Kisah Akbar, korban demo yang berakhir di liang lahad
Jakarta (ANTARA) - Seorang wanita dengan kemeja kotak-kotak terlihat menciumi makam yang masih basah, Jumat pagi.
"Maafkan mama ya nak, Alam baik-baik di sana. Maafkan mama ya, mama suka marahin Alam," ujar wanita bernama Rosminah itu dengan tangis pilu mengantar kepergian anaknya.
Orang-orang yang masih berkerumun di sekitar makam meminta wanita itu untuk ikhlas.
Namanya Akbar Alamsyah. Pemuda berusia 19 tahun itu menghembuskan nafas terakhirnya dalam keadaan koma pada Kamis sore (10/10).
Rosminah tidak menyangka nafas anaknya akan berakhir di dalam ruangan CICU RSPAD Gatot Subroto.
Akbar merupakan salah satu korban demo yang berakhir ricuh pada Rabu (25/9).
Berdasarkan keterangan polisi, Akbar jatuh dari pagar di dekat kompleks DPR untuk menghindari kericuhan. Namun Rosminah melihat alasan polisi berbeda dengan yang dialami anaknya.
Penasaran
Rosminah mengingat perjumpaan terakhir kali dengan anaknya saat Akbar masih dalam kondisi sehat.
Kala itu, Rosminah mengunjungi Alam yang tinggal di rumah neneknya di Kebon Mangga, Kebayoran Baru. Ia mengingatkan anaknya itu agar tidak perlu mendekati area yang memanas akibat demo.
"Saya sudah bilang ke dia jangan kemana-mana apalagi ke daerah Slipi dan Palmerah bahaya nak," kata Rosminah yang waktu itu menjaga Alam yang terbaring koma di RSPAD Gatot Subroto, Rabu (9/10).
Rosminah bahkan menitipkan pesan kepada nenek Akbar agar tidak membiarkan Akbar meninggalkan rumah karena kala itu kondisi Jakarta tidak kondusif.
Namun karena sudah berjanji kepada dua temannya, Alam nekat pergi membawa motornya pada pukul 23.00 WIB ke arah Slipi, Jakarta Barat.
"Namanya juga anak-anak muda ya, kepo-nya tinggi ya dia nongkronglah," kata Rosminah.
Berdasarkan cerita teman Akbar, Rosminah menceritakan, pada saat anaknya dan kedua temannya sedang duduk santai menonton demo tiba-tiba mereka dihampiri oleh polisi dari belakang.
"Ada temennya yang sempet kena injak lalu kabur dan anak saya itu tiba-tiba hilang," ujar Rosminah.
Ketiga orang itu berpencar menghindari polisi itu. Salah satu temannya berhasil lolos dari kejaran polisi karena bersembunyi di masjid terdekat.
Tanpa kabar
Hingga Jumat (27/9), Akbar tak kunjung kembali ke rumah. Saat mendapatkan kabar itu, Rosminah langsung kembali ke rumah nenek Akbar menunggu kepulangan anaknya.
Namun, bukannya mendapati kepulangan anaknya. Rosminah malah mendapatkan kabar dari teman Akbar bahwa mereka terpisah saat melihat demo dan tidak ada kabar dari Akbar setelah itu.
Rosminah dengan rasa khawatir segera memutuskan untuk pergi ke Polda Metro Jaya. Kepergiannya itu untuk memastikan apakah anaknya ditangkap polisi atau tidak.
Sayangnya begitu tiba di Polda Metro Jaya, Rosminah tak menemukan nama anaknya dalam daftar yang tersedia di Polda Metro Jaya.
"Tidak ada nama anak saya. Saya liatin muka-muka yang ada di Polda pada lebam semua, jadi mukanya kaya mirip-mirip gitu," ujar Rosminah.
Polisi yang bertugas saat itu menyarankan agar Rosminah turut memeriksa Polres Metro Jakarta Barat karena beberapa orang diamankan di sana. Diapun ke Polres Metro Jakarta Barat.
Setibanya di Polres Metro Jakarta Barat, Rosminah dapat sedikit tenang karena nama Akbar tertulis di sana. Meski begitu setelah menemukan nama anaknya polisi tidak mengizinkan Rosminah untuk bertemu anaknya.
"Saya cuma nitip makanan aja untuk anak saya. Karena saya pikir anak saya di Polres kan," kata Rosminah.
Akbar Kritis
Rosminah memutuskan untuk pulang ke rumahnya setelah menitipkan makanan untuk Akbar di Polres Metro Jakarta Barat.
Namun setibanya Rosminah di kediamannya, ia dikejutkan dengan informasi dari aplikasi pesan yang mengatakan bahwa anaknya dirawat di Rumah Sakit Pelni Petamburan, Jakarta Pusat.
