Padang (ANTARA) - Akhfina (30) mengambil gawai dari dalam tas, lalu menekan layar beberapa kali. Tidak terlalu lama, ia lalu menyimpan kembali gawai itu dan sibuk lagi dengan pekerjaannya. Ada raut lega tersirat di wajah perempuan itu.
Ia wanita yang sedang meniti karir di sebuah bank di Kota Padang. Setelah tamat kuliah, ia melamar di bank itu dan berhasil menyisihkan ratusan orang sesama pencari kerja yang memasukkan lamaran.
Dulu, sebagai perempuan "single", Nana tidak terlalu pusing memikirkan apa yang akan dimakan untuk sarapan, makan siang atau menu untuk makan malam. Ia lebih sering makan di luar ketimbang masak untuk makan di kos-kos-an.
Ia merasa semua baik-baik saja. Tidak pernah ada masalah. Ia juga merasa bisa menikmati pola hidup seperti itu. Sebagian besar teman-temannya yang memilih berkarir juga melewati cara hidup yang nyaris sama. Jadi serasa ada teman sepenanggungan.
Namun setelah memutuskan untuk mengakhiri masa lajang lima tahun yang lalu, mau tidak mau ia harus "merekonstruksi" cara hidupnya. Meski sang suami tidak pernah menuntut ia memasak untuk keluarga, tetapi sebagai istri, Nana sesekali juga ingin menyiapkan makan untuk "Udo" tercinta.
Apalagi saat mereka telah dikaruniai anak. Mau tidak mau, ia harus memikirkan pula asupan gizi anak. Bahan untuk dimasak harus yang terbaik, tidak boleh sembarangan. Yah, begitulah insting seorang ibu: memberikan yang terbaik untuk anak.
Tapi sebagai seorang wanita karir, jam kerjanya benar-benar padat. Pergi di pagi buta, pulang sampai di rumah menjelang magrib. Kalau akhir bulan, apalgi akhir tahun malah bisa hampir tengah malam.
Nana selalu kesulitan untuk mendapatkan bahan makanan yang masih segar. Bila membeli sepulang kerja, sayur-mayur di toko biasanya telah layu. Ikannya juga tidak baru lagi. Daging? Biasanya tidak ada yang jual daging di senjaraya.
Kalau mau belanja pagi-lagi, sebagian toko belum buka. Ada yang sudah buka, tetapi belum ada yang mau dijual. Mau bagaimana lagi? Apa iya suami dan anak-anaknya harus makan "junk food" terus?
Layanan aplikasi KITKU, solusi belanja kebutuhan dapur untuk wanita karir di Padang. (ANTARA/Miko Elfisha)
KITKU jadi solusi kebutuhan dapur wanita karier di Padang
Sebagai bagian dari generasi milenial, Nana tentu fasih menggunakan gawai. Namun ia baru mengetahui di Padang ada aplikasi KITKU yang bisa membantu kesulitannya wanita karir sepertinya mendapatkan bahan makanan yang masih segar.
Cukup dengan mendaftar (login) melalui gawai, ia sudah bisa memanfaatkan aplikasi itu. Ada enam pilihan yang ada dalam tampilan yang sangat membantu karena mudah dimengerti itu.
Pilihan pertama sayur. Ada banyak sayur yang tersedia mulai dari kangkung,sawi, bayam hijau, wortel, pare, buncis hingga kembang kol.
Setidaknya ada belasan jenis sayuran yang bisa dipilih termasuk bumbu dapur seperti bawang merah, bawang bombai, bawang putih, bumbu "langkok", kelapa hingga cabai. Masing-masing jenis dijual per pack.
Kemudian ada pilihan daging, unggas dan telur. Daging ayam ras, ayam kampung, daging sapi dan telur bisa dipilih di sini.
Ada pilihan ikan. Ada 16 pilihan ikan disediakan di "market place" ini. Tuna, Nila, Lele, Cakalang, Kakap, Kerapu, Kepiting hingga ikan kering seperti teri nilon tersedia dan bisa dipilih.
Kemudian ada pilihan beras dan biji-bijian, makanan siap saji dan lainnya.
Akhfina menilai pilihan yang ditawarkan oleh KITKU sudah melebihi ekspektasinya untuk kebutuhan dapur yang masih segar dan berkualitas. Dan sekarang, ia tidak pernah pusing lagi membeli bahan makanan untuk keluarga tercinta.
Manager KITKU Hendry Fandra mengatakan "start up" yang didirikannya itu memang menyasar pasar wanita karir hingga Aparatur Sipil Negara (ASN) yang rata-rata pulang sore sehingga sulit untuk mendapatkan bahan makanan yang masih segar.
Meski masih tergolong baru, diluncurkan awal Maret 2020, tetapi Hendry menyebut konsep dan sistem kerjanya sudah terbangun dengan baik sehingga tidak akan mengecewakan konsumen.
