Program studi terakreditasi unggul UNP capai 41 persen
Padang (ANTARA) - Peningkatan jumlah program studi terakreditasi unggul, di Universitas Negeri Padang (UNP) Kota Padang, provinsi Sumatera Barat mencapai 41 persen dari total 132 program studi.
“Selain itu terdapat 26 program studi di UNP yang memperoleh akreditasi internasional, diakui oleh ASIIN, AUNQA, dan AQAS,” kata Rektor UNP Prof. Ganefri dalam pidato Dies Natalis ke-69 UNP di Auditorium UNP Air Tawar Kota Padang, Senin.
Ganefri menyebutkan peningkatan lainnya yakni jumlah dosen berkualifikasi doktor sebesar 31,53 persen, dari total 1.424 dosen saat ini. Jumlah guru besar juga mengalami peningkatan signifikan, mencapai 111 orang.
“Pada 2016 lalu guru besar kita hanya 48 orang. Sekarang sudah hampir 10 persen dari jumlah seluruh pengajar,” sebutnya.
Ia mengaku terus mendorong dosen-dosen untuk meningkatkan kompetensi dan jabatan akademik mereka, serta mendukung peningkatan jumlah guru besar, melalui berbagai program yang mendukung.
“UNP juga terus membuktikan komitmen dalam penguatan budaya riset dan inovasi, melalui peningkatan jumlah penelitian yang didanai setiap tahunnya,” katanya.
Pada tahun 2023 sebutnya, UNP mendanai 591 judul penelitian yang menghasilkan lebih dari 2.166 publikasi di jurnal internasional bereputasi. Jumlah tersebut meningkat pesat dibanding tahun 2016 yang hanya 118 judul.
“Kami telah meningkatkan kolaborasi riset dengan penambahan negara kolaborator sebanyak 28 negara dan universitas kolaborator sebanyak 145 universitas, baik di dalam maupun di luar negeri. Kami juga memiliki capaian yang signifikan dalam Hak Kekayaan Intelektual, dengan 685 HKI, 53 Paten Sederhana, 14 Merek Dagang, dan 10 Desain Industri pada tahun 2023,” ungkapnya.
Prof. Ganefri mengungkapkan, saat ini UNP sedang mempersiapkan diri untuk menjadi universitas kelas dunia. Dengan prestasi seperti bintang 3 dalam penilaian QS Stars, peringkat di wilayah Asia dan ASEAN.
UNP juga sedang berusaha mencapai status World Class University melalui peningkatan reputasi akademik, optimalisasi pembelajaran berkualitas internasional, lulusan yang kompetitif secara global, peningkatan kerjasama internasional, dan peran aktif dalam diseminasi hasil riset dan inovasi.
Dalam Dies Natalis tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Prof. Nizam mengatakan, pada usia ke-69 UNP harus menjaga mutu dan relevansi perguruan tinggi. Memastikan sarjana yang dilahirkan perguruan tinggi memiliki daya saing secara global.
“Tanpa mutu, lulusan perguruan tinggi tidak memiliki nilai. Ijazahnya hanya selembar kertas tanpa makna. Tapi saya yakin UNP mampu menjaga itu sehingga mampu berkontribusi mewujudkan Indonesia Emas 2045,” katanya.
Prof. Nizam menejlaskan peningkatkan mutu tidak bisa dilakukan dengan cara konvensional. Hal ini disebabkan dunia sudah berubah dipengaruhi kecanggihan teknologi yang pesat.
“Perguruan tinggi harus memiliki pondasi yang kokoh, dalam memberikan pengetahuan pada mahasiswa. Kemudian memberikan keleluasaan melalui merdeka belajar, sehingga mereka bisa menimba ilmu lebih luas,” jelasnya.
Ia menyebutkan sudah 3 tahun belakangan, melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), mahasiswa diantar mengarungi lautan kehidupan.
“Sudah 920 ribu mahasiswa telah belajar langsung dari kehidupan. Misalnya melalui pertukaran mahasiswa, magang di tempat industri, magang di lembaga pemerintahan, bersama masyarakat membangun desa, tani, nelayan, mewujudkan karya-karya luar biasa,” ucapnya.
