Jakarta (ANTARA) - Secara umum tren global sebaran pandemi virus corona mengalami perlambatan dalam beberapa hari terakhir.
Tren perlambatan pada skala global ini tentu menambah optimisme bagi banyak negara bahwa virus ini bisa dikendalikan. Dengan kerja keras, kemampuan mengendalikannya tampaknya hanya soal waktu.
Tren perlambatan itu disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berdasarkan laporan dari seluruh negara. kesimpulannya, WHO mencatat pelambatan kasus baru COVID-19 selama lima hari terakhir yang menurun dari penambahan kasus tertingginya secara global pada 11 April 2020.
Berdasarkan laporan situasi harian WHO terkait COVID-19 yang dikutip pada laman resminya di Jakarta, Kamis, jumlah penambahan kasus baru secara global sejak 11 April hingga 15 April adalah 89.657 kasus, 85.679 kasus, 76.498 kasus, 71.779 kasus dan 70.082 kasus.
Jumlah penambahan kasus baru COVID-19 secara global paling tinggi terjadi pada 11 April dengan jumlah 89.657 kasus baru. Kasus baru COVID-19 secara global per harinya berada di atas 80 ribu kasus untuk pertama kalinya pada 5 April 2020 dengan 82.061 kasus.
Angka tersebut fluktuatif antara 80 ribu dan 70 ribu hingga mencatatkan kasus terbanyaknya pada 11 April.
Fluktuatif
Sebelumnya, pelambatan kasus baru COVID-19 ini juga pernah terjadi dua kali, yaitu pada 31 Maret saat kasus baru secara global tertahan di sekitar 60 ribu kasus per hari dan pada 23 Maret kasus baru berada di kisaran 40 ribu per hari.
Jumlah penambahan kasus baru secara global sempat melambat dalam tiga hari sejak 29 Maret hingga 31 Maret, yaitu 63.159 kasus, 58.411 kasus dan 57.610 kasus. Namun pada 1 April kasus kembali melonjak menjadi 72.736 kasus.
Pelambatan kasus juga pernah terjadi pada 23 Maret sampai 25 Maret, yaitu 40.788 kasus, 39.825 kasus dan 40.712 kasus. Namun pelambatan pertumbuhan jumlah kasus tersebut hanya bertahan selama tiga hari yang kemudian kasus baru kembali melonjak menjadi 49.219 kasus pada 26 Maret.
Hingga kini Amerika Serikat adalah negara dengan kasus COVID-19 terbanyak, yaitu 578.268 kasus dengan 23.476 meninggal dunia. Kasus COVID-19 terbanyak kedua adalah Spanyol (172.541), Italia (162.488), Jerman (127.584), Prancis (102.533), Inggris (93.877) dan China dengan 83.745 kasus.
China yang merupakan sumber penularan pertama virus dan sempat menjadi negara dengan kasus COVID-19 tertinggi di dunia kini menjadi di urutan ketujuh dengan penambah 49 kasus per hari kemarin, dengan total 3.352 jiwa meninggal dunia dan penambahan 1 korban jiwa meninggal dunia dalam 24 jam terakhir.
Bahkan China bisa menekan angka kematian hingga di bawah 4 jiwa per harinya dalam 10 hari terakhir. Tiga hari di antaranya tidak mencatatkan penambahan angka kematian.
Terlalu Dini
Akankah tren global itu akan terus berlanjut?
Tentu masih terlalu dini untuk memastikannya. Perkembangan dalam beberapa hari mendatang akan menjadi jawaban faktual atas pertanyaan tersebut.
Angkanya bisa naik, mungkin juga terus turun. Sejak wabah ini merebak, angka-angka keterjangkitannya sering fluktuatif.
Apalagi beberapa negara masih melaporkan kenaikan jumlah kasus. Di samping itu adanya kasus baru di negara yang semula telah mampu mengendalikannya.
Artinya, angka-angka itu masih fluktuatif. Angka-angka yang lebih rinci dari negara bisa jadi acuan untuk menarik perkiraan masa puncak wabah ini di satu negara berdasarkan tren di negara lain yang waktunya hampir bersamaan.
Tren Naik
Di Indonesia, kasus COVID-19 sejak diumumkan pertama kali pada 2 Maret masih mengalami tren yang naik. Per 15 April tercatat sebanyak 5.136 kasus atau bertambah 297 kasus dibanding sehari sebelumnya.
Sebanyak 446 pasien yang dirawat dinyatakan telah pulih, sementara 469 jiwa meninggal dunia. Berbagai pihak terkait sedang bekerja keras untuk mengendalikan.
