Gorontalo (ANTARA) - Puluhan mahasiswa dari Koalisi Anti Kekerasan Gorontalo meminta rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG) untuk memberhentikan secara tidak hormat atau drop out terhadap panitia pendidikan dasar (diksar) mahasiswa pencinta alam (mapala).
Koordinator massa aksi Iksan Karim di Kota Gorontalo, Kamis mengatakan hal tersebut sengaja disampaikan langsung di hadapan rektor dalam rangka meminta pernyataan dan penegasan pihak kampus, atas meninggalnya rekan sesama mahasiswa saat menjalani diksar organisasi.
"Kami mendesak Rektor UNG agar segera mengeluarkan dengan tidak hormat terhadap seluruh panitia dan pengurus mapala yang menggelar diksar," kata Iksan.
Langkah tersebut harus diambil rektor apabila pihak Polres Bone Bolango dan Kejaksaan Negeri Bone Bolango telah menetapkan tersangka, dalam kasus kematian rekan mereka Mohammad Jeksen saat mengikuti diksar mapala.
Desakan lain yang menjadi tuntutan mahasiswa yaitu meminta rektor juga berkomitmen memberikan sanksi kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Wakil Dekan 3, apabila terbukti terlibat di dalam persoalan ini.
Selain itu untuk mempercepat penanganan perkara ini, Rektor UNG juga diminta melibatkan pihak keluarga dalam tim investigasi yang dibentuk oleh pihak kampus.
Tidak hanya itu, mahasiswa yang merupakan kerabat dan rekan-rekan dari almarhum Mohammad Jeksen, meminta Rektor UNG membekukan organisasi mahasiswa pencinta alam yang telah melaksanakan kegiatan ekstra di luar dan tanpa sepengetahuan pihak kampus.
"Apa yang menjadi tuntutan kami sudah diterima oleh pak rektor. Kami hanya meminta pernyataan dan penegasan pihak kampus atas meninggalnya rekan sesama mahasiswa saat menjalankan diksar organisasi," imbuhnya.
Mahasiswa desak Rektor UNG drop out panitia diksar mapala
Rektor UNG Eduart Wolok menerima massa aksi di rektorat Universitas Negeri Gorontalo, Kota Gorontalo. ANTARA/Zulkifli Polimengo
Rektor UNG Eduart Wolok menerima massa aksi di rektorat Universitas Negeri Gorontalo, Kota Gorontalo. ANTARA/Zulkifli Polimengo