Biksu Tibet Bakar Diri di China

id Biksu Tibet Bakar Diri di China

Beijing, (Antara/AFP) - Seorang biksu Tibet, Tsering Gyal, membakar dirinya dalam satu tindakan protes di China, saat para pemimpin Partai Komunis menyelenggarakan satu pertemuan penting. Kampanye Bagi Tibet yang bermarkas di AS(ICT) dan Radio Free Asia (RFA), yang didanai pemerintah AS, Senin, menyebutkan Tsering Gyal (20) membakar dirinya di Guolou, satu daerah Tibet d Provinsi Qinghai di China barat laut. Mereka menambahkan, polisi telah memadamkan api di tubuh korban dan langsung membawanya ke rumah sakit, namun kondisinya belum diketahui. Sementara satu kelompok hak asa asasi masional lainnya, Free Tibet, yang bermarkas di Inggris (FT) mengatakan bahwa Tsering Gyal selamat. Citra yang muncul di laman ICT menunjukkan bahwa terlihat seorang pria membakar dirinya di tengah satu jalan raya dengan satu kelompok dengan jumlah lebih 12 orang yang bergerak beberapa meter jauhnya dari lokasi itu. Para pemimpin Partai Komunis China yang berkuasa sedang melakukan pertemuan empat hari di Beijing yang dikenal Pleno Ketiga yang akan memutuskan satu kebijakan ekonomi negara itu bagi sepuluh tahun ke depan. Insiden Guolo merupakan yang terakhir dalam serangan tindakan-tindakan serupa di Tibet dan provinsi-provinsi tetangga oleh sekitar 120 orang sejak tahun 2009. Sebagian besar mereka tewas. Kadang-kadang ketegangan meningkat di kawasan itu yang melibatkan kasus-kasus aksi kekerasan. Pada awal Oktober polisi China dilaporkan melepaskan baju terhadap satu kelompok pemrotes di Tibat yang berkumpul untuk menuntut pembebasan kawan-kawan mereka karena menolak mengibarkan bendera China, termasuk mencederai 60 orang. Polisi lokal membantah terjadi insiden itu kepada AFP. Beijing mengutuk aksi bakar diri dan menyalahgunakan tindakan itu pada Falai Lama, yang mengatakan pemimpin spiritual Tibet di pengasingan datang kepada mereka dan asat agenda separatis. Tetapi para warga Tibet dan kelompok-kelompok hak asasi menusia memprotes itu adalah satu tanggapan atas pengendalian ketat Beijing terhadap pelaksanaan kegiatan agama mereka. Dalai Lama yang tinggal di India sejak tahun 1959 setelah satu pemberontakan ysng gagal di Tibet, menyebut protes-protes itu sebagai tindakan-tindakan nekad di Tibet, yang ia sendiri tidak berdaya mengatasinya. (*/jno)