Wantimpres ajak masyarakat kenali dan cegah penyebaran hoaks

id wantimpres

Wantimpres ajak masyarakat kenali dan cegah penyebaran hoaks

Dewan Pertimbangan Presiden Irjen Pol (purn) Sidarto Danusubroto memberikan keterangan terkait cara mengantisipasi penyebaran hoaks dan ujaran kebencian di Hotel Basko Kota Padang, Minggu (ANTARA SUMBAR/ Mario Sofia Nasution)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Irjen Pol (purn) Sidarto Danusubroto mengajak masyarakat untuk mengenali hoaks atau berita bohong sehingga dan mencegah penyebaran hoaks yang dilakukan oknum yang tidak bertanggungjawab.

“Masyarakat harus mengenali bentuk hoaks yang ada saat ini sehingga mereka memiliki pengetahuan dan dapat membedakan fakta dengan berita bohong,” katanya saat menjadi pembicara dalam Seminar Anti Hoaks di Padang, Minggu.

Menurut dia menjelang pelaksanaan pemilu presiden beragam hoaks muncul ke permukaan melalui berbagai media mulai dari pernyataan di media massa, pesan berantai melalui aplikasi whatsapp, status media sosial hingga dari mulut ke mulut.

Selain itu hoaks juga muncul melalui dunia diigital melalui platform media sosial seperti youtube, instagram, facebook, twitter dan situs berita palsu yang kebanyakan memanfaatkan blog gratisan.

Ia mengatakan hoaks tersebut disebar dengan beberapa teknik mulai dari berbohong sebanyak-banyaknya dan dilakukan sesering mungkin serta diulang-ulang. Hoaks disebar tanpa mengandung kebenaran dan tidak harus konsisten satu dengan yang lainnya.

Menurut dia menjelang pemilu beragam hoaks disebar dan menggunakan strategi “Firehose of Falsehood” atau yang bermakna semburan bertekanan tinggi yang menghasilkan propaganda kepalsuan. Ia menjelaskan strategi itu bekerja karena manusia memiliki ketakutan dalam dirinya, sebenarnya ketakutan itu adalah alami yang digunakan sebagai alat untuk bertahan.

Kemudian kekuatan politik kotor menganalisa ketakutan tersebut melalui mesin analisa di media sosial. Setelah itu kebohongan diciptakan untuk membuat keributan dan mengaktivasi ketakutan yang dimiliki masing-masing manusia, lalu kebohongan diputar sesering mungkin dengan bertukar topik.

“Ujungnya, kandidat yang mereka dukung nantinya akan tampil sebagai pahlawan dan seolah-olah memberikan solusi dari ketakutan tersebut,” katanya.

Ia merincikan apa saja ketakutan yang dapat dipancing oleh strategi tersebut yakni persoalan agama berupa jargon pemimpin kafir, komunitas pro negara kafir, dan lainnya. Setelah itu dalam bidang nasionalisme dengan jargon pemimpin antek asing, asing aseng, boneka China, pro pekerja asing dan lainnya.

Kemudian di bidang keluarga disebarkan jargon pemimpin tersebut anak hasil hubungan ilegal, bukan anak kandung ibunya dan lainnya. Sementara untuk bidang stabilitas ekonomi dimunculkan 99 persen rakyat miskin, hutang negara mencapai 50 persen dari APBN dan lainnya.

“Propoganda ini telah berhasil dilakukan di berbagai negara seperti Kenya, Amerika Serikat, Inggris (brexit) dan Brazil. Namun ada juga yang gagal seperti di Malaysia, Perancis dan Mexico,” katanya.

Ia mengatakan strategi firehose of falsehood ini berbahaya bagi persatuan bangsa karena pemenang yang menang nantinya erpaksa meneruskan kebohongannya, isu agama, ras dan nasionalisme yang terus dibakar tentu akan menimbulkan perpecahan.

“Kami mengajak masyarakat lebih bijak dalam mendapatkan informasi yang datang baik dari media massa, media sosial maupun dari mulut ke mulut sehingga mereka memiki kemampuan mengantisipasi serangan hoaks yang semakin luas,” katanya.