Tikus langka itu, telah mendapat kebebasan usai dilepasliarkan Wabup Agam ke CA Maninjau

id berita agam,berita sumbar,tikus

Tikus langka itu, telah mendapat kebebasan usai dilepasliarkan Wabup Agam ke CA Maninjau

Wakil Bupati Agam Irwan Fikri melepasliarkan tikus bulan ke kawasan hutan Cagar Alam Maninjau, Kamis (4/11). (Antarasumbar/Yusrizal)

Kita melepasliarkan tikus bulan ini ke habitatnya agar bisa berkembang dengan baik,
Lubuk Basung (ANTARA) - Wakil Bupati (Wabup) Agam, Sumatera Barat, Irwan Fikri melepasliarkan tikus langka jenis bulan atau Echinosorex gymnura yang ditemukan warga Simpang Ampek Tapi, Kecamatan Lubukbasung ke kawasan hutan Cagar Alam (CA) Maninjau, Kamis.

"Kita melepasliarkan tikus bulan ini ke habitatnya agar bisa berkembang dengan baik," katanya di Lubukbasung, Kamis.

Ia mengatakan, tikus bulan itu cukup langka dan harus dilestarikan agar anak cucu bisa mengetahui kekayaan fauna dan flaura di daerah itu.

Pihaknya memberikan apresiasi kepada Rozi Rahmat (40) yang telah menyelamatkan satwa itu dan menyerahkan kepada Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam.

"Saya mengimbau warga yang menemukan satwa langka dan dilindungi agar tidak diganggu," katanya.

Sementara petugas KSDA Agam, Hengki menambahkan tikus bulan ini dalam kondisi sehat dan layak untuk dilepasliarkan ke habitatnya.

"Ini berdasarkan observasi yang kita lakukan di kantor," katanya.

Baca juga: Warga Agam temukan tikus langka, menyerupai babi dan bulu atasnya seperti landak

Ia menambahkan, tikus bulan tersebut merupakan penyerahan dari Rozi Rahmat pada Selasa (2/11), setelah ia menemukan satwa ini saat bermain di depan warungnya di Simpang Ampek Tapi, Nagari Lubukbasung, Kecamatan Lubukbasung, Minggu (31/10) sekitar pukul 23.00 WIB.

Setelah itu, tikus bulan berkelamin jantan langsung diserahkan ke Resor KSDA Agam.

Ia menerangkan, bulu tubuhnya didominasi bulu berwarna putih atau abu-abu keputihan dengan beberapa bulu berwarna hitam yang tumbuh menyebar. Terkadang juga memiliki bulu hitam yang lebih banyak (rapat) di bagian tubuhnya

Selain ukuran tubuhnya yang ‘meraksasa’ dan warna bulunya, ciri khas lainnya dari tikus bulan adalah bau tubuhnya yang tajam dan khas. Baunya seperti bau kandungan amonia yang tinggi.

Bau itu digunakan untuk memperingati tikus bulan lain dan menjauhkan mereka dari predator dan bau ini juga digunakan untuk menandai wilayah kekuasaan mereka.

Moncongnya panjang dan kerap mengeluarkan air liur. Dari ciri terakhir ini sering kali tikus bulan dianggap sebagai ‘selenodon’, tikus primitif yang hidup di Eropa dan Kuba.

Tikus bulan merupakan hewan nokturnal yang hidup secara soliter dan biasa menandai wilayahnya dengan sekresi berbau menusuk dan tajam seperti bau amonia.

Tinggal dalam sarang dalam liang, akar, dan kayu. Tikus bulan memakan invertebrata seperti cacing tanah, serangga, lipan, kalajengking, kaki seribu, kepiting, dan moluska. Juga memakan katak dan ikan kecil serta buah.

"Berkembang biak sepanjang tahun dengan masa kehamilan antara 30-40 hari," katanya.

Daerah sebarannya meliputi Semenanjung Malaya (Malaysia, Thailand, dan Myanmar), Sumatera, dan Kalimantan (Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam).

Habitatnya adalah hutan primer dan sekunder pada dataran rendah, hutan bakau, hingga perkebunan, terutama di daerah yang agak basah.

Tikus bulan bisa hidup di hutan hujan, dataran rendah, rawa mangrove, hingga perkebunan.

Namun, satwa itu suka dengan tempat yang lembap. Karena itu, di mana pun mereka tinggal, mereka akan membuat rumah di dekat sungai atau rawa.

Jumlah populasi secara global tidak diketahui secara pasti. Namun diperkirakan masih cukup umum. Oleh IUCN Red List dikategorikan dalam status konservasi Least Concern. ***2***