Huiii...,Rusdi, Rosni mandi lai, baok anak-anak tu, alah sore mah, capek, capek(hui, Rusdi Rosni mandi lagi, bawa anak-anak, hari sudah sore, cepat cepat).
Minggu (8/3) pukul 16.00 WIB, sinar mentari masih terasa menyengat di Kampung Kubang Nagari Koto Berapak Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar.
Seorang lelaki tua terlihat bergegas menuju hamparan padang rumput seluas 25 x 25 meter di pinggir sungai Batang Bayang. Ia kembali berteriak..Huiii.
Tak lama, seekor rusa jantan muncul dari balik semak belukar pinggir padang rumput. Kemunculannya diikuti empat ekor rusa lain. Sesaat, ke lima satwa tertegun. Namun tak lama, teriakan itu disahuti lengkingan panjang, oikkk..oekkk..oikkk.
Usai mengeluarkan lengkingan, para rusa berlari menuju ke tengah padang rumput. Satwa melonjak-lonjak dan berkumpul, tak ubahnya mempertontonkan sebuah tarian selamat datang kepada tuannya.
Tak lama, si lelaki tua sampai di lokasi gerombolan rusa. Di tangannya, terlihat sebuah panci plastik hitam berisikan campuran dedak dan sagu. Sambil mengusap kepala rusa, dia berkata; " Mandi lai, beko makan di tapi batang aia yo (mandi lagi ya, makannya nanti di pinggir sungai saja)," katanya.
Rusa-rusa itu terlihat patuh, dan mengikuti langkah tuannya menuju sungai berjarak 15 meter dari padang rumput dan makan dedak dan sagu bersama dipinggir sungai Batang Bayang.
Lelaki tua tersebut, bernama Darzin (55). Warga Kampung Kubang, memanggilnya dengan 'Pandeka', dalam bahasa minang berarti pendekar alias orang mahir memainkan seni bela diri pencak silat.
Kesehariannya, lelaki bertubuh sedang dengan kulit sawo matang ini berprofesi sebagai pedagang ternak. Mulai sapi, kambing, kuda dan lainnya.
Empat tahun terakhir, Pandeka memiliki sebuah kebiasaan unik, yakni memelihara rusa di padang rumput dekat rumahnya. Saking cintanya ke rusa, seluruh satwa tersebut diberi nama kesayangan masing-masing.
Di antaranya, rusa pejantan berumur 4 tahun dinamai 'Rusdi', betina dewasa umur 3,5 tahun diberi nama 'Rosni', betina muda usia 2,5 tahun dipanggil 'Rosi' dan 2 ekor betina kecil umur 8 bulan masing-masing dinamai 'Rina' dan 'Rini' (anak kembar pertama hasil penangkaran rusa dari induk bernama Rosni).
" Keseluruhan nama sengaja menggunakan huruf "R", sesuai inisial awal dari rusa,"ucap Pandeka.
Kepedulian kepada rusa, berawal pada tahun 2004. Kala itu, ia mendapati seorang pemburu membawa seekor anak rusa jantan keluar dari hutan Bukik Aia Gadang, dipinggir kampung Kubang.
Rusa jantan kecil itu terlihat terluka dikaki, bekas gigitan anjing si pemburu babi. Entah kenapa, rasa kepeduliannya tiba-tiba muncul saat itu. Ia mendatangi si pemburu dan meminta supaya diizinkan merawat rusa kecil itu.
Awalnya, permintaan ditolak si pemburu. Alasan merawat dan membesarkan rusa, dianggap olok-olok. Pandeka tak berhenti sampai di situ, ia kembali meyakinkan pemburu kalau keinginannya bukan olok-olok. Si pemburu akhirnya percaya, rusa jantan itu pun diberikan dan dirawat sampai sembuh.
Enam bulan kemudian, Pandeka kembali mendapatkan dua ekor rusa betina dari tangan pemburu lainnya, dengan lokasi sama. Bertambahnya jumlah rusa peliharaan, membuat rasa kepedulian guna menjaga satwa langka dari kepunahan, kian mengental.
Ia pun mencoba menularkan rasa kepedulian tadi ke warga sekitar. Berkat pengertian diberikan Pandeka, sebagian besar warga memberikan respon baik. Dan mulai berangsur memahami pentingnya gerakan pelestarian rusa.
Sebuah kesepakatan tak tertulis berlaku di tengah masyarakat, setiap pemburu diminta tidak berburu rusa di hutan seputar kampung Kubang.
Sebab, bisa mengurangi popularitas rusa selaku satwa langka. Kalau menemukan atau mendapat tidak sengaja dalam kondisi hidup , si pemburu diminta kesediaan memberikannya ke penangkaran rusa milik Pandeka.
Sepanjang empat tahun penangkaran, berbagai godaan dijumpai Pandeka. Salah satunya, kedatangan sejumlah orang yang ingin membeli rusa. Harga ditawarkan pun menggiurkan, Rp 25 juta/ekor.
Pandeka tetap Pandeka, ia tidak bergeming melihat uang sebesar itu. Ancaman serta gaya pertakut oknum yang ditolak keinginannya, dihadang. Tekadnya sudah bulat, penangkaran rusa miliknya untuk kelestarian dan pengembangbiakan rusa, bukan bisnis.
Dalam mencarikan makanan, Pandeka dibantu anaknya bernama Alan (13). Bocah yang duduk dibangku kelas I SMP 4 Bayang tersebut, setiap pagi mengeluarkan rusa dari kandang, mencari rumput dan dedaunan di sekitar kampung Kubang. Siangnya, tugas mencari sagu dan dedak dilakukan Pandeka. Sebab, Alan harus berangkat ke sekolah (belajar siang).
Satwa piaraan itu, diberi makan empat kali sehari. Pagi, diberikan dedak campur sagu. Siang, diberikan rumput. Sore, dedak campur sagu dan Malam, diberikan kembali rumput dikandang sederhana tak jauh dari padang rumput.
Rusa di Kubang termasuk jenis Sambar (Cervus unicolor). Berwarna coklat kehitaman dengan bulu yang panjang, dua tanduk bercabang kiri kanan bisa mencapai satu meter pada rusa jantan, bobot satwa dewasa mencapai dua kuintal dengan panjang badan (kepala sampai ujung badan) 1,7 sampai 2,7 meter.
Rusa merupakan satwa yang mudah kaget dan stres, bila mendengar suara keras atau kejadian-kejadian tidak biasa. Ketika terkejut, hewan mamalia itu biasanya akan meloncat tinggi.
Tapi, tidak bagi satwa piaraan Pandeka. Rata-rata terlihat jinak serta tidak mudah stress. Padahal, padang rumput lokasi bermain berada di pinggir (bawah) jalan raya yang dilalui beragam kendaraan bermotor.
"Kalau boleh berharap, saya punya satu keinginan. Pemerintah mau membantu meningkatkan status penangkaran ini menjadi lokasi konservasi khusus rusa,"katanya.
Darzin pantas menyandang gelar pendekar. Dia tidak cuma pelestari rusa, tapi ingin berbuat lebih ke kampung halamannya. Obsesi pembuatan konservasi rusa, merupakan ide yang layak dipertimbangkan pihak dinas pariwisata setempat. Wisata alam ke konservasi rusa di Kampung Kubang, Koto Berapak, Bayang, Pesisir Selatan, Sumbar.(Tusrisep)