Padang, (Antara Sumbar) - Badan Pusat Statistik (BPS)  Sumatera Barat (Sumbar) mencatat nilai tukar petani di daerah itu  pada Maret 2017 turun 0,46 persen dibandingkan  Februari.

        "Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan pada 11 kabupaten di Sumbar nilai tukar petani   Februari   98,64 pada Maret turun  menjadi 98,19 ," kata Kepala BPS Sumbar Sukardi di Padang, Senin.

        Ia menjelaskan nilai tukar petani  diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga dibayar petani, yang merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.

        Menurut dia, nilai tukar petani juga menunjukkan daya tukar  dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

        "Semakin tinggi nilai tukar petani maka semakin kuat pula   kemampuan atau daya beli petani," kata dia.

        Ia menyebutkan nilai tukar petani Maret   untuk  subsektor tanaman pangan 88,51, subsektor hortikultura 102,7,  subsektor  tanaman perkebunan rakyat  104,3,  subsektor peternakan 108,22 dan subsektor perikanan   110,03.

        Menurutnya secara regional di Sumbar  pada Maret terjadi inflasi di  perdesaan sebesar 0,41 persen  disebabkan  inflasi  pada kelompok bahan makanan 0,52 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,31 persen, kelompok perumahan 0,80 persen.

        Sementara, indeks harga yang diterima  petani   pada Maret turun 0,11 persen  dan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan  0,35 persen.

        Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumbar mencatat pertumbuhan lapangan usaha pertanian di provinsi itu pada triwulan II 2016 hanya 2,06 persen atau melambat dibandingkan triwulan I 2016 yang mencapai 5,21 persen.

        "Masih terbatasnya insentif petani untuk meningkatkan produksi sawit dan akibat imbas harga komoditas yang masih di bawah rata-rata harga pada 2014 dan 2015 berdampak pada menurunnya kinerja lapangan usaha pertanian," kata Kepala BI perwakilan Sumbar, Puji Atmoko.

        Menurutnya meskipun harga Tandan Buah Segar (TBS) dan Bahan Olah Karet terus membaik, pencapaian harga yang masih berada di bawah rata-rata pada 2014 dan 2015 belum dapat mendorong petani meningkatkan produksi pada triwulan II 2016.

        Selama triwulan II 2016, harga rata-rata TBS mencapai Rp1.521 per kilogram dan dan bahan olah karet Rp13.067 per kilogram atau lebih rendah dibandingkan harga rata-rata 2014 yaitu Rp1.793 per kilogram untuk TBS dan Rp15.090 per kilogram untuk bahan olah karet, ujar dia.  (*)
 


Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024