Padang, (Antaranews Sumbar) - Ketua DPRD Kota Padang, Sumatera Barat, Elly Thrisyanti meminta warga daerah itu menggunakan hak pilihnya saat pilkada 2018 atau tidak golongan putih (golput).
"Kami imbau warga jangan sampai tidak memilih saat hari pencoblosan calon wali kota dan wakil wali kota Padang pada 27 Juni 2018," katanya di Padang, Minggu.
Menurutnya satu suara masyarakat akan menentukan masa depan Kota Padang selama lima tahun ke depan, oleh sebeb itu ia mengimbau masyarakat yang sudah terdaftar dalam Data Pemilih Tetap (DPT) agar mencoblos.
Pilihlah calon sesuai denga hati nurani dan diyakini akan membawa perubahan terhadap pembangunan dan kesejahteraan bagi masyarakat Kota Pdang, ujarnya.
"Setiap pesta demokrasi, masyarakat harus menggunakan hak pilihnya, karena itu juga mempengaruhi kualitas pilkada," katanya.
Elly juga berharap masyarakat Kota Padang menjaga keamanan dan ketertiban tetap kondusif menjelang pilkada maupun saat hari pencoblosan untuk menjamin suksesnya pelaksanaan pilkada 2018.
"Mari kita wujudkan pilkada damai tanpa adanya keributan yang dapat memecah belah antar sesama," tambahnya.
Sementara Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Padang, Yusrin Trinanda mengatakan pihaknya menekan golput pada pilkada 2018 dengan melakukan sosialisasi secara intensif.
Menurutnya sosialisasi secara terus-menerus akan memperoleh hasil yang optimal dalam menekan golput. Pihaknya menargetkan partisipasi pemilih pada pilkada 2018 mencapai 77,5 persen atau naik dari sebelumnya yang berkisar sekitar 55 persen.
KPU Padang juga telah menetapkan data pemilih sementara untuk pilkada 2018 sebanyak 536.045 orang yang terdiri dari 262.242 laki-laki dan 273.803 perempuan yang tersebar di 11 kecamatan pada 104 kelurahan yang ada di kota itu.
Sedangkan Pengamat Politik dari Universitas Negeri Padang Dr Eka Vidya menilai golput dipicu oleh masyarakat sudah jenuh, apalagi dengan banyaknya janji-janji ketika kampanye yang tidak dipenuhi ketika menjabat.
Menurutnya masyakat saat ini sudah bijak dalam menilai suatu hal. Misalnya ketika pemilu, politikus menjanjikan kesejahteraan namun pada kenyataannya mereka berpikir nasibnya begitu saja dari tahun ke tahun. (*)