"Konsumen bisa memesan bahan kebutuhan dapur dari pukul 08.00-21.00 WIB. Nanti ada pembagian waktu antar yang disesuaikan dengan kebutuhan," ujarnya.
Konsumen yang memesan dari pukul 08.00-11.00 WIB, belanjaan akan diantar siang hari pada hari yang sama. Namun jika konsumen meminta untuk dikirimkan pada hari berikutnya, juga diberi akses.
Konsumen yang memesan pukul 13.00-16.00 WIB diantar besok pagi atau siang sementara yang memesan pukul 16.00-21.00 diantara besok sore.
Pembagian waktu antar itu untuk menjaga kualitas bahan agar tetap segar saat sampai ke tangan konsumen.
"KITKU posisinya sebagai market place. Kita menyediakan ruang bagi pedagang dan UMKM untuk menjual produk dengan standar kualitas terjaga. Kalau ada pesanan, kita ambil dari mitra pedagang, kemudian diantar. Produknya dijamin masih segar," kata Hendry.
Konsumen bisa membayar produk yang dipesan melalui transfer rekening atau bisa pula setelah barang diterima di rumah, dengan tambahan angkos kirim. Ongkos kirim itu dijamin lebih murah dari aplikasi lain.
Hendry menyebut untuk tahap awal perusahaan yang berpusat di Perumahan Pesona Inanta Gunung Pangilun itu akan fokus untuk membesarkan "pasar" di Kota Padang dengan target lima ratus pelanggan pada tiga bulan pertama.
Namun, ke depan secara bertahap KITKU akan melakukan ekspansi ke beberapa kota di Sumbar seperti Pariaman, Padang Panjang, Bukittinggi, Payakumbuh, dan Kota Solok.
"Kita tidak hanya ingin membesarkan KITKU, tetapi juga membantu para wanita karir di Kota Padang agar lebih mudah berbelanja kebutuhan. Kami juga berkomitmen untuk membantu dan membina UMKM di Padang sebagai mitra," katanya.
Sebagai "start up" lokal, KITKU memahami harus bersaing dengan "raksasa" start up yang telah lebih dahulu berdiri dan memiliki ribuan konsumen. Namun, KITKU yakin kelebihan yang mereka punya, yang mengutamakan produk lokal yang berkualitas akan bisa diterima dihati masyarakat Kota Padang.
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumbar, Zirma Yusri menyebut kreasi dan inovasi adalah dua hal yang bisa menjadi modal bagi Usaha Kecil dan Menangah untuk tumbuh dan berkembang.
Pemanfaatan teknologi seperti KITKU juga meningkatkan daya saing karena bisa menjangkau semua orang, kapan saja dan dimana saja.***1***
Ia wanita yang sedang meniti karir di sebuah bank di Kota Padang. Setelah tamat kuliah, ia melamar di bank itu dan berhasil menyisihkan ratusan orang sesama pencari kerja yang memasukkan lamaran.
Dulu, sebagai perempuan "single", Nana tidak terlalu pusing memikirkan apa yang akan dimakan untuk sarapan, makan siang atau menu untuk makan malam. Ia lebih sering makan di luar ketimbang masak untuk makan di kos-kos-an.
Ia merasa semua baik-baik saja. Tidak pernah ada masalah. Ia juga merasa bisa menikmati pola hidup seperti itu. Sebagian besar teman-temannya yang memilih berkarir juga melewati cara hidup yang nyaris sama. Jadi serasa ada teman sepenanggungan.
Namun setelah memutuskan untuk mengakhiri masa lajang lima tahun yang lalu, mau tidak mau ia harus "merekonstruksi" cara hidupnya. Meski sang suami tidak pernah menuntut ia memasak untuk keluarga, tetapi sebagai istri, Nana sesekali juga ingin menyiapkan makan untuk "Udo" tercinta.
Apalagi saat mereka telah dikaruniai anak. Mau tidak mau, ia harus memikirkan pula asupan gizi anak. Bahan untuk dimasak harus yang terbaik, tidak boleh sembarangan. Yah, begitulah insting seorang ibu: memberikan yang terbaik untuk anak.
Tapi sebagai seorang wanita karir, jam kerjanya benar-benar padat. Pergi di pagi buta, pulang sampai di rumah menjelang magrib. Kalau akhir bulan, apalgi akhir tahun malah bisa hampir tengah malam.
Nana selalu kesulitan untuk mendapatkan bahan makanan yang masih segar. Bila membeli sepulang kerja, sayur-mayur di toko biasanya telah layu. Ikannya juga tidak baru lagi. Daging? Biasanya tidak ada yang jual daging di senjaraya.
Kalau mau belanja pagi-lagi, sebagian toko belum buka. Ada yang sudah buka, tetapi belum ada yang mau dijual. Mau bagaimana lagi? Apa iya suami dan anak-anaknya harus makan "junk food" terus?
