Perjalanan tradisi Pacu Kuda tempo dulu hingga kini

id tradisi pacu kuda,pacu kuda minangkabau

Perjalanan tradisi Pacu Kuda tempo dulu hingga kini

Joki Pacu Kuda sedang menggiring kudanya untuk bersiap berpacu di gelanggang Pacu Kuda (ANTARA SUMBAR/Syafri Ario)

Payakumbuh (ANTARA) - Perhelatan Pacu Kuda yang menjadi tradisi orang Minang masih rutin digelar di wilayah masyarakat adat Minangkabau (Luak Agam, Limapuluh Kota, Tanah Datar) hingga kini namun seiring berjalan waktu perhelatannya mengalami pergeseran cara pandang, kata budayawan setempat.

"Dulu yang menonjol itu adalah kekerabatan persahabatan dan silaturahmi tetapi kalau sekarang orang cenderung menilai sesuatu dari segi materialnnya maka ini yang menjadi motivasi orang untuk menggelar alek Pacu Kuda sehingga faktor silaturahimnya terkesampingkan," kata Budayawan Minang Yulfian Azrial di Payakumbuh, Jumat.

Pacu kuda dulu menjadi event perekat kekerabatan dan silaturrahmi antar wilayah masyarakat adat Minang atau wilayah darek (darat) begitu juga dari daerah rantau sesama masyarakat Minang.

Yulfian mengatakan alek pacu kuda sendiri berbeda dengan alek nagari lainnya, alek nagari biasanya hanya salingka nagari dalam satu wilayah adat terkecil tapi alek pacu kuda melibatkan seluruh dari nagari.

"Jika diadakan di Luak Limapuluh maka masyarakat Minang dari Luak Tanah Datar dan Agam berdatangan ke Luak Limapuluh sehingga terjadi interaksi silaturrahmi antar masyarakat pada tingkat Luak," ujarnya.

Dulu Pacu Kuda diadakan sekali dalam setahun setelah musim panen yang dilakukan secara serentak.

"Selain silaturrahmi inilah momennya masyarakat setelah panen menggelar alek Pacu Kuda untuk menikmati hasil panen itu dan sebagai wujud rasa syukur," jelas Budayawan yang tinggal di Payakumbuh tersebut.

Paku Kuda ini juga salah satu cara orang Minang untuk memanfaatkan segala lini kehidupan untuk membangun peradaban.

"Tidak hanya pertanian saja namun memanfaatkan segala lini maka beternak kuda juga menjadi bagian tak terpisahkan yang juga dijadikan sebagai alat transportasi," kata pengarang edisi pertama buku Budaya Alam Minangkabau ini.

Kini pacu kuda yang sudah diakomodir menjadi agenda rutin pemerintah daerah di Sumbar ini adalah produk asli Minang.

"Jadi bukan dari Eropa karena budaya berkuda adalah budaya yang tumbuh berkembang yang sangat lama di Minang terutama faktor kuatnya agama Islam dimana berkuda adalah salah satu anjuran Sunah Rasulullah," katanya.

Hanya saja berkuda yang dikompetisikan yang menjadi alek nagari di Sumbar memang merupakan modifikasi dari Eropa. (*)