GCC Kecam Keras Rencana Permukiman Israel di Yerusalem Timur
Riyadh, (Antara/KUNA/AFP) - Sekretaris Jenderal Dewan Kerja sama Teluk (GCC) Abdullatif Al-Zayani, Sabtu, mengutuk keras rencana Israel baru-baru ini untuk membangun 1.000 unit rumah baru di Yerusalem Timur.
Kegiatan Israel membangun rumah pemukim lainnya di Tepi Barat dan Yerusalem Timur "merupakan sikap kepala batu mengenai pelanggaran hukum internasional atau resolusi internasional yang relevan, tetapi juga menguraikan gangguan atas solusi dua negara, membatalkan semua upaya mencari penyelesaian damai yang ada konflik," kata Al-Zayani dalam satu pernyataan pers.
Dia juga mengutuk tindakan sembrono baru-baru ini oleh otoritas Israel di Masjid Al-Aqsa, mencegah warga Palestina dari melaksanakan shalat di dalamnya, yang akan menambahkan pelanggaran serupa.
Al-Zayani mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap pelanggaran terus menerus yang dilakukan Israel dalam berkontribusi menyediakan lingkungan yang menguntungkan bagi ekstremisme dan terorisme.
Sementara itu Amerika Serikat mengecam niat Israel untuk membangun 1.000 rumah lagi untuk pemukim Yahudi di timur Yerusalem itu, dan AS menilai tindakan itu "tidak sesuai" atau bertentangan dengan upaya perdamaian.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki Selasa lalu mengatakan pemerintah Amerika Serikat "sangat prihatin" mendengar laporan tentang langkah pembangunan 1.000 unit rumah Yahudi oleh Israel, menurut laporan AFP.
Selain itu, ia mengatakan pejabat kedutaan AS sedang melakukan pembicaraan tingkat tinggi dengan para pemimpin Israel untuk mencari informasi lebih lanjut.
"Kami akan terus membuat posisi kami benar-benar jelas bahwa kami memandang aktivitas pemukiman itu sebagai langkah yang tidak sah dan jelas menentang unilateral dan akan berdampak pada masa depan Yerusalem," kata Psaki.
"Para pemimpin Israel telah mengatakan mereka akan mendukung upaya menuju solusi dua negara (Israel - Palestina), tetapi mereka bergerak maju dengan jenis tindakan yang bertentangan dengan upaya menuju perdamaian," tambahnya.
Pemerintah AS berulang kali mengecam langkah pembangunan permukiman Yahudi, baik di wilayah Tepi Barat maupun di timur Yerusalem, kota yang diklaim oleh pihak Israel dan Palestina sebagai ibu kota masa depan negara mereka dalam setiap perjanjian damai.
Namun, pemerintah AS gagal untuk bertindak sesuai kata-katanya mengingat terancam konsekuensi bertentangan dengan Israel, dan AS tetap menjadi sekutu utama negara Yahudi itu.
"Hubungan antara kami (Israel-AS) tak tergoyahkan," Psaki menegaskan.
"Kami menyatakan ketidaksetujuan itu kepada pihak Israel, tetapi itu tidak berarti bahwa kami tidak memiliki hubungan yang kuat dan tangguh yang terus berlanjut," ujar Psaki.
Israel merebut timur Yerusalem selama Perang Enam Hari pada 1967 dan kemudian mencaplok wilayah tersebut, di mana langkah itu tidak pernah didukung oleh masyarakat internasional.
Sebelumnya, Pemerintah Israel telah memberikan lampu hijau untuk rencana pembangunan 1.000 unit rumah tambahan untuk pemukim baru Yahudi di timur Yerusalem, kata seorang pejabat Israel. (*/jno)