Padang (ANTARA) - Manusia silver di Kota Padang, Sumatera Barat pertumbuhannya “menjamur” sejak beberapa waktu terakhir seperti yang terlihat di beberapa kawasan dan perempatan lampu merah hingga dirasakan mengganggu lalulintas serta privasi dari pemilik kendaraan.
“Fenomena manusia silver ini terus bertumbuh dari awahnya di lampu merah Imam Bonjol tapi sekarang sudah tersebar di berbagai lokasi persimpangan seperti by pass, Khatib Sulaiman, Plaza Andalas dan lainnya,” kata Ilham, manusia silver di persimpangan “traffic light” Plaza Andalas Padang, Selasa (6/7).
Manusia Silver merupakan anak berusia muda yang mengecat bagian tubuh mereka mulai dari wajah, badan hingga kaki dengan cat minyak berwarna silver yang dicampur minyak goreng hingga menyerupai patung agar pengguna jalan merasa simpati dan memberikan uang ke mereka dengan cara memberi hormat.
“Awalnya saya cari uang dengan cara mengamen untuk kebutuhan hidup, namun hasilnya minim, hingga akhirnya nyoba cara lain dengan mengecat tubuh ternyata hasilnya menguntungkan,” ujar Ilham yang mengaku putus sekolah sejak SD dan begitu juga dengan rekan dia sesama manusia silver.
Mereka beroperasi mulai jam 13.00 WIB sampai 17.00 WIB setiap harinya saat pekerja atau pegawai istirahat siang serta jam pulang ke rumah.
Para manusia “silver” ini rata-rata merupakan remaja putus sekolah. Mereka bisa meraup Rp 70.000 sampai Rp 80.000 setiap harinya. Edi, Igo, dan Ilham. Ketiganya mengaku berasal dari Kelurahan Seberang Palinggam, Kecamatan Padang Selatan, Padang.
Ia menyatakan awal ketertarikan sebagai manusia silver ini setelah melihat video yang viral tentang keberadaan manusia silver ini di Jakarta dalam mencari nafkah hingga mereka terinsprasi.
Ramainya manusia “silver” ini menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat.
“Sebaiknya mereka diberi pengarahan, lalu ditertibkan,” ujar Azis, pegawai toko sekitar Plaza Andalas.
Sebelumnya warga juga melihat aparat Satpol PP pernah merazia manusia silver ini sebagai upaya pemerintah dalam penertiban Kota Padang untuk diberikan pembinaan dan pengarahan.
“Fenomena manusia silver ini terus bertumbuh dari awahnya di lampu merah Imam Bonjol tapi sekarang sudah tersebar di berbagai lokasi persimpangan seperti by pass, Khatib Sulaiman, Plaza Andalas dan lainnya,” kata Ilham, manusia silver di persimpangan “traffic light” Plaza Andalas Padang, Selasa (6/7).
Manusia Silver merupakan anak berusia muda yang mengecat bagian tubuh mereka mulai dari wajah, badan hingga kaki dengan cat minyak berwarna silver yang dicampur minyak goreng hingga menyerupai patung agar pengguna jalan merasa simpati dan memberikan uang ke mereka dengan cara memberi hormat.
“Awalnya saya cari uang dengan cara mengamen untuk kebutuhan hidup, namun hasilnya minim, hingga akhirnya nyoba cara lain dengan mengecat tubuh ternyata hasilnya menguntungkan,” ujar Ilham yang mengaku putus sekolah sejak SD dan begitu juga dengan rekan dia sesama manusia silver.
Mereka beroperasi mulai jam 13.00 WIB sampai 17.00 WIB setiap harinya saat pekerja atau pegawai istirahat siang serta jam pulang ke rumah.
Para manusia “silver” ini rata-rata merupakan remaja putus sekolah. Mereka bisa meraup Rp 70.000 sampai Rp 80.000 setiap harinya. Edi, Igo, dan Ilham. Ketiganya mengaku berasal dari Kelurahan Seberang Palinggam, Kecamatan Padang Selatan, Padang.
Ia menyatakan awal ketertarikan sebagai manusia silver ini setelah melihat video yang viral tentang keberadaan manusia silver ini di Jakarta dalam mencari nafkah hingga mereka terinsprasi.
Ramainya manusia “silver” ini menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat.
“Sebaiknya mereka diberi pengarahan, lalu ditertibkan,” ujar Azis, pegawai toko sekitar Plaza Andalas.
Sebelumnya warga juga melihat aparat Satpol PP pernah merazia manusia silver ini sebagai upaya pemerintah dalam penertiban Kota Padang untuk diberikan pembinaan dan pengarahan.