Jakarta, (ANTARA) - Ahli infeksi dan pediatri tropik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) dr Mulya Rahma Karyanti mengingatkan masyarakat mewaspadai tujuh tanda bahaya penyakit demam berdarah dengue (DBD).
"Tujuh tanda bahaya ini biasanya muncul pada hari ketiga seperti sakit perut," kata Mulya Rahma saat diskusi daring dengan tema "Ancaman Demam Berdarah di Masa Pandemi" di Graha BNPB Jakarta, Senin.
Tanda selanjutnya yaitu orang yang terjangkit DBD akan merasa lemas, pendarahan spontan, pembesaran hati, penumpukan cairan hingga penurunan trombosit hingga di bawah 100 ribu.
"Itu khas sekali ya bahaya DBD, yang kita takuti di hari ketiga atau yang disebut juga fase kritis," katanya.
Pada fase ketiga tersebut, ujar dia, bisa terjadi kebocoran pembuluh darah. Apabila itu terjadi maka aliran darah ke otak otomatis juga berkurang sehingga orang tersebut ingin tidur saja.
Dalam kondisi tersebut, asupan makanan dan minuman juga akan sulit sebab pasien akan sering mengalami muntah ditambah kondisi dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh.
Selain itu, orang yang terinfeksi virus dengue juga ditandai tidak buang air kecil lebih dari empat hingga enam jam terutama terjadi pada anak-anak.
"Ini tanda-tanda yang mesti diwaspadai oleh orang tua dan masyarakat secara umum," ujarnya.
Kemudian, kata dia, beberapa tanda lain yang harus diwaspadai masyarakat ialah pendarahan kulit misalnya mimisan, kulit berdarah hingga memar.
Terkait usia, penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti tersebut dapat menjangkit siapa saja mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
"Namun saat ini trennya kita lihat lebih banyak ke remaja bahkan mereka datang dengan fase kritis," katanya. (*)