Mentawai (ANTARA) - Anggota Komisi C DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai Kristinus Basir memberi apresiasi Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga di Kepulauan Mentawai.
Menurut Kristinus, program tersebut dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan warga di wilayah kepulauan itu.
“Nelayan sangat terbantu, karena biaya operasional bisa ditekan. Begitu pula dengan sektor lain. Jadi secara umum, BBM Satu Harga di Mentawai berdampak baik bagi ekonomi masyarakat,” kata Kristinus ketika dihubungi dari Padang hari ini.
Bagi perekonomian Kabupaten Kepulauan Mentawai, imbuhnya, dampak BBM Satu Harga memang luas. Tidak hanya sektor perikanan, namun juga transportasi.
Dalam hal ini, penyamaan harga BBM antara Kepulauan Mentawai dan Pulau Jawa, tentu berimbas positif terhadap biaya operasional kapal laut dan juga speedboat.
Di sisi lain, Kristinus tidak menepis bahwa di Mentawai juga marak pengecer BBM. Namun menjamurnya keberadaan pengecer, lanjut Kristinus, disebabkan belum adanya regulasi yang tegas mengatur hal tersebut.
“Hal ini yang perlu diatur melalui regulasi, sehingga pegecer tidak sembarangan menjual,” tegasnya.
Dalam konteks itu pula, Kristinus mengatakan, Komisi C DPRD Kabupaten Mentawai bisa segera mengusulkan Perda terkait para pengecer BBM, sehingga bisa mendukung pelaksanaan BBM Satu Harga di wilayah tersebut.
“Kalau dianggap mendesak dan prioritas tentu bisa kita usulkan. Secara kelembagaan bisa saja arahnya ke situ,” ujarnya.
Dalam menjalankan program BBM Satu Harga di Kepulauan Mentawai, Pertamina menyalurkan BBM jenis premium dan solar sebanyak 50.000 liter setiap bulan.
Penyaluran dilakukan melalui empat lembaga penyalur di wilayaha tersebut. Keempat titik BBM Satu Harga itu terletak di Sipora Utara, Sipora Selatan (dua titik), dan Siberut Utara.
Melalui program tersebut, masyarakat di Kepulauan Mentawai dapat menikmati harga BBM yang sama dengan masyarakat di wilayah lainnya, yakni Rp 6.450 per liter untuk jenis premium dan Rp 5.150 per liter untuk solar.
Terkait BBM Satu Harga itu pula, apresiasi juga datang dari berbagai tokoh adat dan juga tokoh masyarakat setempat. Nulker Sababalat, tokoh adat Sipora Selatan, mengatakan, BBM Satu Harga bisa meringankan beban masyarakat dan berdampak baik untuk menunjang ekonomi keluarga.
“Pasti sangat baik. Karena sebelumnya masyarakat harus membeli bensin dengan harga sekitar 10 ribu,” kata Nulker.
Dengan harga yang sama seperti Pulau Jawa, lanjut Nulker, masyarakat bisa berhemat dan mengalokasikan pengeluaran untuk kebutuhan lain.
Bagi masyarakat Sipora Selatan yang mayoritas berprofesi sebagai petani, misalnya, penurunan harga BBM tentu berdampak pada biaya transportasi, termasuk ketika mereka harus menjual hasil pertanian ke kecamatan dan kabupaten.
“Jadi BBM Satu Harga dari Pertamina memang sangat positif,” tegas Nulker.
Tokoh masyarakat Sipora Jaya, Abdul Rohman, juga menilai sangat positif BBM Satu Harga.
Menurutnya, program tersebut sangat membantu masyarakat, dalam meningkatkan taraf ekonomi mereka.
“Dengan BBM Satu Harga, roda ekonomi masyarakat juga bisa bergerak lebih cepat, karena daya beli menguat,” kata Rohman, yang juga warga Gang Pesantren, Desa Sipora Jaya, Dusun Karya Bakti, Kepulauan Mentawai. (*)