Sebagai ibu kota provinsi, Banda Aceh terus berbenah dan membangun berbagai infrastruktur, khususnya sarana pendukung pariwisata guna meraih lebih banyak kunjungan wisatawan ke daerah yang pernah luluh lantak akibat gempa dan tsunami 14 tahun lalu.
Sektor pariwisata diyakini mampu membawa perubahan dan kemajuan pesat bagi Kota Banda Aceh di masa mendatang, sebab didukung sejumlah objek andalan yang merupakan jejak tsunami 26 Desember 2004.
Situs-situs tsunami yang tersebar di sejumlah lokasi di pesisir Kota Banda Aceh itu akan menjadi "magnet" bagi wisatawan, baik Nusantara maupun mancanegara, berkunjung ke daerah berjuluk Serambi Mekkah itu.
Tsunami 14 tahun silam yang menyebabkan sedikitnya 170 ribu jiwa dinyatakan meninggal dunia memang meninggalkan duka, namun di balik itu semua juga membawa kabar gembira menyusul berakhirnya konflik bersenjata antara pemerintah dengan pihak GAM di Aceh.
Kini, situasi keamanan di Aceh yang terus berangsur membaik telah berdampak semakin ramainya kunjungan wisatawan, baik Nusantara maupun mancanegara, ke sejumlah daerah tujuan wisata, khususnya Kota Banda Aceh dan Sabang.
Beberapa objek wisata potensial yang setiap hari tidak pernah sepi dari kunjungan wisatawan adalah situs tsunami di Kota Banda Aceh, seperti PLTD Apung, kapal "nabi Nuh" Lampulo, Masjid Raya Baiturrahman, dan Kubah Masjid terhempas tsunami di Desa Gurah, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar.
Kemudian Museum Tsunami Aceh di Jalan Iskandar Muda, pusat Kota Banda Aceh. Museum ini memiliki suasana yang seolah menjadi simulasi peristiwa tsunami 2004. Di dalam museum itu juga terdapat koleksi foto kondisi Banda Aceh beberapa hari tsunami dan ruangan berisi nama-nama korban.
Melihat potensi ekonomi dari pariwisata ini menjanjikan, maka pemerintah setempat berupaya membangun berbagai fasilitas pendukung lainnya, dengan harapan ke depan sektor tersebut akan menjadi salah satu penyumbang pendapatan daerah dan lapangan kerja.
Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengaku optimistis sektor pariwisata di Ibu Kota Provinsi Aceh tersebut bakal maju di masa mendatang, karena potensinya cukup besar dan beraneka ragam.
"Sektor pariwisata Banda Aceh bakal maju di masa mendatang, bukan hal mustahil. Dan kami yakin ini," katanya menjelaskan.
Aminullah Usman mengungkapkan keyakinannya sektor pariwisata bakal maju karena Banda Aceh memiliki kelebihan dibandingkan dengan objek wisata daerah lainnya.
"Banyak daya tarik wisatawan berkunjung ke Banda Aceh. Seperti destinasi cagar budaya, wisata islaminya, hingga cita rasa kuliner, yang mendukung kemajuan sektor pariwisata Kota Banda Aceh," ungkap Aminullah Usman.
Melihat potensi tersebut, lanjut dia, Pemerintah Kota Banda Aceh menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan guna meningkatkan perekonomian masyarakat.
Selain itu juga menggencarkan promosi pariwisata Kota Banda Aceh agar wisatawan berbondong-bondong berkunjung ke Ibu Kota Provinsi Aceh tersebut.
Untuk meningkatkan kunjungan tersebut, kata dia, mulai melakukan pengembangan kawasan wisata, di antaranya, membangun kawasan Ulee Lheue sebagai pusat wisata kuliner dan pantai.
"Di kawasan itu juga akan dibangun lokasi zikir bertaraf internasional untuk menjaring wisatawan Muslim dunia. Kemudian ada wisata air di bantaran Krueng Aceh dan Krueng Daroy serta lainnya," sebut Wali Kota.
Menyangkut dengan target kunjungan, kata dia, Pemerintah Kota Banda Aceh menargetkan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara mencapai satu juta orang pada 2019.
"Kami juga mengajak masyarakat bersama-sama mempromosikan pariwisata Banda Aceh. Serta memberikan keramahtamahan kepada setiap wisatawan yang berkunjung," kata Aminullah Usman.
Kerja Sama Internasional
Pemerintah Kota Banda Aceh kini memfokuskan kerja sama dengan Pemerintah Kota Higashimatsushima, Jepang, di bidang pariwisata.
"Fokus kerja sama dengan Higashimatsushima di bidang pariwisata. Selain itu juga bidang perikanan dan kelautan, mitigasi bencana, dan lingkungan hidup," kata Aminullah Usman dalam pertemuan dengan Wali Kota Higashimatsushima Iwak Atsumi.