Ia segera bergegas menuju Rumah Sakit Pelni. Namun yang kemudian didapatinya adalah kabar bahwa anaknya sudah dipindahkan ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati di Jakarta Timur.
Hatinya amat sedih melihat kondisi anaknya ketika Rosminah sampai di Rumah Sakit Polri. Muka anaknya tampak lebam-lebam dan terbalut dengan perban.
"Katanya habis di operasi tulang kepalanya yang patah," ujar Rosminah dengan nada lirih.
Melihat kondisi anaknya yang tampak memprihatinkan membuat Rosminah terguncang dan sempat tak sadarkan diri.
"Saya langsung cium, peluk anak saya. Karena tidak kuat liat anak saya yang keadaannya kayak orang penyakit tumor kepalanya besar semua gitu, akhirnya saya sempet pingsan," ujarnya.
Melihat kondisi putranya itu, Rosminah merasa tidak mungkin korban yang jatuh dari pagar mengalami luka seperti Akbar.
"Seperti terkena benda tumpul di bagian kepala dan wajahnya itu seperti dipukuli karena mata kirinya lebam," kata Rosminah.
Kondisi Akbar yang koma membuat RS Polri Kramat Jati memindahkan pasien itu ke RSPAD Gatot Subroto di Jakarta Pusat. Hal itu karena alat medis yang dinilai dapat lebih menunjang kondisi Akbar.
Saat itu, Rosminah berharap anaknya segera pulih dan dapat beraktivitas normal kembali namun takdir berkata lain.
Akbar menghembuskan nafas terakhirnya setelah mengalami koma selama 12 hari. Akbar meninggal pada hari Kamis (10/10) sekitar pukul 17.00 WIB.
"Saya kurang terlalu tahu penyebabnya. Saya datang ternyata sudah meninggal," kata Rosminah.
Ia sangat terpukul atas kepergian anaknya. Jenazah anaknya dimakamkan di TPU dekat daerah Gelonggongan, Kebayoran Lama, pada Jumat.
Tepat pukul 08.35 WIB, isakan tangis terdengar dari keluarga dan kerabat yang mengantarkan Akbar Alamsyah ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Usai prosesi pemakaman berakhir Rosminah tampak sangat histeris menangisi tumpukan tanah yang masih basah itu. Yanuar ayah dari Akbar, berusaha membujuk istrinya untuk tetap tegar.
"Kamu kuat, harus ikhlas," kata Yanuar sembari memeluk Rosminah saat mengantarkan kepergian Akbar untuk selamanya.
"Maafkan mama ya nak, Alam baik-baik di sana. Maafkan mama ya, mama suka marahin Alam," ujar wanita bernama Rosminah itu dengan tangis pilu mengantar kepergian anaknya.
Orang-orang yang masih berkerumun di sekitar makam meminta wanita itu untuk ikhlas.
Namanya Akbar Alamsyah. Pemuda berusia 19 tahun itu menghembuskan nafas terakhirnya dalam keadaan koma pada Kamis sore (10/10).
Rosminah tidak menyangka nafas anaknya akan berakhir di dalam ruangan CICU RSPAD Gatot Subroto.
Akbar merupakan salah satu korban demo yang berakhir ricuh pada Rabu (25/9).
Berdasarkan keterangan polisi, Akbar jatuh dari pagar di dekat kompleks DPR untuk menghindari kericuhan. Namun Rosminah melihat alasan polisi berbeda dengan yang dialami anaknya.
Penasaran
Rosminah mengingat perjumpaan terakhir kali dengan anaknya saat Akbar masih dalam kondisi sehat.
Kala itu, Rosminah mengunjungi Alam yang tinggal di rumah neneknya di Kebon Mangga, Kebayoran Baru. Ia mengingatkan anaknya itu agar tidak perlu mendekati area yang memanas akibat demo.
"Saya sudah bilang ke dia jangan kemana-mana apalagi ke daerah Slipi dan Palmerah bahaya nak," kata Rosminah yang waktu itu menjaga Alam yang terbaring koma di RSPAD Gatot Subroto, Rabu (9/10).
Rosminah bahkan menitipkan pesan kepada nenek Akbar agar tidak membiarkan Akbar meninggalkan rumah karena kala itu kondisi Jakarta tidak kondusif.
Namun karena sudah berjanji kepada dua temannya, Alam nekat pergi membawa motornya pada pukul 23.00 WIB ke arah Slipi, Jakarta Barat.
"Namanya juga anak-anak muda ya, kepo-nya tinggi ya dia nongkronglah," kata Rosminah.
Berdasarkan cerita teman Akbar, Rosminah menceritakan, pada saat anaknya dan kedua temannya sedang duduk santai menonton demo tiba-tiba mereka dihampiri oleh polisi dari belakang.