Kenaikan jumlah kasus masih terjadi di Jakarta dan daerah penyangga. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSSB) diharapkan mampu menurunkan penyebaran pagebluk ini secepatnya.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi DKI Jakarta mencatat hingga Rabu 15 April 2020, terdapat 2.447 orang di ibu kota telah dinyatakan positif terjangkit virus corona. Dari jumlah itu 164 orang di antaranya dinyatakan sembuh.
Ketua II Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi DKI Jakarta, Catur Laswanto dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, dari jumlah kasus positif itu, 1.424 pasien menjalani perawatan di rumah sakit dan 613 orang melakukan isolasi mandiri di kediamannya masing-masing.
Selain itu, sebanyak 876 orang masih menunggu hasil laboratorium. Sebanyak 2.991 orang dalam pemantauan (ODP) dengan 2.407 sudah selesai dipantau dan 584 masih dipantau.
Sementara pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 2.457 orang, dengan rincian 1.298 sudah pulang dari perawatan dan 1.159 masih dirawat. Pemprov DKI Jakarta terus melakukan tes cepat (rapid test) di enam wilayah kota/kabupaten dan Pusat Pelayanan Kesehatan Pegawai (PPKP).
Hingga Selasa (14/4), sebanyak 40.712 orang telah menjalani tes cepat yang dengan persentase positif COVID-19 sebesar 3,4 persen. Dari tes cepat tersebut, 1.395 orang dinyatakan positif dan 39.317 orang negatif.
Kinerja
Jakarta sebagai episentrum wabah ini di Indonesia masih berjuang keras untuk secepatnya menggapai puncak pertambahan kasus. Harapannya kinerjanya terus meningkat dengan lengkapnya komposisi pimpinan provinsi.
Pelantikan Ahmad Riza Patria sebagai Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta sisa masa jabatan 2017-2022 diharapkan dapat menjadi jawaban untuk menekan pertumbuhan kasus COVID-19.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria berharap kehadirannya bisa membantu Anies Baswedan untuk menuntaskan semua program. Pada tahap awal kerjanya, ia akan fokus pada masalah pandemi COVID-19 di Ibu Kota.
Tantangan yang langsung dihadapi tentu saja bersama Anies mewujudkan kemampuan Jakarta mengendalikan dan mengatasi virus corona angka kasusnya melandai dan melambat mengikuti tren global dalam beberapa hari terakhir.
Dengan optimisme semua pihak termasuk warga Jakarta, kinerja yang baik diyakini akan berbuah manis dan indah pada waktunya.
Tren perlambatan pada skala global ini tentu menambah optimisme bagi banyak negara bahwa virus ini bisa dikendalikan. Dengan kerja keras, kemampuan mengendalikannya tampaknya hanya soal waktu.
Tren perlambatan itu disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berdasarkan laporan dari seluruh negara. kesimpulannya, WHO mencatat pelambatan kasus baru COVID-19 selama lima hari terakhir yang menurun dari penambahan kasus tertingginya secara global pada 11 April 2020.
Berdasarkan laporan situasi harian WHO terkait COVID-19 yang dikutip pada laman resminya di Jakarta, Kamis, jumlah penambahan kasus baru secara global sejak 11 April hingga 15 April adalah 89.657 kasus, 85.679 kasus, 76.498 kasus, 71.779 kasus dan 70.082 kasus.
Jumlah penambahan kasus baru COVID-19 secara global paling tinggi terjadi pada 11 April dengan jumlah 89.657 kasus baru. Kasus baru COVID-19 secara global per harinya berada di atas 80 ribu kasus untuk pertama kalinya pada 5 April 2020 dengan 82.061 kasus.
Angka tersebut fluktuatif antara 80 ribu dan 70 ribu hingga mencatatkan kasus terbanyaknya pada 11 April.
Fluktuatif
Sebelumnya, pelambatan kasus baru COVID-19 ini juga pernah terjadi dua kali, yaitu pada 31 Maret saat kasus baru secara global tertahan di sekitar 60 ribu kasus per hari dan pada 23 Maret kasus baru berada di kisaran 40 ribu per hari.
Jumlah penambahan kasus baru secara global sempat melambat dalam tiga hari sejak 29 Maret hingga 31 Maret, yaitu 63.159 kasus, 58.411 kasus dan 57.610 kasus. Namun pada 1 April kasus kembali melonjak menjadi 72.736 kasus.
Pelambatan kasus juga pernah terjadi pada 23 Maret sampai 25 Maret, yaitu 40.788 kasus, 39.825 kasus dan 40.712 kasus. Namun pelambatan pertumbuhan jumlah kasus tersebut hanya bertahan selama tiga hari yang kemudian kasus baru kembali melonjak menjadi 49.219 kasus pada 26 Maret.
