBES RI UNTUK JERMANBraunschweig, Oktober 2009Hujan yang turun terus menerus semenjak dua hari tidak mengurangi niat dan langkah masyarakat Braunschweig untuk menghadiri Buchlesung/pembacaan buku yang diadakan oleh DIG (Deutsch- Indonesische Gesellschaft/Perkumpulan Indonesia Jerman) di propinsi Lower Saxony, Jerman Utara.Musim gugur di Eropa selalu diiringi dengan angin dan hujan yang membantu proses pengguguran daun-daunan yang masih bercokol di pohon atau tanaman dengan cepat. Suhu udara biasanya dibawah 10 derjat cecius, tapi pada hari Jum'at kemarin suhu udaranya hanya lebih 3 derjat cecius C. Buchlesung yang dimulai pada jam 19.00 WET (Waktu Eropa Tengah) dibuka dengan lagu Dari Sabang sampai Merauke oleh publikum dengan teksnya yang dipantulkan ke layar per bimer, dibacakan oleh Horst H Geerken, si pengarang buku Der Ruf des Geckos/Panggilan Tokek yang baru diterbitkan untuk pertama kalinya pada akhir Agustus lalu di Jerman. Buku yang menceritakan kehidupan Geerken selama 18 tahun di Indonesia, mulai dari era pemerintahan presiden RI pertama Sukarno sampai ke pemerintahan orde baru mendapat perhatian besar bagi masyarakat Jerman di Braunschweig. Kebanyakan di antara mereka yang menghadiri Lesung/Pembacaan tersebut punya hubungan dengan Indonesia, seperti pernah bekerja di Indonesia dan bahkan ada di antaranya yang telah berkali-kali melakukan wisata ke Indonesia.Horst Geerken yang lahir di Stuttgart pada tanggal 13 Agustus 1933 datang pertama kali ke Indonesia sebagai insinyur yang dipekerjakan di perusahaan telekomunikasi Telefunken-AEG di Jakarta pada tahun 1963. Berencana hanya untuk tiga tahun bekerja di Indonesia, tapi akhirnya kecintaannya kepada negara sorga tropika di equator ini semakin mendalam, rencana yang tiga tahun tersebut akhirnya menjadi 18 tahun. Buku ini ditulisnya setelah dia kembali ke Jerman dan merupakan simbol kecintaannya kepada Indonesia, seperti selalu dibilangkannya sekali Indonesia tetap Indonesia!. Bahkan Horst masih lancar berbahasa Indonesia setelah hampir 30 tahun meninggalkan Indonesia, dan seperti pengakuannya setiap minggu istrinya Annette selalu menyajikan menu Indonesia untuk sang suami. Istrinya Annette sangat pintar membuat gado-gado, bacem tahu, goreng tempe dan sayur lodeh. Kesukaan Horst adalah gulai daun ubi kuah santan dengan tempe goreng balado. "Kalau saya lihat ada masakan pakai santan, saya mau berenang di dalamnya, demikian ungkapan kesukaannya akan masakan bersantan.Buku "Der Ruf des Geckos" setebal 436 halaman tersebut telah digodog Horst membacanya selama 30 menit. Peluncuran pertama buku ini adalah dalam bahasa Jerman dan di bulan mendatang akan segera beredar di pasaran dalam bahasa Inggris, mudah-mudahan secepatnya juga bisa beredar dalam bahasa Indonesia, demikian Horst Geerken.Panggilan Tokek ini juga dihadiri oleh Duta Besar dan berkuasa penuh RI untuk Jerman Eddy Pratomo dan istri beserta Konsul Jenderal RI untuk Hamburg Teuku Darmawan dan istri. Disamping menghadiri "Buchlesung, Dubes dan Konjen siangnya juga telah mengadakan pertemuan dan makan siang bersama dengan Rektor/Presiden Tekhnik Universitas (TU) Braunschweig, ketua Ikadin/IHK (Industrie und Handelskammer) Braunschweig. Di samping itu beliau juga mendapat kehormatan untuk menandatangani buku emas di Rathaus/Kantor kota Braunschweig yang di saksikan oleh wali kota ibu Harlfinger, ketua fraksi partai CDU juga sebagai presiden DIG Niedersachsen bapak Wolfgang Sehrt, Konsul Jenderal Teuku Darmawan serta beberapa orang pejabat teras kota Braunschweig. Kota Braunschweig adalah merupakan kota pertama di Jerman bahkan di Eropa yang mengadakan kerja sama dengan luar negeri yaitu dengan kota Bandung. Jalinan kerja sama atau sister city ini telah terjalin dengan resmi semenjak tanggal 24 Mei 1960. Kedatangan Dubes Eddy Pratomo semenjak bertugas di Berlin pada bulan April lalu adalah untuk pertama kalinya di Braunschweig. Sebetulnya Dubes dalam rencana dinasnya juga akan berkunjung ke FH (Fachhochschule Ostfalia ) Wolfenbuettel, kira-kira 10 km selatan kota Braunschweig untuk mendampingi Musliar Kasim, Rektor Unand dan Uyung Dinasa dekan Fakultas Tekhnik Unand Padang dalam rangka kunjungan penjajakan rencana kerja sama antar dua Perguruan Tinggi ini. Tapi dengan adanya bencana gempa yang melanda Padang (Sumatera Barat) kampus Unand juga rusak berat, rencana kunjungan perdana Unand ini terpaksa ditunda sampai situasi Padang pulih kembali. Setelah pembacaan buku selesai Duta Besar diminta untuk memberi kata sambutan dan perkenalannya sebagai duta besar baru RI untuk Jerman. Dalam pidato sambutan dan perkenalan beliau kepada masyarakat Braunschweig yang menghadiri "Buchlesung tersebut, selain menjelaskan tentang kejadian gempa yang menimpa Sumatera, beliau juga menyinggung tentang hubungan Bandung dan Braunschweig yang tahun depan memasuki setengah abad lamanya. Direncanakan akan diadakan acara demi memeriahkan jubileum ke 50 ini di Braunschweig yang akan dibantu dan di sokong oleh kedutaan serta konsulat dari Hamburg dan Frankfurt. "Kita akan mengadakan seminar sehari tentang Indonesia dan juga akan mengadakan hari Indonesia serta malam budaya Indonesia di Braunschweig, tujuan kita untuk promosi dan mencari peluang investasi Jerman ke Indonesia. Beliau telah menginstruksikan rencana ini kepada Konsul Jenderal Teuku Darmawan untuk membicarakannya langsung dengan wali kota Bandung. "Dengan adanya acara ini, diharapkan kepariwisataan Indonesia semakin baik serta berpeluang besar bagi devisa negara, demikian Eddy Pratomo diakhir sambutannya. (*/wij)