Indef: "E-commerce" dominasi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Digital dan UMKM Indef Eisha Maghfiruha mengatakan bahwa perdagangan daring atau "e-commerce" masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
“'E-commerce' di kita ini masih merajai ya mendominasi dari sektor ekonomi digital di Indonesia,” kata Eisha dalam diskusi publik yang diselenggarakan secara daring oleh Indef di Jakarta, Kamis.
Eisha mengatakan pada 2023, nilai transaksi e-commerce di Indonesia mencapai 62 miliar dolar AS atau tumbuh 18,8 persen dibandingkan 2022.
Ia menambahkan pertumbuhan pesat ekonomi digital ini memberikan peluang besar bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mengembangkan bisnis. Namun, menurutnya, masih banyak UMKM yang belum memanfaatkan peluang tersebut.
"UMKM di Indonesia banyak yang berada di sektor perdagangan, yang merupakan sektor yang paling dominan di ekonomi digital. Namun, baru sekitar 22 juta atau 33,6 persen UMKM yang sudah go digital," kata Eisha.
Lebih lanjut, Eisha mengatakan pemerintah Indonesia menargetkan 30 juta UMKM go digital pada tahun 2024. Target ini masih cukup jauh dari pencapaian saat ini, sehingga menurutnya perlu ada akselerasi adopsi digital oleh UMKM.
Ia mengatakan salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk beradaptasi dengan teknologi digital.
Eisha menambahkan pemerintah juga dapat memberikan insentif kepada platform "e-commerce" untuk memberikan dukungan kepada UMKM.
Baca juga: LKPP: Produk UMKM yang tayang di e-katalog capai 7,6 juta produk
Baca juga: Shopee dorong pertumbuhan brand lokal dan UMKM untuk ekonomi digital
Selain itu, ia mengingatkan pemerintah perlu mendorong inklusi keuangan bagi UMKM, seperti mendorong inovasi keuangan digital untuk memberikan alternatif pembiayaan bagi UMKM.
"Inovasi keuangan digital dapat memberikan alternatif kriteria yang bisa diberikan untuk menunjukkan kapabilitas UMKM untuk mendapatkan pembiayaan," kata Eisha.
Dengan adopsi digital dan inklusi keuangan, Eisha berharap UMKM dapat meningkatkan produktivitas dan kapasitasnya untuk mencapai ekonomi yang inklusif.
Lebih lanjut Eisha mengatakan saat ini masyarakat Indonesia sudah menuju penggunaan transaksi nontunai, terutama melalui penggunaan Quick Response Code Indonesia Standart (QRIS) dalam transaksi belanja sehari-hari. Hal tersebut tentu dapat semakin memudahkan UMKM untuk berjualan secara daring.
"Artinya ini adalah peluang yang sangat besar bagi UMKM untuk Go Digital dan memanfaatkan ekonomi digital untuk meningkatkan produktivitas dan daya saingnya," ujar Eisha.
Baca juga: Pemerintah maksimalkan peluang UMKM berjejaring via platform digital
Baca juga: Kemendag: "Road to Harbolnas" bentuk harmoni jualan daring dan luring
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peneliti Indef: Baru 22 juta UMKM yang sudah "go digital"
“'E-commerce' di kita ini masih merajai ya mendominasi dari sektor ekonomi digital di Indonesia,” kata Eisha dalam diskusi publik yang diselenggarakan secara daring oleh Indef di Jakarta, Kamis.
Eisha mengatakan pada 2023, nilai transaksi e-commerce di Indonesia mencapai 62 miliar dolar AS atau tumbuh 18,8 persen dibandingkan 2022.
Ia menambahkan pertumbuhan pesat ekonomi digital ini memberikan peluang besar bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mengembangkan bisnis. Namun, menurutnya, masih banyak UMKM yang belum memanfaatkan peluang tersebut.
"UMKM di Indonesia banyak yang berada di sektor perdagangan, yang merupakan sektor yang paling dominan di ekonomi digital. Namun, baru sekitar 22 juta atau 33,6 persen UMKM yang sudah go digital," kata Eisha.
Lebih lanjut, Eisha mengatakan pemerintah Indonesia menargetkan 30 juta UMKM go digital pada tahun 2024. Target ini masih cukup jauh dari pencapaian saat ini, sehingga menurutnya perlu ada akselerasi adopsi digital oleh UMKM.
Ia mengatakan salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk beradaptasi dengan teknologi digital.
Eisha menambahkan pemerintah juga dapat memberikan insentif kepada platform "e-commerce" untuk memberikan dukungan kepada UMKM.
Baca juga: LKPP: Produk UMKM yang tayang di e-katalog capai 7,6 juta produk
Baca juga: Shopee dorong pertumbuhan brand lokal dan UMKM untuk ekonomi digital
Selain itu, ia mengingatkan pemerintah perlu mendorong inklusi keuangan bagi UMKM, seperti mendorong inovasi keuangan digital untuk memberikan alternatif pembiayaan bagi UMKM.
"Inovasi keuangan digital dapat memberikan alternatif kriteria yang bisa diberikan untuk menunjukkan kapabilitas UMKM untuk mendapatkan pembiayaan," kata Eisha.
Dengan adopsi digital dan inklusi keuangan, Eisha berharap UMKM dapat meningkatkan produktivitas dan kapasitasnya untuk mencapai ekonomi yang inklusif.
Lebih lanjut Eisha mengatakan saat ini masyarakat Indonesia sudah menuju penggunaan transaksi nontunai, terutama melalui penggunaan Quick Response Code Indonesia Standart (QRIS) dalam transaksi belanja sehari-hari. Hal tersebut tentu dapat semakin memudahkan UMKM untuk berjualan secara daring.
"Artinya ini adalah peluang yang sangat besar bagi UMKM untuk Go Digital dan memanfaatkan ekonomi digital untuk meningkatkan produktivitas dan daya saingnya," ujar Eisha.
Baca juga: Pemerintah maksimalkan peluang UMKM berjejaring via platform digital
Baca juga: Kemendag: "Road to Harbolnas" bentuk harmoni jualan daring dan luring
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peneliti Indef: Baru 22 juta UMKM yang sudah "go digital"