Kadis Hutbun: Banjir Bukan Akibat Pembalakan Liar
Padang Aro, Sumbar, (ANTARA) - Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok Selatan Tri Handoyo Gunardi mengatakan banjir bandang yang terjadi di daerah itu pada Kamis tengah malam bukan karena pembalakan liar.
"Memang banyak kayu yang terbawa oleh banjir bandang, tetapi sekalian dengan akarnya dan bukan karena pembalakan liar," kata dia di Padang Aro, Jumat (14/12).
Dia mengatakan, berdasarkan analisa sementara banjir bandang tersebut terjadi karena hujan lebat terus menerus di hulu yang menyebabkan tanah tidak mampu lagi menyerap air.
Akibat besarnya volume air yang tidak mampu diserap, tanah runtuh dan otomatis kayu termasuk yang berukuran besar tumban ke arah sungai. Hal itu mengakibatkan terjadinya danau-danau kecil di bagian hulu.
"Karena hujan lebat terus menerus, reruntuhan tanah dan kayu tidak bisa menahan air dan hanyut sehingga terjadi banjir bandang," jelasnya.
Banjir bandang tersebut melanda dua Kecamatan yaitu Koto Parik Gadang Diateh dan Sungai Pagu.
Dua unit rumah hanyut serta dua orang warga ikut terbawa arus dan belum di temukan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Solok Selatan Hamudis mengatakan, satu unit rumah milik Amra Warga Jorong Manggih rata dengan tanah.
Banjir kata dia, juga merendam Kampung Tarandam Nagari Pasar Muara Labuh Kecamatan Sungai pagu, namun tidak menimbulkan dampak yang parah.
"Tapi banjir besar itu merendam 175 unit rumah warga di Nagari Pakan Rabaa. Sebanyak 100 rumah rusak ringan dan 75 unit rusak parah," kata dia merinci.
Selain itu lanjutnya, di Pakan Rabaa banjir merendam fasilitas umum, seperti pagar Sekolah Dasar Negeri 09 di Sungai Pangkur yang roboh, MTSN Sungai Pangkur yang digenangi air dan lumpur serta SMAN 5 Solok Selatan digenangi air.
"Selain itu juga ada jembatan di Jorong Sungai Pangkua yang putus dan diprediksi total kerugian mencapai Rp600 juta," jelasnya.
Kerugian tersebut katanya, belum termasuk sektor pertanian dan menurut laporan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pertanian di kecamatan setempat ada 12,5 hektare sawah terancam gagal penen.
"Sekarang umur tanaman padi baru satu bulan, dan bisa dipastikan akan gagal panen," kata dia. (**/rik/wij)