Wali Kota menyebutkan, sumber daya pariwisata tersebut di antaranya cagar budaya, wisata religi, kesenian, kuliner, dan lainnya yang menjadikan Banda Aceh sebagai daerah tujuan wisata.
"Dengan adanya kerja sama ini diharapkan wisatawan Jepang, terutama dari Kota Higashimatsushima berkunjung ke Banda Aceh," kata Aminullah menyebutkan.
Dengan banyaknya kunjungan wisatawan, tentu berdampak kepada ekonomi masyarakat, sehingga perekonomian meningkat. Maka dengan sendirinya angka kemiskinan dan pengangguran bisa menurun.
"Kami berharap, kerja sama dengan Pemerintah Kota Higashimatsushima terus ditingkatkan. Tidak hanya bidang pariwisata, tetapi juga bidang lainnya," kata Aminullah Usman.
Keyakinan akan tumbuh dan berkembangnya sektor pariwisata Kota Banda Aceh juga dari tren kunjungan wisatawan yang terus meningkat setiap harinya, terutama pada hari hari libur. Pertumbuhan perhotelan juga meningkat drastis beberapa tahun terakhir.
Namun yang tidak kalah pentingnya diperhatikan jika memang Pemerintah Kota Banda Aceh bertekad menjaring lebih banyak wisatawan di masa mendatang adalah soal kebersihan dan pelayanan, khususnya di sekitar objek wisata.
Anggota DPRK Banda Aceh Irwansyah mengingatkan kebersihan lokasi wisata menyusul meningkatnya kunjungan wisatawan ke wilayah itu.
"Kami mengingatkan kebersihan lokasi wisata tetap terjaga. Jangan sampai ada sampah di lokasi wisata yang bisa merusak citra Kota Banda Aceh," katanya.
Biasanya, libur panjang seperti sekarang ini dimanfaatkan masyarakat berwisata ke Banda Aceh. Kehadiran wisatawan dari berbagai daerah ini tentu akan menambah pekerjaan Dinas Kebersihan menjaga agar Kota Banda Aceh tetap bersih dan nyaman.
Kepada wisatawan, Irwansyah mengimbau menjaga kebersihan tempat wisata yang dikunjungi, seperti membuang sampah pada tempatnya dan mengingatkan pengunjung lain tidak membuang sampah sembarangan.
Irwansyah mencontohkan kawasan Masjid Raya Baiturrahman yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Masjid kebanggaan masyarakat Aceh itu harus tetap dijaga kebersihannya.
Pihak pengelola diminta menjamin kebersihan dan kesucian Masjid Raya Baiturrahman, termasuk mencegah adanya campur baur laki-laki dan perempuan yang bukan mahram di tempat tersebut.
"Begitu juga dengan tempat wisata lainnya, jangan sampai dipenuhi sampah. Jika kebersihan tidak terjaga, tentu berdampak kepada promosi pariwisata Kota Banda Aceh," kata Irwansyah.
Branding Cahaya Aceh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh menyatakan branding Aceh melalui Cahaya Aceh (the Light Of Aceh) akan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan ke provinsi setempat.
"Alhamdulillah branding ini membuat Aceh terus dikenal oleh mancanegara melalui berbagai budaya dan pariwisata yang digelar sepanjang tahun oleh Pemerintah Aceh bersama Pemerintah Pusat dan juga kabupaten/kota," kata Kepala Bidang Pemasaran Disbudpar Aceh Rahmadhani.
Ia menjelaskan branding cahaya Aceh tersebut mampu meningkatkan kunjungan wisata pada Tahun 2017 sekitar 2.944.169 orang terdiri 2.865.189 wisatawan Nusantara dan 78.980 wisatawan mancanegara dibanding dengan Tahun 2016 yang hanya sebanyak 2.154.249 orang terdiri dari 2.077.797 orang Nusantara dan 76.452 wisman.
Menurut dia dengan adanya beragam kegiatan yang kembali digelar pada Tahun 2018, termasuk dengan GAMI Festival 2018 dan beberapa kegiatan top Aceh lainnya, jumlah wisatawan akan meningkat pada tahun tersebut.
Pihaknya menargetkan jumlah wisatawan Nusantara yang melancong ke Aceh pada Tahun 2018 sebanyak empat juta orang dan untuk tamu asing lebih dari 150 ribu orang pada tahun itu.
Pihaknnya meyakini dengan beragam kegiatan promosi yang terus digalakkan, termasuk dengan kegiatan mempromosikan ragam keunggulan yang dimiliki daerah tersebut, seperti industri pariwisata, kopi dan makanan halal olahan pada Indonesia Expo-Jeddah, Arab Saudi 28 November sampai 1 Desember 2018.
"Kami optimistis peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Aceh akan berdampak positif pada semua sektor ekonomi sehingga upaya meningkatkan pertumbuhan eknomi daerah dan tercapai," katanya. (*)