Padang (ANTARA) - Sebanyak enam tokoh dan satu komunitas meraih anugerah kebudayaan Sumatera Barat 2024 karena berprestasi dan berkontribusi dalam upaya pemajuan kebudayaan di provinsi itu.
"Pemberian Anugerah Kebudayaan Sumatera Barat merupakan salah satu kegiatan dalam peringatan Hari Jadi Sumatera Barat yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan melalui UPTD Taman Budaya," kata Kepala Dinas Kebudayaan Jefrinal Arifin di Padang, Rabu.
Jefrinal menjelaskan, anugerah ini diberikan kepada tokoh atau pihak yang berprestasi atau berkontribusi dalam upaya pemajuan kebudayaan, terutama bagi mereka yang telah berkarya lebih dari 50 tahun.
Anugerah tersebut diberikan sesuai dengan kategori, di antaranya ada kategori maestro, pelestari, pencipta, pelopor, pembaru dan kategori komunitas.
Untuk kategori maestro, diberikan kepada Haji Mansoer Daoed Datuk Palimo Kayo, seorang ulama besar, tokoh adat Minangkabau, pejuang kemerdekaan, politisi, dan diplomat yang pernah menjabat Duta Besar RI di Irak.
Tokoh pejuang yang biasa dipanggil Buya Datuk itu lahir di Nagari Balingka, Kabupaten Agam, pada 10 Maret 1905 dan meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Dr. M. Jamil, Padang, pada 17 November 1985.
Kemudian kategori pelestari bidang adat diterima Prof. Mr. Mohammad Nasroen, seorang ahli hukum dan cendekiawan Minangkabau terkemuka yang pernah menjadi Gubernur Sumatera Tengah (1947-1950).
Ia juga seorang pemikir dan ahli pemerintahan, khususnya masalah otonomi daerah, dan punya minat terhadap masalah-masalah adat-budaya Minangkabau.
Karena perhatiannya yang besar terhadap dunia akademis, Universitas Indonesia mengangkatnya sebagai guru besar luar biasa sehingga Nasroen berhak menggunakan gelar profesor di depan namanya.
Lalu kategori pelestari bidang musik tradisi diberikan kepada Ernawati, seorang pendendang saluang, pertunjukan tradisional Minangkabau asal Payakumbuh, yang sampai hari ini masih tetap setia meneruskan profesinya sebagai pendendang meskipun umurnya telah melewat enam puluh enam tahun.
Selanjutnya kategori pencipta diberikan kepada Boestanoel Arifin Adam gelar Imam Marajo, adalah putra seorang ulama besar, jadi tentara semasa Revolusi, kemudian jadi seniman, budayawan, dan pendidik, akhirnya menjadi politikus di masa tuanya.
Kategori pelopor diberikan kepada Prof Dr. Taufik Abdullah, M.A. yang dilahirkan di Bukittinggi pada 3 Januari 1936.
Sebagai sejarawan, Taufik telah melahirkan banyak karya yang diterbitkan - sebagai buku Ia juga telah menghasilkan lebih dari 200 artikel yang dimuat dalam berbagai media massa, dan lebih dari 50 Kata Pengantar dalam berbagai karya, khususnya buku-buku tentang sejarah dan biografi tokoh-tokoh penting.
Sementara kategori pembaru diberikan kepada Bodi Dharma, seorang seniman sketsa kelahiran Kayu Tanam 4 Desember 1955.
Terakhir untuk kategori komunitas diberikan kepada Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) yang merupakan lembaga seni budaya independen berdiri di Padang pada tahun 2009 dan diresmikan pada tahun 2010.
Komunitas ini bergerak dalam penciptaan dan pemberdayaan seni pertunjukan - tradisional maupun modern (teater/randai, tari, musik), seni rupa, seni media baru, sastra/literasi, kajian seni budaya, serta mengelola laboratorium seni di sekretariatnya di Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat. (*)
"Pemberian Anugerah Kebudayaan Sumatera Barat merupakan salah satu kegiatan dalam peringatan Hari Jadi Sumatera Barat yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan melalui UPTD Taman Budaya," kata Kepala Dinas Kebudayaan Jefrinal Arifin di Padang, Rabu.
Jefrinal menjelaskan, anugerah ini diberikan kepada tokoh atau pihak yang berprestasi atau berkontribusi dalam upaya pemajuan kebudayaan, terutama bagi mereka yang telah berkarya lebih dari 50 tahun.
Anugerah tersebut diberikan sesuai dengan kategori, di antaranya ada kategori maestro, pelestari, pencipta, pelopor, pembaru dan kategori komunitas.
Untuk kategori maestro, diberikan kepada Haji Mansoer Daoed Datuk Palimo Kayo, seorang ulama besar, tokoh adat Minangkabau, pejuang kemerdekaan, politisi, dan diplomat yang pernah menjabat Duta Besar RI di Irak.
Tokoh pejuang yang biasa dipanggil Buya Datuk itu lahir di Nagari Balingka, Kabupaten Agam, pada 10 Maret 1905 dan meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Dr. M. Jamil, Padang, pada 17 November 1985.
Kemudian kategori pelestari bidang adat diterima Prof. Mr. Mohammad Nasroen, seorang ahli hukum dan cendekiawan Minangkabau terkemuka yang pernah menjadi Gubernur Sumatera Tengah (1947-1950).
Ia juga seorang pemikir dan ahli pemerintahan, khususnya masalah otonomi daerah, dan punya minat terhadap masalah-masalah adat-budaya Minangkabau.
Karena perhatiannya yang besar terhadap dunia akademis, Universitas Indonesia mengangkatnya sebagai guru besar luar biasa sehingga Nasroen berhak menggunakan gelar profesor di depan namanya.
Lalu kategori pelestari bidang musik tradisi diberikan kepada Ernawati, seorang pendendang saluang, pertunjukan tradisional Minangkabau asal Payakumbuh, yang sampai hari ini masih tetap setia meneruskan profesinya sebagai pendendang meskipun umurnya telah melewat enam puluh enam tahun.
Selanjutnya kategori pencipta diberikan kepada Boestanoel Arifin Adam gelar Imam Marajo, adalah putra seorang ulama besar, jadi tentara semasa Revolusi, kemudian jadi seniman, budayawan, dan pendidik, akhirnya menjadi politikus di masa tuanya.
Kategori pelopor diberikan kepada Prof Dr. Taufik Abdullah, M.A. yang dilahirkan di Bukittinggi pada 3 Januari 1936.
Sebagai sejarawan, Taufik telah melahirkan banyak karya yang diterbitkan - sebagai buku Ia juga telah menghasilkan lebih dari 200 artikel yang dimuat dalam berbagai media massa, dan lebih dari 50 Kata Pengantar dalam berbagai karya, khususnya buku-buku tentang sejarah dan biografi tokoh-tokoh penting.
Sementara kategori pembaru diberikan kepada Bodi Dharma, seorang seniman sketsa kelahiran Kayu Tanam 4 Desember 1955.
Terakhir untuk kategori komunitas diberikan kepada Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) yang merupakan lembaga seni budaya independen berdiri di Padang pada tahun 2009 dan diresmikan pada tahun 2010.
Komunitas ini bergerak dalam penciptaan dan pemberdayaan seni pertunjukan - tradisional maupun modern (teater/randai, tari, musik), seni rupa, seni media baru, sastra/literasi, kajian seni budaya, serta mengelola laboratorium seni di sekretariatnya di Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat. (*)