Padang Aro, (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Solok Selatan, Sumatera Barat Abdul Razi mengatakan jumlah penduduk miskin di kabupaten itu bertambah sebanyak 1.020 jiwa atau dari 12.390 jiwa pada 2020 menjadi 13.410 jiwa pada 2021.
"Kemiskinan di Solok Selatan pada 2021 yaitu 7,52 persen dari jumlah penduduk dengan pendapatan masih di bawah garis kemiskinan sebesar Rp438.442 per kapita per bulan," katanya di Padang Aro, Rabu.
Dia mengatakan, jumlah penduduk miskin Solok Selatan sebanyak 13.410 jiwa merupakan paling tinggi sejak lima tahun terakhir.
Jumlah penduduk miskin Solok Selatan pada 2017 sebanyak 11.890 jiwa kemudian turun pada 2018 menjadi 11.850 jiwa dan naik lagi menjadi 12.500 jiwa pada 2019 kemudian naik lagi pada 2020 menjadi 12.390 jiwa dan menjadi 13.410 pada 2021.
Perkembangan garis kemiskinan Solok Selatan dengan Rp438.187 perkapita per bulan masih di bawah Provinsi dan Nasional.
Sedangkan perkembangan persentase penduduk miskin Solok Selatan 7,52 persen di atas Provinsi dengan 6,63 persen dan di bawah nasinal yang mencapai 10,14 persen.
Sedangkan untuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Solok Selatan di angka 69,23 dan sedikit naik dibanding 2020 yang 69,04 atau level sedang.
IPM Solok Selatan katanya, masih jauh di bawah rata-rata Provinsi yang mencapai 72,65 maupun Nasional di angka 72,29.
Dia menjelaskan, masih tingginya angka kemiskinan Solok Selatan karena kurang fahamnya masyarakat yang disurvei.
Sebagai contoh katanya, petani saat disurvei hanya menjawab pekerjaan yang menghasilkan upah sebagai pendapatan sementara hasil panennya sendiri malah tidak didata.
Dia menambahkan, pengeluaran rata-rata perkapita sebulan menurut kelompok makanan, jika diurut dari yang terbesar ada pada komoditas makanan dan minuman jadi yaitu sebesar 25 persen, di urutan kedua tembakau dan sirih yaitu sebesar 16 persen, kemudian urutan ketiga yaitu padi-padian sebesar 14 persen, serta untuk kelompok terkecil yaitu konsumsi lainnya sebesar 1 persen.
Pengeluaran penduduk untuk kelompok barang bukan makanan yang terbesar adalah perumahan, bahan bakar, penerangan, air, dengan besaran 38,30 persen, di urutan kedua yaitu aneka barang jasa, pendidikan dan kesehatan sebesar 23,99 persen, dan urutan ketiga barang tahan lama sebesar 20,34 persen sedangkan pengeluaran terkecil adalah untuk biaya keperluan pesta sebesar 1,51 persen. (*)
Berita Terkait
Tingkat pengangguran terbuka Sumbar turun sejak tiga tahun terakhir
Selasa, 5 November 2024 19:45 Wib
BPS: Penurunan permintaan global berdampak pada ekspor CPO Sumbar
Selasa, 5 November 2024 19:44 Wib
BPS: Sensus Ekonomi penting untuk pembangunan Jakarta usai tak lagi IKN
Kamis, 3 Oktober 2024 15:25 Wib
BPS yakini lonjakan permintaan CPO tidak ganggu kebutuhan dalam negeri
Rabu, 2 Oktober 2024 16:01 Wib
Sumbar catat peningkatan nilai ekspor hingga 64,40 persen
Selasa, 1 Oktober 2024 17:15 Wib
Ketimpangan turun, BPS : Pesisir Selatan sukses distribusikan kesejahteraan
Kamis, 26 September 2024 9:16 Wib
Pemkot Payakumbuh apresiasi penyelenggaraan workshop oleh BPS
Jumat, 20 September 2024 22:01 Wib
Pemkab Pasaman Barat-BPS canangkan desa cinta statistik
Jumat, 20 September 2024 15:12 Wib