KITKU jadi solusi kebutuhan dapur wanita karier di Padang
Sebagai bagian dari generasi milenial, Nana tentu fasih menggunakan gawai. Namun ia baru mengetahui di Padang ada aplikasi KITKU yang bisa membantu kesulitannya wanita karir sepertinya mendapatkan bahan makanan yang masih segar.
Cukup dengan mendaftar (login) melalui gawai, ia sudah bisa memanfaatkan aplikasi itu. Ada enam pilihan yang ada dalam tampilan yang sangat membantu karena mudah dimengerti itu.
Pilihan pertama sayur. Ada banyak sayur yang tersedia mulai dari kangkung,sawi, bayam hijau, wortel, pare, buncis hingga kembang kol.
Setidaknya ada belasan jenis sayuran yang bisa dipilih termasuk bumbu dapur seperti bawang merah, bawang bombai, bawang putih, bumbu "langkok", kelapa hingga cabai. Masing-masing jenis dijual per pack.
Kemudian ada pilihan daging, unggas dan telur. Daging ayam ras, ayam kampung, daging sapi dan telur bisa dipilih di sini.
Ada pilihan ikan. Ada 16 pilihan ikan disediakan di "market place" ini. Tuna, Nila, Lele, Cakalang, Kakap, Kerapu, Kepiting hingga ikan kering seperti teri nilon tersedia dan bisa dipilih.
Kemudian ada pilihan beras dan biji-bijian, makanan siap saji dan lainnya.
Akhfina menilai pilihan yang ditawarkan oleh KITKU sudah melebihi ekspektasinya untuk kebutuhan dapur yang masih segar dan berkualitas. Dan sekarang, ia tidak pernah pusing lagi membeli bahan makanan untuk keluarga tercinta.
Manager KITKU Hendry Fandra mengatakan "start up" yang didirikannya itu memang menyasar pasar wanita karir hingga Aparatur Sipil Negara (ASN) yang rata-rata pulang sore sehingga sulit untuk mendapatkan bahan makanan yang masih segar.
Meski masih tergolong baru, diluncurkan awal Maret 2020, tetapi Hendry menyebut konsep dan sistem kerjanya sudah terbangun dengan baik sehingga tidak akan mengecewakan konsumen.
"Konsumen bisa memesan bahan kebutuhan dapur dari pukul 08.00-21.00 WIB. Nanti ada pembagian waktu antar yang disesuaikan dengan kebutuhan," ujarnya.
Konsumen yang memesan dari pukul 08.00-11.00 WIB, belanjaan akan diantar siang hari pada hari yang sama. Namun jika konsumen meminta untuk dikirimkan pada hari berikutnya, juga diberi akses.
Konsumen yang memesan pukul 13.00-16.00 WIB diantar besok pagi atau siang sementara yang memesan pukul 16.00-21.00 diantara besok sore.
Pembagian waktu antar itu untuk menjaga kualitas bahan agar tetap segar saat sampai ke tangan konsumen.
"KITKU posisinya sebagai market place. Kita menyediakan ruang bagi pedagang dan UMKM untuk menjual produk dengan standar kualitas terjaga. Kalau ada pesanan, kita ambil dari mitra pedagang, kemudian diantar. Produknya dijamin masih segar," kata Hendry.
Konsumen bisa membayar produk yang dipesan melalui transfer rekening atau bisa pula setelah barang diterima di rumah, dengan tambahan angkos kirim. Ongkos kirim itu dijamin lebih murah dari aplikasi lain.
Hendry menyebut untuk tahap awal perusahaan yang berpusat di Perumahan Pesona Inanta Gunung Pangilun itu akan fokus untuk membesarkan "pasar" di Kota Padang dengan target lima ratus pelanggan pada tiga bulan pertama.
Namun, ke depan secara bertahap KITKU akan melakukan ekspansi ke beberapa kota di Sumbar seperti Pariaman, Padang Panjang, Bukittinggi, Payakumbuh, dan Kota Solok.
"Kita tidak hanya ingin membesarkan KITKU, tetapi juga membantu para wanita karir di Kota Padang agar lebih mudah berbelanja kebutuhan. Kami juga berkomitmen untuk membantu dan membina UMKM di Padang sebagai mitra," katanya.
Sebagai "start up" lokal, KITKU memahami harus bersaing dengan "raksasa" start up yang telah lebih dahulu berdiri dan memiliki ribuan konsumen. Namun, KITKU yakin kelebihan yang mereka punya, yang mengutamakan produk lokal yang berkualitas akan bisa diterima dihati masyarakat Kota Padang.
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumbar, Zirma Yusri menyebut kreasi dan inovasi adalah dua hal yang bisa menjadi modal bagi Usaha Kecil dan Menangah untuk tumbuh dan berkembang.
Pemanfaatan teknologi seperti KITKU juga meningkatkan daya saing karena bisa menjangkau semua orang, kapan saja dan dimana saja.***1***