Padang (ANTARA) - Enam tahun lalu setelah melahirkan anak yang keenamnya, Sri Wahyuni (40) memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan sebagai tenaga pemasar di salah satu perusahaan swasta.
Warga Koto Tuo, Kelurahan Koto Pulai, Kecamatan Koto Tangah itu memilih untuk mengasuh anaknya sendiri karena anak keenamnya tersebut satu-satunya perempuan.
Sembari merawat dan mengasuh anak, Sri yang selama ini terbiasa bekerja dan beraktivitas di luar rumah mencoba peruntungan untuk tetap bisa mencari penghasilan tambahan, namun tidak terlalu menyita waktu.
Kebetulan saat itu di daerahnya sedang ada pelatihan pembudidayaan jamur tiram oleh mahasiswa Universitas Taman Siswa Padang.
Ia pun tertarik dan setelah mengikuti pelatihan dengan modal hanya Rp100 ribu, Sri mencoba budi daya jamur tiram dari rumahnya.
Dari uang Rp100 ribu tersebut ia membeli bahan bahan berupa serbuk kayu, bibit jamur tiram, baglog atau media tanam berbentuk silinder yang dilapisi plastik khusus, jagung hingga kapur.
Setelah semuanya diaduk lalu didiamkan dalam karung selama tiga hari, mulailah ia memasukan serbuk tersebut ke dalam baglog. Setelah itu baglog tersebut direbus lebih kurang empat sampai enam jam
Setelah didiamkan semalam mulailah proses inkubasi atau memasukan bibit jamur dan hanya menunggu dua bulan mulailah panen pertama jamur tiram.
Berkat kegigihannya awalnya panen jamur Sri cukup berhasil kendati jumlah baglog yang dibudidayakan hanya 50 unit saja.
Baglog tersebut ia tempatkan di rak yang dibuat khusus di bagian samping rumahnya dan setiap hari suhunya selalu jaga tidak boleh lebih dari 28 derajat Celcius.
Melihat hasil panen pertama cukup baik ia pun merasa ini adalah usaha yang cukup menjanjikan dan mulai mencari modal agar bisa membuat lebih baglog sehingga bisa panen lebih banyak.
Pada awalnya Sri berjumpa dengan seorang teman yang bersedia menjadi pemodal dan ia pun terus menekuni usaha pembuatan jamur tiram tersebut.
Usaha ini juga terbilang tidak menyita waktu karena setelah proses awal selesai ia cukup menjaga suhu ruangan tempat baglog disimpan dengan menyiram pakai selang.
"Kalau suhu panas bisa tiga kali sehari disiram, kalau hujan terus ndak perlu disiram," ujarnya.
Hasilnya pun cukup menjanjikan untuk menambah belanja rumah tangga karena kini harga satu kilogram jamur tiram sebesar Rp30 ribu dan sudah ada pembeli tetap yang datang menjemput.
Pada 2019 Sri kembali berusaha mencari tambahan modal untuk memperbesar skala usahanya.
Berkat saran dari temannya ia pun berkenalan dengan PT Amartha Mikro Fintech yang merupakan perusahaan teknologi finansial peer to peer lending.
Untuk bisa mendapatkan pinjaman modal Sri harus berkelompok dengan perempuan lain yang juga memiliki usaha dan akhirnya ia bisa mendapatkan pinjaman perdana Rp4 juta.
Dari pinjaman tersebut Sri mampu membuat 10 ribu baglog dan tak kurang dari lima sampai 10 kilogram jamur tiram yang dihasilkan dalam sehari.
"Alhamdulillah kalau sekarang bisa membantu untuk biaya makan hingga sekolah anak," katanya.
Ia pun bersyukur karena tempat usahanya yang diberi nama Rumah Jamur Raya kini makin berkembang dan banyak juga yang ingin belajar secara langsung bagaimana cara mengembangkan budi daya jamur tiram.
Meski pun suaminya hanya seorang petani, usaha jamur Sri kini terus bertumbuh dan ia berencana akan memindahkan ke lahan suami di Lubuk Minturun karena suhu udaranya lebih sejuk.
Sri mengemukakan sejumlah kendala yang dihadapi dalam budi daya jamur tiram adalah soal suhu udara yang benar-benar harus dijaga agar jamur tidak mati.
Untuk itu ia selalu rutin mengecek suhu udara agar tidak lebih dari 28 derajat celcius menggunakan thermometer di rumah jamurnya.
