Jakarta, (ANTARA) - Fahombo atau yang lebih dikenal sebagai loncat batu di Kepulauan Nias merupakan salah satu hal yang lahir dari tradisi perang.
Tokoh pemuda adat Desa Bawömataluo, Nias, Tuha Föna Sohahau Duman Wau saat ditemui di Jakarta, Jumat mengatakan lompat batu menjadi ujian bagi para pemuda apakah mereka sudah layak ikut perang atau belum.
"Kemampuan meloncat tersebut diperlukan karena secara topografi Nias itu berbukit-bukit. Jadi perlu kegesitan untuk melompati bebatuan, pagar atau bukit," kata Duman.
Menurut Duman sejak kecil, anak laki-laki di Nias Selatan sudah terbiasa untuk melompat. Mereka melompati apa saja rintangan yang ada di depan mereka.
Saat mereka dewasa, batu yang akan mereka lompati setidaknya setinggi dua meter. Jika mereka dapat melewatinya maka pemuda tersebut layak untuk ikut ke medan perang.
Namun dia menyayangkan ada masyarakat luar Nias yang salah mengartikan maksud dari kedewasaan setelah melompati batu.
"Ada yang berpikir bahwa kedewasaan setelah mampu melewati batu adalah satu syarat kalau mereka sudah boleh menikah. Padahal bukan itu, sebenarnya jika sudah dapat melewati batu tersebut maka pemuda itu layak mengikuti perang," kata Duman. (*)
Berita Terkait
Getaran gempa M 7.3 terasa 30 detik di Kota Padang
Selasa, 25 April 2023 5:14 Wib
Gempa magnitudo 5,9 terjadi di Nias Selatan Sumut
Minggu, 23 April 2023 5:44 Wib
Sumut berpotensi dilanda hujan sedang hingga lebat
Sabtu, 4 Februari 2023 12:07 Wib
Penganugerahan Gelar Adat Nias Kepada Menteri BUMN
Senin, 9 Januari 2023 11:32 Wib
Gempa magnitudo 5,2 yang mengguncang Nias Selatan akibat subduksi lempeng Indo-Australia
Jumat, 30 Desember 2022 8:11 Wib
Ratusan murid ikuti lomba mewarnai Waroeng Steak& Shake Kampung Nias
Minggu, 16 Oktober 2022 13:58 Wib
Guncangan gempa bumi di Nias, terasa sampai ke Agam
Selasa, 11 Oktober 2022 15:39 Wib
Gempa di Nias Selatan pada Jumat dini hari berpusat di zona megathrust Batu
Jumat, 22 Juli 2022 11:29 Wib