Sejak permintaan konsumen pada bahan masakan buah jengkol (Archidendron pauciflorum) dan petai (Parkia speciosa) di pasaran Sumatera Barat dan Indonesia pada umumnya tinggi, nilai ekonomis komoditas ini juga meningkat.

         Bahkan bersama cabai, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jengkol malah menjadi pemicu inflasi di kota Padang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumbar.

         Baiknya permintaan dan nilai ekonomis yang tinggi menyebabkan banyak daerah ingin mengembangkan dan membudidayakan dua jenis tanaman ini. Daerah-daerah itu pun menargetkan untuk menjadi sentra produksi jengkol dan petai.

         Seperti Kabupaten Agam yang telah menargetkan sejumlah kecamatan di wilayah itu untuk dijadikan sentra produksi tanaman ini.

         Agam merupakan salah satu sentra produksi pertanian dan perkebunan andalan di Sumatera Barat yang memiliki luas 2.232,30 kilometer persegi, terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi.

         Pemerintah daerah kabupaten ini telah menargetkan lima dari 16 kecamatan di daerah itu menjadi sentra jengkol dan petai pada 2022.

         Pemkab Agam pun kini sedang melakukan pembibitan jengkol dan petai yang akan dibagikan ke masyarakat.

         "Kelima kecamatan itu meliputi Lubuk Basung, Tanjung Raya, Tanjung Mutiara, Ampek Nagari dan Palembayan," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Ermanto.

         Menurutnya saat ini pihaknya sedang menyemai sebanyak 20 ribu bibit jengkol dari target satu juta pohon dan bibit petai yang telah disemai mencapai lima ribu bibit dari target satu juta pohon.

         "Bibit-bibit tersebut sedang disemai di halaman kantor Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam dan di lokasi pembibitan di rumah dinas bupati," ujarnya.

         Ia mengatakan setelah bibit-bibit itu besar, maka akan diserahkan kepada warga, kelompok tani dan lainnya untuk ditanam pada lahan milik mereka.

         Ermanto berharap dengan upaya itu maka pada enam tahun mendatang pohon-pohon jengkol dan petai tersebut sudah berbuah dan lima kecamatan itu akan menjadi sentra produksi dua komoditas ini.

         "Ini yang kita harapkan agar upaya itu juga dapat mengatasi inflasi di daerah ini karena jengkol dan petai merupakan salah satu penyebabnya," katanya.

         Ia menyebutkan selain pembibitan jengkol dan petai, Pemerintah Kabupaten Agam juga menyemai bibit cabai rawit, alpokat dan lainnya.

         "Kami bahkan sudah membagikan bibit cabai sekitar 16 ribu batang kepada warga," tambahnya.

         Upaya yang dilakukan pemerintah daerah Agam ini mendapat dukungan dari kalangan legislatif setempat.

         Seorang anggota DPRD Agam, Yuspidar menyatakan dukunganya pada program dari Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam tersebut.

         Ia pun berharap upaya ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah Agam pada umumnya.

         Namun, ia berharap agar bibit yang disemaikan itu memiliki kualitas unggul, sehingga hasilnya akan lebih baik.

         "Apabila bibit yang disemai unggul, maka buahnya tentu akan baik pula sehingga dapat menambah pendapatan masyarakat," sebutnya.

         Selain Agam, daerah di Sumatera Barat lainnya juga membudidayakan jengkol dan petai seperti Kabupaten Solok Selatan. Bahkan usaha ini mendapat dukungan dari Bank Indonesia (BI).

         BI mendukung rencana Solok Selatan membudidayakan jengkol dan petai karena dua komoditas ini menjadi penyumbang inflasi di daerah setempat, kata Kepala Divisi Advisory Pengembangan Ekonomi BI Perwakilan Sumatera Barat, Bimo Epyanto.

         Menurut dia, tanpa disadari jengkol dan petai juga penyumbang inflasi, karena kedua komoditas ini tidak dibudidayakan sehingga saat permintaan tinggi susah memenuhinya, karena keterbatasan stok yang berimbas harganya melambung tinggi.

         Hal tersebut disampaikannya saat rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Solok Selatan.

