Pulau Punjung, Sumbar (ANTARA) - Tradisi manjalang mintuo atau mengunjungi mertua oleh menantu perempuan masih bertahan di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat dalam menyambut bulan Ramadhan 1440 Hijriah.
Seperti halnya Tri Rahma (26) masyarakat Sikabau, di Pulau Punjung, Minggu mengatakan manjalang mintuo, selain bentuk penghormatan, juga sebagai ajang mempererat silaturahmi antara menantu dan mertua.
Manjalang mintuo bukan hanya datang ke rumah dan saling maaf-bermaafan, namun kata dia disertai membawa rantang yang berisi bermacam masakan. Makanan tersebut akan dihidangkan dan dimakan bersama-sama.
"Iya hari ini mau ke tempat mertua, bawa makanan juga untuk makan bersama nanti di rumah mertua," katanya.
Sementara, Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Sikabau, Kecamatan Pulau Punjung, Jamhur Dt Jati menerangkan selain menyambut Bulan Suci Ramadhan manjalang mintuo juga kerap dilakukan pada saat setelah Idul Fitri.
Ia mengatakan biasanya rantang berisi masakan berupa gulai daging, rendang, ikan goreng, sambal, kue, dan berbagai macam kuliner tradisional lainnya.
"Saat ini masih banyak warga yang menjalankan tradisi manjalang mintuo sebagai bentuk penghormatan antara menantu dengan mertua," katanya.
Meski tradisi tersebut sudah menjadi turun-temurun, ia juga tak menampik jika ada sebagian dari masyarakat yang tidak melaksanakan. Hal ini mungkin dikarenakan beberapa faktor seperti, faktor ekonomi dan lain-lain.
"Mungkin saja lantaran ekonomi, namun ada juga warga yang tidak membawa rantang dan hanya mengunjungi saja, tidak masalah, tidak ada larangan, poin pentingnya adalah silaturahmi," katanya.
Ia berharap tradisi manjalang mintuo bertahan di tengah kehidupan masyarakat khususnya Minangkabau. Karena mengunjungi dan bersilaturahmi dengan orang tua yang masih hidup merupakan suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan.
"Kunjungilah kedua orangtua selagi mereka masih hidup. Tanpa makanan yang dibawa, tetaplah datang dan bersilaturahmi dengan orangtua," tambah dia.
Seperti halnya Tri Rahma (26) masyarakat Sikabau, di Pulau Punjung, Minggu mengatakan manjalang mintuo, selain bentuk penghormatan, juga sebagai ajang mempererat silaturahmi antara menantu dan mertua.
Manjalang mintuo bukan hanya datang ke rumah dan saling maaf-bermaafan, namun kata dia disertai membawa rantang yang berisi bermacam masakan. Makanan tersebut akan dihidangkan dan dimakan bersama-sama.
"Iya hari ini mau ke tempat mertua, bawa makanan juga untuk makan bersama nanti di rumah mertua," katanya.
Sementara, Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Sikabau, Kecamatan Pulau Punjung, Jamhur Dt Jati menerangkan selain menyambut Bulan Suci Ramadhan manjalang mintuo juga kerap dilakukan pada saat setelah Idul Fitri.
Ia mengatakan biasanya rantang berisi masakan berupa gulai daging, rendang, ikan goreng, sambal, kue, dan berbagai macam kuliner tradisional lainnya.
"Saat ini masih banyak warga yang menjalankan tradisi manjalang mintuo sebagai bentuk penghormatan antara menantu dengan mertua," katanya.
Meski tradisi tersebut sudah menjadi turun-temurun, ia juga tak menampik jika ada sebagian dari masyarakat yang tidak melaksanakan. Hal ini mungkin dikarenakan beberapa faktor seperti, faktor ekonomi dan lain-lain.
"Mungkin saja lantaran ekonomi, namun ada juga warga yang tidak membawa rantang dan hanya mengunjungi saja, tidak masalah, tidak ada larangan, poin pentingnya adalah silaturahmi," katanya.
Ia berharap tradisi manjalang mintuo bertahan di tengah kehidupan masyarakat khususnya Minangkabau. Karena mengunjungi dan bersilaturahmi dengan orang tua yang masih hidup merupakan suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan.
"Kunjungilah kedua orangtua selagi mereka masih hidup. Tanpa makanan yang dibawa, tetaplah datang dan bersilaturahmi dengan orangtua," tambah dia.