Selain itu akhir-akhir ini ia sedikit kesulitan mendapatkan bibit karena tingginya permintaan.
Ini disebabkan semakin banyak ibu rumah tangga yang juga membuat usaha serupa.
Pernah juga ia mengalami kegagalan 1.000 baglog akibat bibit yang lemah dan gagal tumbuh karena pembuat bibit buru-buru akibat tingginya permintaan.
Tidak hanya itu jika tidak cermat saat pengadukan awal karena komposisi campuran serbuk kayu, kapur hingga jagung dan air tidak pas juga dapat menimbulkan medium tanam tidak bisa menumbuhkan bibit jamur.
Untuk pemasaran ia menilai permintaan cukup tinggi bahkan pada waktu tertentu misalnya Lebaran bisa tak terpenuhi.
"Pasar selalu ada, tinggal kesiapan kita memenuhi yang perlu ditingkatkan," kata dia.
Satu baglog jamur tiram tersebut ditotal maka modalnya hanya Rp2 ribu dan akan berbuah dalam waktu dua bulan. Setelah itu akan kembali bisa dipanen setiap seminggu sekali selama empat bulan.
Manfaat Pinjol
Sejak digerebeknya sejumlah usaha pinjaman ilegal di masyarakat membuat pandangan masyarakat terhadap perusahaan finansial teknologi menjadi sedikit miring.
Akan tetapi pada satu sisi jika pinjaman tersebut digunakan untuk modal usaha produktif dan diperoleh dari perusahaan pembiayaan resmi dan terdaftar di OJK tak sedikit masyarakat yang terbantu.
Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan di Sumbar t terdapat 130.143 rekening penerima pinjaman daring legal di Sumatera Barat pada kurun Januari hingga Oktober 2021.
Dari 130.143 rekening tersebut total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp9,15 miliar dengan sisa pinjaman yang belum dibayar mencapai Rp300,22 miliar, kata Kepala OJK perwakilan Sumbar Yusri.
Menurut dia, kredit bermasalah untuk pinjaman daring legal ini di Sumbar terbilang kecil hanya 1,17 persen.
Oustanding pinjaman daring di Sumbar dari tahun ke tahun terus naik, pada 2019 se9Rp85,30 miliar, 2020 sebesar Rp146,53 miliar dan hingga Oktober 2021 sebesar Rp300,22 miliar.
Sementara akumulasi penyaluran pinjaman hingga Oktober 2021 mencapai Rp2,02 triliun.
Ia melihat pada satu sisi pinjaman daring atau fintech P2P Lending cukup membantu masyarakat yang membutuhkan pembiayaan karena lebih cepat dan praktis.
Akan tetapi ia mengingatkan agar masyarakat yang meminjam melalui pinjaman daring memastikan perusahaan pembiayaannya legal dan terdaftar di OJK.
Ia menyebutkan selama ini pihaknya cukup sering menerima pengaduan dari masyarakat soal pinjaman daring ilegal.
Hingga 31 Oktober 2021 tercatat di Sumbar ada 20 pengaduan, 6 pemberian informasi dan 239 pertanyaan kepada OJK.
Yusri melihat kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pinjaman dengan cepat telah dimanfaatkan oleh pelaku pinjaman online ilegal.
Ciri-ciri pinjaman daring ilegal biasanya amat mudah memberi pinjaman, suku bunga tinggi, denda tidak terbatas dan peminjam mendapatkan teror dan intimidasi jika tidak membayar cicilan, ujarnya.
Ia menyebutkan total pinjaman online ilegal yang telah dihentikan sampai Oktober 2021 sebanyak 3.515 entitas.
Ke depan melalui satgas waspada investasi pihaknya akan terus melakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak terjerat pinjaman daring ilegal.
Bantu UKM
Sementara perusahaan finansial teknologi PT Amartha Mikro Fintek telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp208 miliar dari Januari hingga Oktober 2021 kepada 46 ribu pelaku UMKM di Sumbar.
"Angka ini meningkat 167 persen dibanding penyaluran 2020 yang hanya Rp78 miliar, pembiayaan disalurkan kepada usaha sektor perdagangan, seperti warung makan, warung kelontong, warung kopi, dan lainnya," kata Chief Risk & Sustainability Officer Amartha Aria Widyanto.
Ia memaparkan dalam penyaluran pembiayaan modal Amartha fokus kepada ibu rumah tangga yang menjadi pelaku UKM agar usahanya bisa berkembang.
Perusahaan fokus membiayai ibu-ibu di perdesaan karena selama ini dari 60 juta UMKM yang ada 50 persen adalah ibu ibu yang skala bisnisnya paling kecil serta butuh bantuan modal.
Amartha menilai ketika ada akses pembiayaan bagi UMKM maka akan lebih mempercepat terwujudnya kesejahteraan.
Ia menargetkan penyaluran sebesar Rp400 miliar pada 2022 untuk wilayah Sumatera Barat.
Untuk pembiayaan permodalan sendiri nominalnya mulai dari Rp3 juta hingga Rp15 juta dengan masa pengembalian 12 bulan.
Selain itu, pinjaman diberikan kepada ibu-ibu yang telah membentuk kelompok dan dilakukan pembinaan oleh petugas lapangan.
Jika ada yang terlambat melunasi maka menjadi tanggung jawab anggota kelompok yang lain bersama-sama melunasi, namun selama ini kredit macet relatif kecil karena pengembalian hampir 100 persen.
Sejak beroperasi di Sumatera pada 2020, Amartha telah menjangkau lebih dari 204.000 mitra perempuan pengusaha mikro yang tersebar di 141 titik operasional.
"Kami ingin mendorong percepatan pemulihan ekonomi sektor mikro pasca pandemi, dan ini terinspirasi dengan ketangguhan dan semangat para perempuan pengusaha mikro untuk bangkit dan sejahtera," kata dia.
Sejalan dengan itu Head of Micro Business Amartha wilayah Sumatera M. Akib menyampaikan wilayah Sumatera Barat mencatatkan tingkat pengembalian pinjaman yang sangat baik, yakni mencapai 99,90 persen.
Penerima pembiayaan di Sumbar tersebar di tiga daerah yaitu kota Padang, Dharmasraya, dan Pesisir Selatan.
Amartha juga mengerahkan hampir 300 orang tenaga lapangan yang tersebar di Sumatera Barat untuk memonitor perkembangan usaha para mitra.
Tenaga lapangan membantu mitra untuk tetap produktif dengan memberikan berbagai pelatihan seperti pelatihan literasi keuangan, kewirausahaan, maupun literasi digital/teknologi.
Warga Koto Tuo, Kelurahan Koto Pulai, Kecamatan Koto Tangah itu memilih untuk mengasuh anaknya sendiri karena anak keenamnya tersebut satu-satunya perempuan.
Sembari merawat dan mengasuh anak, Sri yang selama ini terbiasa bekerja dan beraktivitas di luar rumah mencoba peruntungan untuk tetap bisa mencari penghasilan tambahan, namun tidak terlalu menyita waktu.
Kebetulan saat itu di daerahnya sedang ada pelatihan pembudidayaan jamur tiram oleh mahasiswa Universitas Taman Siswa Padang.
Ia pun tertarik dan setelah mengikuti pelatihan dengan modal hanya Rp100 ribu, Sri mencoba budi daya jamur tiram dari rumahnya.
Dari uang Rp100 ribu tersebut ia membeli bahan bahan berupa serbuk kayu, bibit jamur tiram, baglog atau media tanam berbentuk silinder yang dilapisi plastik khusus, jagung hingga kapur.
Setelah semuanya diaduk lalu didiamkan dalam karung selama tiga hari, mulailah ia memasukan serbuk tersebut ke dalam baglog. Setelah itu baglog tersebut direbus lebih kurang empat sampai enam jam
Setelah didiamkan semalam mulailah proses inkubasi atau memasukan bibit jamur dan hanya menunggu dua bulan mulailah panen pertama jamur tiram.
Berkat kegigihannya awalnya panen jamur Sri cukup berhasil kendati jumlah baglog yang dibudidayakan hanya 50 unit saja.
Baglog tersebut ia tempatkan di rak yang dibuat khusus di bagian samping rumahnya dan setiap hari suhunya selalu jaga tidak boleh lebih dari 28 derajat Celcius.
Melihat hasil panen pertama cukup baik ia pun merasa ini adalah usaha yang cukup menjanjikan dan mulai mencari modal agar bisa membuat lebih baglog sehingga bisa panen lebih banyak.
Pada awalnya Sri berjumpa dengan seorang teman yang bersedia menjadi pemodal dan ia pun terus menekuni usaha pembuatan jamur tiram tersebut.
