jumlah titik panas cenderung menurun, masyarakat tetap waspadai sebaran kabut asap

id Titik panas,penyebab kebakaran hutan,penyebab kekeringan,kebakaran hutan,bmkg,berita kabut asap,kabut asap

jumlah titik panas cenderung menurun, masyarakat tetap waspadai sebaran kabut asap

Petugas Manggala Agni memadamkan kebakaran lahan. (ANTARA FOTO/Ahmad Rizki Prabu/pras).

Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan jumlah titik panas di Sumatera dan Kalimantan saat ini fluktuatif dan cenderung menurun dibandingkan dibandingkan sepekan lalu.

Walaupun kecenderungan jumlah titik panas menurun dibanding periode awal September 2019, namun masyarakat harus terus mewaspadai sebaran asap akibat dari kebakaran hutan dan lahan, kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG R Mulyono R Prabowo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Dia menambahkan, penurunan tersebut terdeteksi berdasarkan citra Satelit Terra, Aqua, Suomi-NPP, NOAA-20, dan Himawari-8, selama tiga hari terakhir (16 hingga 18 September 2019) BMKG telah mengidentifikasi setidaknya terdapat 3.302 titik panas dengan kategori tingkat kepercayaan tinggi di seluruh wilayah Asia Tenggara.

Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan jumlah titik panas pada periode waktu 13 hingga 15 September 2019 yang mencapai 3.854 titik.

Hotspot tersebut diantaranya berada di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Juga terdeteksi di Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Vietnam, Papua Nugini, dan Timor Leste.

Di wilayah Indonesia pada 14 September 2019 terdeteksi 1.080 titik. Jumlah tersebut mengalami penurunan sejak 15 September 2019 sampai dengan 17 September 2019, meskipun terdapat peningkatan kembali pada 18 September 2019.

Terdeteksi masih adanya sebaran asap yang memasuki wilayah Semenanjung Malaysia dari wilayah Sumatera. Selain itu pada waktu yang sama, terdeteksi pula adanya sebaran asap yang meluas hingga wilayah Serawak Malaysia dari Kalimantan Barat.

Kondisi ini dapat terjadi karena arah angin di wilayah Riau bertiup dari arah Tenggara-Selatan ke Utara-Timur Laut, sementara arah angin di wilayah Kalimantan Barat ke arah Utara.

Kecenderungan penurunan jumlah titik panas di Indonesia dan negara ASEAN secara tidak langsung dapat menurunkan sebaran Asap di wilayah Indonesia, Namun Masyarakat masih harus mewaspadai tingkat kemudahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla); dikarenakan potensi hujan yang masih rendah di daerah tersebut.

Saat ini dalam mengupayakan peningkatan potensi hujan di daerah terjadinya karhutla, BMKG terus memonitor dan menganalisis potensi terbentuknya awan hujan, untuk menjadi acuan bagi upaya Teknologi Modifikasi Cuaca (dengan hujan buatan) yang dilakukan oleh BPPT, TNI & BNPB.

Upaya modifikasi cuaca ini mendesak dilakukan untuk memaksimalkan potensi hujan di wilayah karhutla, yang sudah dilaksanakan di beberapa tempat di Wilayah Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah.