Bali Tempat Konferensi Internasional Radiasi
Jakarta, (Antara) - Provinsi Bali ditunjuk sebagai tempat penyelenggaraan konferensi internasional tentang Sumber, Efek dan Risiko Radiasi Pengion yang diprakasai BATAN dan United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR).
"Pelaksanaannya beberapa hari setelah APEC di Sanur, Bali, pada 10 sampai 11 Oktober," kata Deputi Bidang Penelitian Dasar dan Terapan BATAN, Anhar Riza Antariksawan di Jakarta, Selasa.
Tujuan konferensi ini, menurut dia, membahas upaya peningkatan pengumpulan data dan menyebarkan temuan ilmiah yang terkait dengan isu-isu sumber, efek dan risiko dari radiasi pengion. Selain itu, untuk mencari cara komunikasi yang baik diantara para pemangku kepentingan.
Topik yang akan diangkat dalam konferensi tersebut, ia mengatakan, terkait pajaran (paparan) dari radiasi alami dan atau buatan, pajaran radiasi kerja dan radiasi medik, efek kesehatan dan lingkungan dari radiasi, serta kesiapsiagaan dan tanggap darurat nuklir atau radiologi.
"Kita pun akan melakukan kerja sama dengan negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Australia, karena kita juga butuh banyak data terkait radiasi sehingga dapat mencari tahu efek radiasi," ujar dia.
Pentingnya konferensi ini, ia mengatakan untuk menunjukkan posisi Indonesia di UNSCEAR mengingat komite ini cukup elit dengan hanya 27 negara saja. Perwakilan regional ini lah yang diharapkan dapat maksimal berperan di kawasan masing-masing.
Hasil yang diharapkan dari konferensi ini, ia mengatakan, bagaimana kita dapat mengkomunikasikan efek radiasi kepada masyarakat, mengkomunikasikan kondisi yang ada dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Australia.
Tidak semua dari anggota komite UNSCEAR diperkirakan datang. Beberapa perwakilan negara yang telah mendaftar yakni Korea Selatan, Malaysia, Austria, Jepang, Argentina.
Beberapa pembicara yang akan hadir Sekretaris UNSCEAR Dr Malcolm Crick, Ketua UNSCEAR Dr Carl-Magnuss Larsson, Ketua Delegasi Argentina di UNSCEAR Dr Abel Gonzales, Fukushima Medical University Dr Ohtsura Niwa, tenaga ahli IAEA Peter Zagyvai, Ketua Perhimpunan Ongkologi Radiasi Indonesia (PORI) Dr Soehartati Ghondowiardjo, Deputi Kepala BATAN Dr Anhar R Antariksawan. (*/sun)