Padang (ANTARA) - Rintik jatuh makin rapat menjadi hujan saat pesepeda gaek itu menyelesaikan sarapannya dan mulai mengayuh sepeda ke garis Start Tour de PDRI 2021 etape II di depan RTH Padang Aro, Selasa (14/12).
Di sana sudah berkumpul 60 orang pesepeda peserta permanen Tour de PDRI yang menjadi utusan TNI AD, AU dan AL serta kepolisian. Ia menyeruak ke tengah, berkumpul dengan kawan-kawan komunitasnya. Komunitas sepeda memang menjadi salah satu unsur peserta yang diundang mengikuti ajang pengingat sejarah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Novrial menyebut pihaknya sengaja merangkul komunitas sepeda untuk lebih memeriahkan Tour de PDRI hingga gaungnya lebih luas. Namun kepesertaan komunitas tidak diwajibkan untuk menyelesaikan enam etape Tour de PDRI, karena rute yang dilewati cukup berat. Meski ada beberapa rute yang jalurnya relatif datar, namun ada juga yang memiliki tanjakan panjang yang sangat menguras tenaga.
Pesepeda gaek itu bernama Syamsurizal. Umurnya sudah 58 tahun lima bulan dan baru beberapa bulan pensiun dari ASN Kantor Gubernur Sumbar. Kehadirannya di Padang Aro cukup mengejutkan karena sehari sebelumnya ia juga ikut melibat etape I mengelilingi Kota Padang dengan rute sepanjang 33,72 kilometer.
Ia juga menginap di tenda dengan para peserta lain. Merasakan gigilnya udara Padang Aro yang basah di akhir Desember 2021. Tidakkah tubuh itu merasakan penatnya mengayuh sepeda?
Hujan tidak reda hingga akhir etape II itu. Syamsurizal menggunakan mantel plastik agar tidak terlalu basah. Mungkin supaya tidak terserang demam.
Dan ternyata, Syamsurizal tidak berhenti meniti sejarah PDRI di Bidar Alam, Solok Selatan. Ia meneruskan mengikuti Etape III sepanjang 26,92 kilometer mengikuti titik PDRI di Sungai Dareh, Dharmasraya, tempat pejuang berhenti beberapa hari saat menyelamatkan radio YBJ 6 dari kejaran Belanda.
Ia juga tetap mengayuh sepeda mengikuti jalur perjuangan di Sumpur Kudus, Sijunjung pada etape IV dengan rute sepanjang 27,4 kilometer. Tempat kabinet PDRI di pimpin Sang Ketua Syafruddin Prawiranegara melakukan rapat dalam upaya menyelamatkan bangsa Indonesia.
Pada etape V sepanjang 26,51 kilometer sosok Syamsurizal juga masih setia di tengah peserta lain yang jauh lebih muda dari usianya, mungkin seumuran anaknya. Sosoknya yang terlihat masih kokoh di atas sepeda melesat ke depan, meninggalkan banyak peserta di belakangnya.
Lebih mengejutkan lagi, pada etape VI sepanjang 29,8 kilometer yang merupakan rute terberat dalam Tour de PDRI dan kembali harus mengayuh dalam tirai hujan, Syamsurizal tidak terlihat gentar. Kayuhannya tidak berhenti melibas tanjakan tinggi dan berkelok-kelok menuju Tugu PDRI Koto Tinggi.
Hingga ajang yang baru pertamakali digelar itu usai, tidak sekalipun ia mundur. Sekitar 150 kilometer dilibasnya dalam enam hari Tour de PDRI.Iven Tour de PDRI diharapkan jadi iven tahunan
Iven Tour de PDRI yang bertujuan untuk mengingatkan kembali masyarakat Indonesia bahwa pada 1948-1949 pernah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di rimba-rimba Ranah Minang. Peristiwa yang menjadi penyambung nyawa bangsa yang nyaris kembali menjadi negara jajahan saat Belanda melakukan agresi militer II.
Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Novrial mengatakan pada pelaksanaan yang pertama mungkin ada kekurangan dalam pelaksanaan. Hal itu akan menjadi bahan evaluasi untuk penyempurnaan ke depan.
"Iven yang diharapkan menjadi agenda tahunan ini akan kita upayakan semakin baik setiap tahunnya," katanya.***