Usaha ini juga terbilang tidak menyita waktu karena setelah proses awal selesai ia cukup menjaga suhu ruangan tempat baglog disimpan dengan menyiram pakai selang.
"Kalau suhu panas bisa tiga kali sehari disiram, kalau hujan terus ndak perlu disiram," ujarnya.
Hasilnya pun cukup menjanjikan untuk menambah belanja rumah tangga karena kini harga satu kilogram jamur tiram sebesar Rp30 ribu dan sudah ada pembeli tetap yang datang menjemput.
Pada 2019 Sri kembali berusaha mencari tambahan modal untuk memperbesar skala usahanya.
Berkat saran dari temannya ia pun berkenalan dengan PT Amartha Mikro Fintech yang merupakan perusahaan teknologi finansial peer to peer lending.
Untuk bisa mendapatkan pinjaman modal Sri harus berkelompok dengan perempuan lain yang juga memiliki usaha dan akhirnya ia bisa mendapatkan pinjaman perdana Rp4 juta.
Dari pinjaman tersebut Sri mampu membuat 10 ribu baglog dan tak kurang dari lima sampai 10 kilogram jamur tiram yang dihasilkan dalam sehari.
"Alhamdulillah kalau sekarang bisa membantu untuk biaya makan hingga sekolah anak," katanya.
Ia pun bersyukur karena tempat usahanya yang diberi nama Rumah Jamur Raya kini makin berkembang dan banyak juga yang ingin belajar secara langsung bagaimana cara mengembangkan budi daya jamur tiram.
Meski pun suaminya hanya seorang petani, usaha jamur Sri kini terus bertumbuh dan ia berencana akan memindahkan ke lahan suami di Lubuk Minturun karena suhu udaranya lebih sejuk.
Sri mengemukakan sejumlah kendala yang dihadapi dalam budi daya jamur tiram adalah soal suhu udara yang benar-benar harus dijaga agar jamur tidak mati.
Untuk itu ia selalu rutin mengecek suhu udara agar tidak lebih dari 28 derajat celcius menggunakan thermometer di rumah jamurnya.
Selain itu akhir-akhir ini ia sedikit kesulitan mendapatkan bibit karena tingginya permintaan.
Ini disebabkan semakin banyak ibu rumah tangga yang juga membuat usaha serupa.
Pernah juga ia mengalami kegagalan 1.000 baglog akibat bibit yang lemah dan gagal tumbuh karena pembuat bibit buru-buru akibat tingginya permintaan.
Tidak hanya itu jika tidak cermat saat pengadukan awal karena komposisi campuran serbuk kayu, kapur hingga jagung dan air tidak pas juga dapat menimbulkan medium tanam tidak bisa menumbuhkan bibit jamur.
Untuk pemasaran ia menilai permintaan cukup tinggi bahkan pada waktu tertentu misalnya Lebaran bisa tak terpenuhi.
"Pasar selalu ada, tinggal kesiapan kita memenuhi yang perlu ditingkatkan," kata dia.
Satu baglog jamur tiram tersebut ditotal maka modalnya hanya Rp2 ribu dan akan berbuah dalam waktu dua bulan. Setelah itu akan kembali bisa dipanen setiap seminggu sekali selama empat bulan.
Manfaat Pinjol
Sejak digerebeknya sejumlah usaha pinjaman ilegal di masyarakat membuat pandangan masyarakat terhadap perusahaan finansial teknologi menjadi sedikit miring.
Akan tetapi pada satu sisi jika pinjaman tersebut digunakan untuk modal usaha produktif dan diperoleh dari perusahaan pembiayaan resmi dan terdaftar di OJK tak sedikit masyarakat yang terbantu.
Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan di Sumbar t terdapat 130.143 rekening penerima pinjaman daring legal di Sumatera Barat pada kurun Januari hingga Oktober 2021.
Dari 130.143 rekening tersebut total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp9,15 miliar dengan sisa pinjaman yang belum dibayar mencapai Rp300,22 miliar, kata Kepala OJK perwakilan Sumbar Yusri.
Menurut dia, kredit bermasalah untuk pinjaman daring legal ini di Sumbar terbilang kecil hanya 1,17 persen.
Oustanding pinjaman daring di Sumbar dari tahun ke tahun terus naik, pada 2019 se9Rp85,30 miliar, 2020 sebesar Rp146,53 miliar dan hingga Oktober 2021 sebesar Rp300,22 miliar.