"Ada temennya yang sempet kena injak lalu kabur dan anak saya itu tiba-tiba hilang," ujar Rosminah.
Ketiga orang itu berpencar menghindari polisi itu. Salah satu temannya berhasil lolos dari kejaran polisi karena bersembunyi di masjid terdekat.
Tanpa kabar
Hingga Jumat (27/9), Akbar tak kunjung kembali ke rumah. Saat mendapatkan kabar itu, Rosminah langsung kembali ke rumah nenek Akbar menunggu kepulangan anaknya.
Namun, bukannya mendapati kepulangan anaknya. Rosminah malah mendapatkan kabar dari teman Akbar bahwa mereka terpisah saat melihat demo dan tidak ada kabar dari Akbar setelah itu.
Rosminah dengan rasa khawatir segera memutuskan untuk pergi ke Polda Metro Jaya. Kepergiannya itu untuk memastikan apakah anaknya ditangkap polisi atau tidak.
Sayangnya begitu tiba di Polda Metro Jaya, Rosminah tak menemukan nama anaknya dalam daftar yang tersedia di Polda Metro Jaya.
"Tidak ada nama anak saya. Saya liatin muka-muka yang ada di Polda pada lebam semua, jadi mukanya kaya mirip-mirip gitu," ujar Rosminah.
Polisi yang bertugas saat itu menyarankan agar Rosminah turut memeriksa Polres Metro Jakarta Barat karena beberapa orang diamankan di sana. Diapun ke Polres Metro Jakarta Barat.
Setibanya di Polres Metro Jakarta Barat, Rosminah dapat sedikit tenang karena nama Akbar tertulis di sana. Meski begitu setelah menemukan nama anaknya polisi tidak mengizinkan Rosminah untuk bertemu anaknya.
"Saya cuma nitip makanan aja untuk anak saya. Karena saya pikir anak saya di Polres kan," kata Rosminah.
Akbar Kritis
Rosminah memutuskan untuk pulang ke rumahnya setelah menitipkan makanan untuk Akbar di Polres Metro Jakarta Barat.
Namun setibanya Rosminah di kediamannya, ia dikejutkan dengan informasi dari aplikasi pesan yang mengatakan bahwa anaknya dirawat di Rumah Sakit Pelni Petamburan, Jakarta Pusat.
Ia segera bergegas menuju Rumah Sakit Pelni. Namun yang kemudian didapatinya adalah kabar bahwa anaknya sudah dipindahkan ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati di Jakarta Timur.
Hatinya amat sedih melihat kondisi anaknya ketika Rosminah sampai di Rumah Sakit Polri. Muka anaknya tampak lebam-lebam dan terbalut dengan perban.
"Katanya habis di operasi tulang kepalanya yang patah," ujar Rosminah dengan nada lirih.
Melihat kondisi anaknya yang tampak memprihatinkan membuat Rosminah terguncang dan sempat tak sadarkan diri.
"Saya langsung cium, peluk anak saya. Karena tidak kuat liat anak saya yang keadaannya kayak orang penyakit tumor kepalanya besar semua gitu, akhirnya saya sempet pingsan," ujarnya.
Melihat kondisi putranya itu, Rosminah merasa tidak mungkin korban yang jatuh dari pagar mengalami luka seperti Akbar.
"Seperti terkena benda tumpul di bagian kepala dan wajahnya itu seperti dipukuli karena mata kirinya lebam," kata Rosminah.
Kondisi Akbar yang koma membuat RS Polri Kramat Jati memindahkan pasien itu ke RSPAD Gatot Subroto di Jakarta Pusat. Hal itu karena alat medis yang dinilai dapat lebih menunjang kondisi Akbar.
Saat itu, Rosminah berharap anaknya segera pulih dan dapat beraktivitas normal kembali namun takdir berkata lain.
Akbar menghembuskan nafas terakhirnya setelah mengalami koma selama 12 hari. Akbar meninggal pada hari Kamis (10/10) sekitar pukul 17.00 WIB.
"Saya kurang terlalu tahu penyebabnya. Saya datang ternyata sudah meninggal," kata Rosminah.
Ia sangat terpukul atas kepergian anaknya. Jenazah anaknya dimakamkan di TPU dekat daerah Gelonggongan, Kebayoran Lama, pada Jumat.
Tepat pukul 08.35 WIB, isakan tangis terdengar dari keluarga dan kerabat yang mengantarkan Akbar Alamsyah ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Usai prosesi pemakaman berakhir Rosminah tampak sangat histeris menangisi tumpukan tanah yang masih basah itu. Yanuar ayah dari Akbar, berusaha membujuk istrinya untuk tetap tegar.
"Kamu kuat, harus ikhlas," kata Yanuar sembari memeluk Rosminah saat mengantarkan kepergian Akbar untuk selamanya.