Hingga kini Amerika Serikat adalah negara dengan kasus COVID-19 terbanyak, yaitu 578.268 kasus dengan 23.476 meninggal dunia. Kasus COVID-19 terbanyak kedua adalah Spanyol (172.541), Italia (162.488), Jerman (127.584), Prancis (102.533), Inggris (93.877) dan China dengan 83.745 kasus.
China yang merupakan sumber penularan pertama virus dan sempat menjadi negara dengan kasus COVID-19 tertinggi di dunia kini menjadi di urutan ketujuh dengan penambah 49 kasus per hari kemarin, dengan total 3.352 jiwa meninggal dunia dan penambahan 1 korban jiwa meninggal dunia dalam 24 jam terakhir.
Bahkan China bisa menekan angka kematian hingga di bawah 4 jiwa per harinya dalam 10 hari terakhir. Tiga hari di antaranya tidak mencatatkan penambahan angka kematian.
Terlalu Dini
Akankah tren global itu akan terus berlanjut?
Tentu masih terlalu dini untuk memastikannya. Perkembangan dalam beberapa hari mendatang akan menjadi jawaban faktual atas pertanyaan tersebut.
Angkanya bisa naik, mungkin juga terus turun. Sejak wabah ini merebak, angka-angka keterjangkitannya sering fluktuatif.
Apalagi beberapa negara masih melaporkan kenaikan jumlah kasus. Di samping itu adanya kasus baru di negara yang semula telah mampu mengendalikannya.
Artinya, angka-angka itu masih fluktuatif. Angka-angka yang lebih rinci dari negara bisa jadi acuan untuk menarik perkiraan masa puncak wabah ini di satu negara berdasarkan tren di negara lain yang waktunya hampir bersamaan.
Tren Naik
Di Indonesia, kasus COVID-19 sejak diumumkan pertama kali pada 2 Maret masih mengalami tren yang naik. Per 15 April tercatat sebanyak 5.136 kasus atau bertambah 297 kasus dibanding sehari sebelumnya.
Sebanyak 446 pasien yang dirawat dinyatakan telah pulih, sementara 469 jiwa meninggal dunia. Berbagai pihak terkait sedang bekerja keras untuk mengendalikan.
Kenaikan jumlah kasus masih terjadi di Jakarta dan daerah penyangga. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSSB) diharapkan mampu menurunkan penyebaran pagebluk ini secepatnya.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi DKI Jakarta mencatat hingga Rabu 15 April 2020, terdapat 2.447 orang di ibu kota telah dinyatakan positif terjangkit virus corona. Dari jumlah itu 164 orang di antaranya dinyatakan sembuh.
Ketua II Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi DKI Jakarta, Catur Laswanto dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, dari jumlah kasus positif itu, 1.424 pasien menjalani perawatan di rumah sakit dan 613 orang melakukan isolasi mandiri di kediamannya masing-masing.
Selain itu, sebanyak 876 orang masih menunggu hasil laboratorium. Sebanyak 2.991 orang dalam pemantauan (ODP) dengan 2.407 sudah selesai dipantau dan 584 masih dipantau.
Sementara pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 2.457 orang, dengan rincian 1.298 sudah pulang dari perawatan dan 1.159 masih dirawat. Pemprov DKI Jakarta terus melakukan tes cepat (rapid test) di enam wilayah kota/kabupaten dan Pusat Pelayanan Kesehatan Pegawai (PPKP).
Hingga Selasa (14/4), sebanyak 40.712 orang telah menjalani tes cepat yang dengan persentase positif COVID-19 sebesar 3,4 persen. Dari tes cepat tersebut, 1.395 orang dinyatakan positif dan 39.317 orang negatif.
Kinerja
Jakarta sebagai episentrum wabah ini di Indonesia masih berjuang keras untuk secepatnya menggapai puncak pertambahan kasus. Harapannya kinerjanya terus meningkat dengan lengkapnya komposisi pimpinan provinsi.
Pelantikan Ahmad Riza Patria sebagai Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta sisa masa jabatan 2017-2022 diharapkan dapat menjadi jawaban untuk menekan pertumbuhan kasus COVID-19.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria berharap kehadirannya bisa membantu Anies Baswedan untuk menuntaskan semua program. Pada tahap awal kerjanya, ia akan fokus pada masalah pandemi COVID-19 di Ibu Kota.
Tantangan yang langsung dihadapi tentu saja bersama Anies mewujudkan kemampuan Jakarta mengendalikan dan mengatasi virus corona angka kasusnya melandai dan melambat mengikuti tren global dalam beberapa hari terakhir.
Dengan optimisme semua pihak termasuk warga Jakarta, kinerja yang baik diyakini akan berbuah manis dan indah pada waktunya.