Ada warga Padang Panjang yang enggan rumahnya ditempelin stiker coklit

id kpu padang panjang,coklit data pemilih,pemilu 2024,pantarlih

Ada warga Padang Panjang yang enggan rumahnya ditempelin stiker coklit

Ketua KPU Padang Panjang Okta Novisyah. (ANTARA/Isna)

Padang Panjang (ANTARA) - Ketua KPU Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, Okta Novisyah, menyebutkan pelaksanaan pencocokan dan penelitian data pemilih hingga Kamis sudah 83 persen. Selama pelaksanaan Coklit, beberapa warga enggan rumahnya ditempelin stiker karena takut merusak cat dinding.

“Saat ini petugas pendafatran pemilih masih bekerja, data sampai hari ini 83 persen data pemilih sudah pencocokan dan penelitian (coklit). Kami mengimbau masyarakat untuk menerima Pantarlih yang datang kerumah untuk melakukan coklit,” katanya di Padang Panjang, Kamis.

Ia menyebutkan coklit ditargetkan bisa berjalan sesuai jadwal yang sudah ditentukan hingga 14 Maret 2023.

Untuk melaksanakan coklit, KPU Padang Panjang menugaskan sebanyak 195 petugas pendaftaran pemilih (Pantarlih) yang tersebar di 16 kelurahan dan dua kecamatan di kota itu.

Ia berharap jika nanti ada masyarakat yang belum didatangi Pantarlih agar segera melapor ke kelurahan setempat.

"Pantarlih sudah bekerja sesuai harapan, namun jika nanti ada masyarakat yang belum terdata, kami imbau agar segera melapor di kelurahan masing-masing karena dikelurahan juga sudah ada petugas kami yang akan melakukan pendataan," kata dia.

Bagi warga yang sudah dicoklit, katanya selain didata juga diberi stiker coklit yang ditempelkan di rumah. "Hanya saja ada beberapa warga yang tidak mau rumahnya ditempelkan stiker coklit, khawatir merusak cat rumah atau cat dindingnya terkelupas," katanya.

Sementara itu pada Pemilu 2024 mendatang, KPU menyiapkan sebanyak 195 Tempat Pemungutan Suara (TPS), jumlah ini jauh berkurang dari rencana sebanyak 230 TPS.

“Jumlah ini sesuai instruksi KPU RI, yang semula kita rencanakan sebanyak 230 TPS, akhirnya menjadi 195 TPS dengan satu TPS Khusus di Rutan kelas II B,” katanya.

Untuk pemilih pemula yang di sekolah memiliki asrama, Okta Novisyah menganjurkan agar siswa yang tidak pulang kampung menggunakan hak suaranya di TPS terdekat atau di beberapa sekolah yang ada TPS-nya.