Riau Aktifkan Jumantik Tekan Angka Kasus DBD

id DBD

Riau Aktifkan Jumantik Tekan Angka Kasus DBD

()

Pekanbaru, (Antara Sumbar) - Dinas Kesehatan Provinsi Riau terus menggiatkan sosialisasi pencanangan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik) nyamuk melalui gerakan 3M plus dan membuat perangkap larva nyamuk (lavitrap) buatan guna menekan angka kasus demam berdarah dengue.

"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan utama di Riau, terutama menyerang di wilayah perkotaan (urban)," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Andra Sjafril di Pekanbaru, Sabtu.

Namun, lanjut Andra Sjafril, tidak menutup kemungkinan juga menyerang di wilayah perdesaan (rural).

Penyebaran DBD, menurut dia, makin lama makin meluas. Misalnya, pada periode Januari s.d. September 2016 mencapai 3.272 kasus.

Menurut dia, kasus DBD periode itu mengalami peningkatan sebanyak 1.272 kasus dari jumlah kasus pada periode yang sama tahun 2015 tercatat 2.000 kasus.

Ia mengatakan bahwa pihaknya berkoordinasi dengan IDI Riau, Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, setiap puskesmas di daerah itu, dan babinsa setempat menyosialisasi pencanangan satu rumah satu jumantik melalui 3M plus lavitrap.

Oleh karena itu, dia memandang perlu pengaktifan jumantik karena Riau yang dilanda curah hujan yang tinggi dikhawatirkan terjangkitnya beberapa penyakit, yaitu berkembangnya larva nyamuk aedes aegypti menyabakan DBD," katanya.

Untuk mencegah kasus DBD, Dinas Kesehatan Provinsi Riau bekerja sama dengan beberapa pemangku kepentingan mengimbau seluruh masyarakat untuk tetap waspada akan berkembangnya jentik nyamuk.

Ia menjelaskan bahwa jumantik adalah anggota masyarakat yang sukarela memantau keberadaan jentik nyamuk aedes aegypti di lingkungannya.

"Mereka memiliki tanggung jawab untuk mendorong masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin," katanya.

Selain melakukan pemantauan jentik nyamuk aedes aegypti di wilayahnya, jumantik juga melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan tentang hasil pengecekan tempat penampungan air dan tempat yang tergenang air bersih.

Pada wadah dengan tempat air yang sulit dikuras maka Jumantik memberikan bubuk larvasida seperti abate. Membasmi keberadaan kain atau pakaian yang tergantung di dalam rumah. Mengecek kolam renang dan kolam ikan dari jentik nyamuk. Menyambangi rumah kosong dna tidak berpenghuni untuk mengecek jentik nyamuk.

Jika ditemukan jentik nyamuk, katanya lagi, petugas jumantik berhak memberikan peringatan kepada penghuni dan pemilik rumah untuk membersihkan agar bersih dari jentik.

"Jumantik juga akan membuat catatan dan pelaporan yang diperlukan untuk selanjutnya akan dilaporkan ke kelurahan dan dari kelurahan kemudian akan diteruskan ke instansi terkait," katanya.

Sosialiasasi juga dirangkaikan dengan praktik cara pembuatan lavitrap. Perangkap larva adalah perindukan nyamuk buatan yang berfungsi sebagai tempat nyamuk aedes aegypti bertelur.

Setelah telur berkembang menjadi larva, kemudian larva bergerak ke dasar dan terperangkap di bawah kasa sehingga larva tersebut tidak berkembang menjadi nyamuk dewasa.

Pemasangan lavitrap ini, menurut dia, penting karena merupakan salah satu cara untuk memutus mata rantai kehidupan nyamuk. Dengan pemasangan tiga lavitrap atau lebih di setiap rumah, dia berharap ke depannya indikasi DBD di suatu daerah akan menurun untuk memberantas penyakit DBD, chikungunya, virus zika, dan japanese encephalitis. (*)