Pelabuhan Merak-Bakauheni Dapat Tambahan Kapal Fery

id Pelabuhan Merak-Bakauheni Dapat Tambahan Kapal Fery

Pelabuhan Merak-Bakauheni Dapat Tambahan Kapal Fery

Ilustrasi. (Antara)

Surabaya, (Antara) - Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni mendapatkan tambahan satu kapal fery roro dengan nama KMP Legundi yang dibuat oleh PT Dumas Tanjung Perak berdasarkan pesanan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan. "Penyeberangan Merak-Bakauheni selalu menjadi kendala bagi kita, padahal operasionalnya sudah diserahkan kepada BUMN, jadi lebih baik bagi kami agar langsung membangun kapal yang besar." kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Suroyo Alimoeso dalam acara pengapungan kapal penumpang "KMP Legundi" tipe fery roro 5000 GT di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Selasa. KMP Legundi tersebut berukuran 109,4 meter, lebar 19,6 meter, kecepatan 15 knots dan mampu mengangkut 812 orang ditambah 26 unit trailer, 2 unit truk tronton, 37 unit truk medium dan 77 unit sedan. Ditjen Perhubungan Darat juga memesan dua unit kapal lain dengan tipe dan ukuran yang sama dari PT Daya Radar Utama dan PT Mariana Bahagia yang akan diapungkan dalam waktu dekat. "Pelabuhan Merak-Bakauheni adalah pelabuhan strategis karena ada 3.000- 4.000 kendaraan yang melintas per hari. Kami juga berencana agar masyarakat di pulau-pulau terluar tahu ada bendera merah putih, saat ini targetnya ada sekitar 17 kapal yang melayani di Maluku, sehingga tercapai konektivitas di antara 17 ribu pulau," tambah Suroyo. Pengapungan itu juga dihadiri oleh Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi yang menyatakan bahwa pemesanan kapal tersebut berdampak ganda bagi industri dalam negeri. "Pembangunan kapal pesanan di galangan kapal dalam negeri selama ini mampu memberi dampak ganda yaitu penyerapan tenaga kerja industri perkapalan, industri pendukung dan komponen serta penguasaan teknologi pembangunan kapal," kata Budi. Menurut catatan Kementerian Perindustrian, pada 2014, ada 72 kapal dibangun di lebih dari 250 perusahaan galangan kapal dalam negeri. Industri tersebut membangun dan mereparasi berbagai jenis kapal dengan 50.000 DWT untuk bangunan baru sampai 150.000 DWT untuk perbaikan. "Kapal ini juga menjadi 'role model' untuk memakai sebanyak mungkin komponen dalam negeri. Kami harus mengakui bahwa industri galangan kapal masih terasa lambat dalam peningkatan kualitas dan kuantitas kapal, tapi kami mendorong perbaikan tersebut dengan melakukan investasi yang didukung pihak swasta dan pemberian fasilitas fiskal dari Kementerian Keuangan sehingga kami yakin ada peningkatan kualitas kapal baru sehingga uang beredar lebih banyak di dalam negeri," tambah Budi. Anak Tiri Direktur Utama PT Dumas Tanjung Perak Shipyard Yance Gunawan mengakui bahwa pembangunan kapal masih mengalami banyak masalah. "Industri galangan kapal seperti anak tiri, pemerintah sepertinya hanya tahu industri pelayaran karena industri ini punya banyak halangan seperti masalah bbm (bahan bakar minyak), dan juga aturan dari Kominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika), ditambah syarat jaminan asuransi, dan banyak masalah lain," kata Yance. Aturan dari Kominfo yang dimaksud Yance adalah terkait dengan izin penggunaan radar maritim di kapal. Padahal menurut Yance, dana untuk membangun satu kapal tersebut juga tidaklah murah, apalagi kalau pengerjaan kapal terlambat dari jadwal sehingga mengharuskan perusahaan untuk membayar denda. KMP Legundi ini adalah kapal ke-15 yang dipesan Ditjen Perhubungan Darat, sedangkan total kapal yang dibangun oleh PT Dumas mencapai 130 unit kapal berbagai jenis dan ukuran. Pesanan kapal selain dari Ditjen Perhubungan Darat juga datang dari berbagai instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta di dalam dan luar negeri. (*/jno)