Eksistensi becak kayuh di Kota Padang

id Padang,becak,kayuh

Eksistensi becak kayuh di Kota Padang

Pangkalan becak kayuh di Ulak Karang, Padang, Sumatera Barat (Sumbar), pada Sabtu (9/11) (ANTARA/ Fathul Abdi)

Padang (ANTARA) - Eksistensi becak kayuh masih bertahan di kawasan Ulak Karang, Padang, Sumatera Barat (Sumbar) walaupun berada di tengah kemajuan teknologi dan informasi bidang transportasi.

"Kami tetap bertahan meskipun sekarang banyak saingan transportasi, kegiatan ini sudah dilakoni sejak 2012," kata salah seorang pengayuh becak Nando (42), di Padang, Sabtu.

Setiap harinya ia bersama belasan pengayuh becak lain mangkal di Ulak Karang mulai dari pukul 07.00 WIB hingga 18.00 WIB.

Mereka juga membentuk suatu komunitas yang dinamai Jasa Angkutan Becak Pemuda Ulak Karang.

Nando mengatakan tarif yang dikenakan untuk penumpang berkisar Rp3.000 hingga Rp15.000, tergantung jarak yang ditempuh.

Dalam sehari ia bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp25.000 hingga Rp60.000.

"Kalau penumpang ramai pada hari itu baru sampai Rp60.000," katanya.

Ia mengatakan kebanyakan pengguna jasa becak kayuh adalah siswa yang butuh transportasi dari kompolek menuju jalan utama.

Kemudian ada juga penumpang yang hendak melintas dari Ulak Karang menuju Jalan Khatib Sulaiman.

Menurutnya dulu sebelum banyak bermunculan moda transportasi, dalam sehari bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp90.000.

Selain penumpang, ia bersama belasan kawan lain juga terkadang menerima orderan untuk acara pawai, khatam Al-Quran, mengantar ke tempat wisata, dan lainnya.

"Kalau ada orderan seperti itu pendapatan agak lumayan, kadang dibayar Rp100 ribu dalam sehari," katanya.

Salah seorang warga Reni (37) memilih naik becak sebagai alternatif untuk mengakses jalan yang tidak dilalui angkutan umum.

"Naik becah kayuh juga disenangi oleh anak-anak saya," katanya.