Padang (ANTARA) - Sejumlah hewan melata mulai dari buaya, ular cobra, piton, sanca hingga laba-laba memasuki kawasan  Bukik Ase, Lolo Gunung Sarik, Kelurahan Gunung Sarik, Kecamatan Kuranji pada Minggu.

Kehadiran hewan tersebut bukannya membuat anak-anak takut malah berebut  melihat dan memegangnya.

Komunitas Reptil dan Ampibi (Krap) Padang memperkenalkan beragam hewan melata kepada puluhan anak di Bukik Ase, Lolo Gunung Sarik, Kelurahan Gunung Sarik, Kecamatan Kuranji Padang.

Pengenalan beragam hewan jenis reptil dan ampibi perlu dilakukan kepada anak sejak dini sehingga mereka paham dan bisa ikut menjaga kelestarian, kata Pembina Krap Padang Danu Seto Herlambang di Padang, Minggu.

Menurutnya di Sumbar cukup kaya akan jenis reptil dan ampibi yang eksotik namun keberadaannya langka sehingga perlu dilindungi.

Jenis hewan yang diperkenalkan kepada anak mulai dari ular piton regius, piton albino, ular lidi, ular pucuk, ular tikus, ular cobra, sanca batik, sanca bodo, iguana, tarantula, buaya, hingga tokek hias.

Krap memperkenalkan kepada anak agar bisa melindungi dan tidak menyiksa, jadi setelah besar mereka tahu ini ular, ini biawak, katanya.

Menurut dia dengan mengenalkan ular mana yang berbisa dan tidak berbisa maka anak akan tahu apa yang harus dilakukan saat bertemu sehingga tidak perlu dibunuh.

"Hewan itu sebenarnya tidak akan mengganggu kalau tidak diusik, jadi kalau bertemu sebaiknya diusir atau  menghindar saja," katanya.

Justru kalau hewan disakiti seperti ular akan ada sensor panas sehingga bisa menyerang balik manusia, katanya.

Pada kesempatan itu masing-masing hewan yang dibawa diperlihatkan satu per satu dan dijelaskan bagaimana perilakunya.

Para anak juga diberikan kesempatan memegang langsung hewan yang tidak berbahaya seperti iguana dan ular piton albino.

Saat memberikan penjelasan para anak juga antusias bertanya tentang apa makanan hewan yang diperlihatkan dan bagaimana merawatnya.

Bukik Ase merupakan kampung baca dan kreativitas yang berada di pinggiran kota Padang berdiri di lahan seluas 600 meter per segi.

Menurut pendirinya Yusrizal KW pada hari biasa sebanyak 32 anak dari warga setempat yang didominasi petani mengikuti PAUD gratis.

Selain itu para anak juga diajarkan seni tradisi Minang seperti randai, tarian tradisional, silat hingga disediakan taman baca, kata dia.

Tidak hanya itu pihaknya juga menggelar wisata literasi bagi pengunjung untuk belajar silat, randai, sumbang dua belas hingga menyantap makanan tradisional Minang.


 

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor : Miko Elfisha
Copyright © ANTARA 2024