         Ia menambahkan masyarakat Solok Selatan tidak perlu khawatir atau takut membudidayakan kedua komoditas itu karena pasarnya sudah ada.

         Selain itu membudidayakan petai dan jengkol juga bisa dijadikan sebagai penunjang perekonomian masyarakat.

         "Hampir semua daerah di Sumatera Barat menjadi pasar petai dan jengkol, sehingga masyarakat tidak perlu takut untuk membudidayakannya," ungkapnya.

         Ia mengatakan untuk wilayah Sumatera Barat sampel inflasi hanya Kota Padang dan Bukittinggi karena menjadi konsumen.

         "Sedangkan Solok Selatan lebih cenderung menjadi produsen, sedangkan kita mengambil sampel di daerah yang menjadi konsumen," ujarnya.

         Menurutnya pada 2016 ada 10 komoditas penyebab inflasi dan yang paling sering ada empat yaitu beras, cabai merah serta telur dan daging ayam ras.

         Sedangkan Bupati Solok Selatan, Muzni Zakaria mengatakan kabupaten itu memiliki potensi sumberdaya alam (SDA) yang besar, tetapi belum dikelola dengan baik.

         "Solok Selatan baru sebatas punya SDA tetapi belum bisa mengelolanya dengan baik, dan diharapkan pertemuan TPID ini bisa memberikan masukan dan arahan untuk pengembangkan potensinya," kata dia.

         Sementara Asisten II Setdakab Solok Selatan, Efli Rahmat menyebutkan rencana untuk membudidayakan jengkol dan petai sudah ada sejak lama.

         "Kita memiliki lahan dengan tanah yang subur dan bisa dijadikan lokasi pembudidayaan jengkol dan petai," katanya.

         Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat (Sumbar), mencatat cabai merah dan jengkol merupakan dua komoditas pemicu inflasi di Padang pada September 2016 yang mencapai 0,58 persen.

         "Dua komoditas itu memiliki andil terbesar dalam membentuk angka inflasi di Padang yaitu cabai merah 0,51 dan jengkol 0,10," kata Kepala BPS Sumbar, Dody Herlando.

    
                       Manfaat jengkol-petai
    Satu situs kesehatan menyebutkan manfaat jengkol belum banyak diketahui masyarakat umum, padahal tumbuhan ini cukup ampuh untuk menjaga kesehatan tubuh manusia.

         Manfaat dari jengkol adalah, untuk pembentukan jaringan tubuh manusia dari kandungan protein yang tinggi pada komoditas ini.

         Lalu menyembuhkan anemia, karena jengkol kaya akan zat besi yang berperan mencegah dan mengatasi kurangnya produksi sel-sel darah merah dalam tubuh manusia.

         Kemudian jengkol dapat mencegah tulang keropos atau memperkuat tulang dan gigi karena mengandung zat kalsium dan fosfor yang sangat dibutuhkan oleh tulang.

         Jengkol juga dapat membasmi radikal bebas karena mengandung beberapa jenis vitamin seperti vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C. Vitamin-vitamin ini bermanfaat menangkal zat-zat radikal bebas penyebab penyakit kanker.

         Lalu mengatasi penyakit jantung koroner karena jengkol merupakan bahan makanan yang bersifat diuretic yang menyebabkan pembuangan urine jadi lancar hingga sangat baik untuk para penderita penyakit jantung.

         Manfaat jengkol lainnya, dapat merampingkan perut, mencegah diabetes, mengatasi masalah penyempitan pembuluh darah, mengatasi sembelit pada ibu hamil, membantu pertumbuhan tulang dan gigi pada janin yang masih dalam kandungan.

         Jengkol juga dapat menstabilkan organ-organ penting dalam tubuh, mencegah kecacatan pada bayi, mengontrol kadar gula darah dan mengandung zat antioksidan serta bermanfaat menjaga kesehatan jantung.

         Sedangkan manfaat petai bagi kesehatan manusia antara lain, menurunkan risiko kanker dan penyakit hati, menghilangkan stres dan depresi, menurunkan hipertensi, membuat awet muda. (*)

Pewarta : Hendra Agusta
Editor :
Copyright © ANTARA 2024