Jakarta (ANTARA) - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyebut cukup banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya kasus polisi menembak polisi, seperti yang terjadi di Depok, baru-baru ini.
"Kami menilai cukup banyak hal yang melatarbelakangi hingga puncaknya polisi tersebut tega menghabisi nyawa temannya dengan senjata api," katanya, saat dihubungi Antara, di Jakarta, Jumat.
Neta mengakui masih adanya sikap arogansi yang masih kental dalam budaya kepolisian Indonesia yang menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi.
Lalu, kata dia, beban kerja yang cukup berat, terutama dalam menjaga keamanan sepanjang Pemilu dan Pilpres di berbagai daerah yang kerap menjadi tekanan psikis.
Di sisi lain, Neta mengingatkan, ada persoalan akut yang melilit anggota Polri, terutama di jajaran bawah, yaitu persoalan rumah tangga akibat terbatasnya penghasilan sebagai polisi yang hidup di kota besar.
"Ini kerap menjadi tekanan tersendiri bagi anggota Polri dalam menjalankan tugas profesionalnya, dan ini pula yang kerap menjadi penyebab utama mudahnya emosi polisi jajaran bawah gampang meledak menjadi beringas dan sadis," ungkapnya.
Tak heran, ia mengatakan jika dari tahun ke tahun terus terjadi kasus polisi tembak polisi, polisi yang berulah menjadi koboi kepada masyarakat, atau polisi bunuh diri dengan pistolnya sendiri.
Persoalan lain, kata dia, adalah gaya hidup hedonis yang kerap menimbulkan konflik antar teman, selain adanya tekanan atasan yang kerap memberikan target untuk pencapaian prestasi atasan itu sendiri.
Untuk kasus terbaru yang terjadi di Depok, Neta menilai pemicunya adalah persoalan sangat sepele yang menunjukkan arogansi dan tidak terkontrolnya emosi.
Senada, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) Edi Saputra sangat prihatin terjadinya insiden yang sebenarnya dipicu persoalan yang sangat sepele.
"(Pemicunya) sangat sepele. Saya berpikir kejiwaan oknum itu tidak normal, sangat emosional," katanya.
Sebagaimana diwartakan, terjadi penembakan terhadap Bripka RE oleh Brigadir RT di Polsek Cimanggis, Depok, Kamis (25/7) malam, karena RT merasa kesal permintaannya tak dituruti korban RE.
Perselisihan bermula dari RE yang juga anggota Samsat Polda Metro Jaya mengamankan seorang pelaku tawuran berinisial FZ, pada Kamis malam.
Kemudian datang orangtua pelaku berinisial Z bersama dengan Brigadir RT ke Polsek Cimanggis, yang meminta dengan nada keras agar FZ dibina oleh orang tuanya.
Bripka RE menolak dengan nada keras sembari menjelaskan bahwa proses sedang berjalan. Brigadir RT yang naik pitam kemudian menembak Bripka RE hingga meninggal di lokasi.
Berita Terkait
NETA sambut baik kelonggaran TKDN 40 persen bagi kendaraan listrik
Rabu, 13 Desember 2023 10:36 Wib
Presidium IPW Neta S Pane wafat karena COVID-19, Polri sampaikan duka cita
Rabu, 16 Juni 2021 14:04 Wib
Soal calon Kapolri, IPW: tergantung Presiden Jokowi
Senin, 16 November 2020 11:16 Wib
IPW nilai penangkapan Djoko Tjandra tidak terkait bursa Kapolri
Minggu, 2 Agustus 2020 13:36 Wib
Penunjukan Boy Rafli sebagai Kepala BNPT tersandung, IPW sebut TR Kapolri malaadministrasi
Sabtu, 2 Mei 2020 11:53 Wib
Tito Karnavian jadi Mendagri penghargaan buat Korps Bhayangkara
Rabu, 23 Oktober 2019 11:38 Wib
IPW desak Polri segera tahan Sofyan Jacob
Selasa, 11 Juni 2019 21:09 Wib
IPW minta polisi ungkap dalang dan penyandang dana perusuh aksi 21-22 Mei
Kamis, 23 Mei 2019 21:46 Wib