33.316 warga pesisir Pandeglang terdampak tsunami masih di pengungsian

id Tsunami Selat Sunda,Warga Pandeglang masih di pengungsian

33.316 warga pesisir Pandeglang terdampak tsunami masih di pengungsian

Sejumlah alat berat melakukan evakuasi untuk membersihkan reruntuhan bangunan yang tersapu tsunami di Desa Way Muli, Kalianda, Lampung Selatan, Lampung, Senin (24/12/2018). Tim DVI Polda Lampung mencatat jumlah korban meninggal dunia sampai saat ini mencapai 81 orang, serta korban luka mencapai 250 orang, sampai saat ini petugas masih melakukan pencarian di lokasi bencana tsunami. (ANTARA FOTO/Ardiansyah/foc.)

Pandeglang, Banten, (Antaranews Sumbar) - Sebanyak 33.316 warga pesisir Pandeglang korban bencana tsunami yang menerjang Perairan Selat Sunda, Sabtu (22/12) hingga kini masih bertahan di pengungsian.

"Semua korban tsunami itu belum kembali ke rumah masing-masing," kata Ketua Koordinator Tanggap Darurat Bencana Tsunami Pandeglang, Letkol Fitriana Nur Heru di Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Tsunami di Labuan, Pandeglang, Provinsi Banten, Senin.

Meski pascabencana tsunami di Pandeglang sudah delapan hari terakhir, namun kondisi pengungsi masih tetap bertahan.

Pengungsi tersebar di Kecamatan Labuan, Carita, Menes, Jiput, Sukaresmi, Pagelaran, Angsana, Panimbang, Cigeulis dan Sumur.

Masyarakat yang mengungsi itu umumnya dengan alasan merasa ketakutan akan adanya bencana tsunami susulan.

Apalagi, kata dia, aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau masih aktif mengeluarkan erupsi.

"Kami minta warga tetap tinggal di pengungsian sambil menunggu normalnya aktivitas Anak Krakatau," katanya.

Sangsang, warga Desa Teluk Kecamatan Labuan,Pandeglang mengatakan dirinya hingga kini masih tinggal di pengungsian yang lokasinya menempati mushala Kantor Kecamatan Labuan.

Ia bersama ratusan warga lainnya tidak berani kembali ke rumah, karena belum ada kepastian pengumuman maupun perintah dari pemerintah maupun koordinator tanggap darurat derah untuk kembali ke rumah.

Selain itu, penyebab tsunami dari Anak Krakatau masih mengeluarkan erupsi letusan, hembusan hingga tremor.

"Kami berani kembali ke rumah setelah adanya jaminan keamanan dari instansi terkait atau pemerintah daerah," ujarnya.

Nurhayati, warga Desa Cigodang, Labuan Kabupaten Pandeglang mengaku dirinya bingung karena kondisi rumahnya rata dengan tanah akibat diterjang tsunami.

Apabila, pengungsi diperintahkan kembali ke rumah, ia bersama empat anak bingung harus menghuni kemana. Sebab, bangunan rumah dan perabotan rumah tangga hancur.

Pilihannya, adalah kemungkinan tinggal dengan keluarga yang selamat dari bencana tsunami.

"Kami berharap pemerintah bisa membangun kembali rumahnya itu," kata Nurhayati yang mengungsi di GOR Futsal Labuan. (*)