Sementara akumulasi penyaluran pinjaman hingga Oktober 2021 mencapai Rp2,02 triliun.
Ia melihat pada satu sisi pinjaman daring atau fintech P2P Lending cukup membantu masyarakat yang membutuhkan pembiayaan karena lebih cepat dan praktis.
Akan tetapi ia mengingatkan agar masyarakat yang meminjam melalui pinjaman daring memastikan perusahaan pembiayaannya legal dan terdaftar di OJK.
Ia menyebutkan selama ini pihaknya cukup sering menerima pengaduan dari masyarakat soal pinjaman daring ilegal.
Hingga 31 Oktober 2021 tercatat di Sumbar ada 20 pengaduan, 6 pemberian informasi dan 239 pertanyaan kepada OJK.
Yusri melihat kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pinjaman dengan cepat telah dimanfaatkan oleh pelaku pinjaman online ilegal.
Ciri-ciri pinjaman daring ilegal biasanya amat mudah memberi pinjaman, suku bunga tinggi, denda tidak terbatas dan peminjam mendapatkan teror dan intimidasi jika tidak membayar cicilan, ujarnya.
Ia menyebutkan total pinjaman online ilegal yang telah dihentikan sampai Oktober 2021 sebanyak 3.515 entitas.
Ke depan melalui satgas waspada investasi pihaknya akan terus melakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak terjerat pinjaman daring ilegal.
Bantu UKM
Sementara perusahaan finansial teknologi PT Amartha Mikro Fintek telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp208 miliar dari Januari hingga Oktober 2021 kepada 46 ribu pelaku UMKM di Sumbar.
"Angka ini meningkat 167 persen dibanding penyaluran 2020 yang hanya Rp78 miliar, pembiayaan disalurkan kepada usaha sektor perdagangan, seperti warung makan, warung kelontong, warung kopi, dan lainnya," kata Chief Risk & Sustainability Officer Amartha Aria Widyanto.
Ia memaparkan dalam penyaluran pembiayaan modal Amartha fokus kepada ibu rumah tangga yang menjadi pelaku UKM agar usahanya bisa berkembang.
Perusahaan fokus membiayai ibu-ibu di perdesaan karena selama ini dari 60 juta UMKM yang ada 50 persen adalah ibu ibu yang skala bisnisnya paling kecil serta butuh bantuan modal.
Amartha menilai ketika ada akses pembiayaan bagi UMKM maka akan lebih mempercepat terwujudnya kesejahteraan.
Ia menargetkan penyaluran sebesar Rp400 miliar pada 2022 untuk wilayah Sumatera Barat.
Untuk pembiayaan permodalan sendiri nominalnya mulai dari Rp3 juta hingga Rp15 juta dengan masa pengembalian 12 bulan.
Selain itu, pinjaman diberikan kepada ibu-ibu yang telah membentuk kelompok dan dilakukan pembinaan oleh petugas lapangan.
Jika ada yang terlambat melunasi maka menjadi tanggung jawab anggota kelompok yang lain bersama-sama melunasi, namun selama ini kredit macet relatif kecil karena pengembalian hampir 100 persen.
Sejak beroperasi di Sumatera pada 2020, Amartha telah menjangkau lebih dari 204.000 mitra perempuan pengusaha mikro yang tersebar di 141 titik operasional.
"Kami ingin mendorong percepatan pemulihan ekonomi sektor mikro pasca pandemi, dan ini terinspirasi dengan ketangguhan dan semangat para perempuan pengusaha mikro untuk bangkit dan sejahtera," kata dia.
Sejalan dengan itu Head of Micro Business Amartha wilayah Sumatera M. Akib menyampaikan wilayah Sumatera Barat mencatatkan tingkat pengembalian pinjaman yang sangat baik, yakni mencapai 99,90 persen.
Penerima pembiayaan di Sumbar tersebar di tiga daerah yaitu kota Padang, Dharmasraya, dan Pesisir Selatan.
Amartha juga mengerahkan hampir 300 orang tenaga lapangan yang tersebar di Sumatera Barat untuk memonitor perkembangan usaha para mitra.
Tenaga lapangan membantu mitra untuk tetap produktif dengan memberikan berbagai pelatihan seperti pelatihan literasi keuangan, kewirausahaan, maupun literasi digital/teknologi.