10 Rumah dan 1 SD Terancam Abrasi di Pasir Samudra Pesisir Selatan

id Abrasi,painan,warga

10 Rumah dan 1 SD Terancam Abrasi di Pasir Samudra Pesisir Selatan

Ombak menghantam bagian belakangan rumah warga di Pasir Samudra, Nagari Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Kamis (12/12/2024). Abrasi mengancam sepuluh rumah dan satu SD di pantai tersebut. (ANTARA/Holy Adib)

Painan (ANTARA) - Warga Pasir Samudra, Nagari Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, mengeluhkan abrasi yang menyerang rumah mereka. Abrasi tersebut sudah memakan dapur mereka.

Yopi Candra (40), warga Pasir Samudra yang rumahnya terdampak abrasi, mengatakan bahwa abrasi terparah sudah terjadi seminggu. Tanah di bawah dapur rumahnya sudah bolong dikikis ombak.

"Di belakang rumah ini dulu ada tanggul penahan ombak dari pasir yang dibungkus dengan karung. Sudah seminggu ini tanggul itu hancur karena diterjang ombak. Karena itulah, ombak sudah sampai di dapur rumah ini," ujar Yopi sambil menunjukkan bagian bawah dapur rumah kontrakannya yang bolong, Kamis (12/12/2024).

Karena tidak adanya tanggul penahan ombak, Yopi dan warga di beberapa rumah di kampung itu takut jika terjadi badai sebab ombak makin besar menghantam rumah mereka. Yopi mengatakan bahwa ia dan keluarganya tidak bisa tidur nyenyak jika terjadi angin kencang, terutama pada musim hujan seperti sekarang.

Karena itu, Yopi dan warga lainnya yang rumah mereka terdampak abrasi berharap kepada pemerintah untuk mencarikan solusi atas permasalahan yang mereka hadapi.

Wali Nagari Surantih, Amsuardi, mengatakan bahwa abrasi di Pasir Surantih terjadi sejak 2014. Sejak tahun itu hingga kini, katanya, abrasi sudah merobohkan 15 rumah. Ia menginformasikan bahwa kini terdapat sepuluh rumah dan satu sekolah dasar yang terancam roboh akibat abrasi.

"Dulu pemukiman warga berjarak 200-300 meter dari bibir pantai. Kini jaraknya tinggal 50 meter dari bibir pantai karena pantai terus dimakan abrasi," ucapnya.

Mengenai sekolah yang kena abrasi, Amsuardi mengatakan bahwa sekolah tersebut ialah SDN 14 Surantih. Ia menginformasikan bahwa dinding kelas SD itu dihantam ombak kalau pasang besar.

Amsurdi menyatakan bahwa abrasi di Pasir Surantih tidak hanya mengancam rumah warga, tetapi juga mengancam jalan dan objek wisata pantai di sana. Ia mengungkapkan bahwa jika pasang besar, ombak sampai ke jalan menuju objek wisata. Menurutnya, kini jarak jalan dengan bibir pantai hanya 2 meter akibat pantai digerus abrasi.

Sementara itu, kata Amsuardi, di objek wisata pantai, yang terdapat banyak pohon pinus, ombak sudah merobohkan 20 pohon pinus. Ia menyebut bahwa hal itu mengancam keberadaan objek wisata tersebut karena objek wisata itu mengandalkan pohon pinus sebagai saya tarik dan tempat berteduh pedagang dan wisatawan.

"Kalau abrasi di Pasir Surantih tidak ditanggulangi, nanti semuanya habis dimakan abrasi," ujarnya.

Amsuardi sudah sering melaporkan abrasi di Pasir Surantih kepada Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan. Ia meminta pemerintah daerah untuk membuatkan batu grip untuk memecah ombak demi mencegah terjadinya abrasi.

"Sudah berganti-ganti bupati, tetapi batu grip tidak kunjung dibuat di pantai ini," tuturnya.

Karena itu, Amsuardi berharap kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan pemerintah pusat untuk membuatkan batu grip di kampung tersebut demi melindungi pemukiman warga.