“Selain itu terdapat 26 program studi di UNP yang memperoleh akreditasi internasional, diakui oleh ASIIN, AUNQA, dan AQAS,” kata Rektor UNP Prof. Ganefri dalam pidato Dies Natalis ke-69 UNP di Auditorium UNP Air Tawar Kota Padang, Senin.
Ganefri menyebutkan peningkatan lainnya yakni jumlah dosen berkualifikasi doktor sebesar 31,53 persen, dari total 1.424 dosen saat ini. Jumlah guru besar juga mengalami peningkatan signifikan, mencapai 111 orang.
“Pada 2016 lalu guru besar kita hanya 48 orang. Sekarang sudah hampir 10 persen dari jumlah seluruh pengajar,” sebutnya.
Ia mengaku terus mendorong dosen-dosen untuk meningkatkan kompetensi dan jabatan akademik mereka, serta mendukung peningkatan jumlah guru besar, melalui berbagai program yang mendukung.
“UNP juga terus membuktikan komitmen dalam penguatan budaya riset dan inovasi, melalui peningkatan jumlah penelitian yang didanai setiap tahunnya,” katanya.
Pada tahun 2023 sebutnya, UNP mendanai 591 judul penelitian yang menghasilkan lebih dari 2.166 publikasi di jurnal internasional bereputasi. Jumlah tersebut meningkat pesat dibanding tahun 2016 yang hanya 118 judul.
“Kami telah meningkatkan kolaborasi riset dengan penambahan negara kolaborator sebanyak 28 negara dan universitas kolaborator sebanyak 145 universitas, baik di dalam maupun di luar negeri. Kami juga memiliki capaian yang signifikan dalam Hak Kekayaan Intelektual, dengan 685 HKI, 53 Paten Sederhana, 14 Merek Dagang, dan 10 Desain Industri pada tahun 2023,” ungkapnya.
Prof. Ganefri mengungkapkan, saat ini UNP sedang mempersiapkan diri untuk menjadi universitas kelas dunia. Dengan prestasi seperti bintang 3 dalam penilaian QS Stars, peringkat di wilayah Asia dan ASEAN.
UNP juga sedang berusaha mencapai status World Class University melalui peningkatan reputasi akademik, optimalisasi pembelajaran berkualitas internasional, lulusan yang kompetitif secara global, peningkatan kerjasama internasional, dan peran aktif dalam diseminasi hasil riset dan inovasi.
Dalam Dies Natalis tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Prof. Nizam mengatakan, pada usia ke-69 UNP harus menjaga mutu dan relevansi perguruan tinggi. Memastikan sarjana yang dilahirkan perguruan tinggi memiliki daya saing secara global.
“Tanpa mutu, lulusan perguruan tinggi tidak memiliki nilai. Ijazahnya hanya selembar kertas tanpa makna. Tapi saya yakin UNP mampu menjaga itu sehingga mampu berkontribusi mewujudkan Indonesia Emas 2045,” katanya.
Prof. Nizam menejlaskan peningkatkan mutu tidak bisa dilakukan dengan cara konvensional. Hal ini disebabkan dunia sudah berubah dipengaruhi kecanggihan teknologi yang pesat.
“Perguruan tinggi harus memiliki pondasi yang kokoh, dalam memberikan pengetahuan pada mahasiswa. Kemudian memberikan keleluasaan melalui merdeka belajar, sehingga mereka bisa menimba ilmu lebih luas,” jelasnya.
Ia menyebutkan sudah 3 tahun belakangan, melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), mahasiswa diantar mengarungi lautan kehidupan.
“Sudah 920 ribu mahasiswa telah belajar langsung dari kehidupan. Misalnya melalui pertukaran mahasiswa, magang di tempat industri, magang di lembaga pemerintahan, bersama masyarakat membangun desa, tani, nelayan, mewujudkan karya-karya luar biasa,” ucapnya.