Teknik Tato Tertua yang Terancam Punah

id Teknik Tato Tertua yang Terancam Punah

Teknik Tato Tertua yang Terancam Punah

Sikerei (dukun) pembuat tato

Berbicara masalah pembangunan pemerintahan di Provinsi Sumatera Barat, spontani banyak pihak menilai masih ada satu kebupaten yang tertinggal, baik dalam sektor perekonomian dan pendidikan. Sudah pasti, daerah yang masih tertinggal itu Kabupaten Kepulauan Mentawai. Namun di balik ketertinggalannya itu, justru Kabupaten Kepuluan Mentawai sudah mendapat sorotan khusus dan mempunyai nilai jual tinggi di mata negara dunia. Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki banyak potensi alam, di antaranya gulungan ombak besar yang mengundang para pesurfing mancanegara, hasil hutannya kaya dengan berbagai obat-obatan, kekayaann lautnya melimpah ruah serta kebudayaannya. Salah satu seni kebudayaan Mentawai yang sudah diakui dunia adalah tatonya atau yang akrab disebut dalam bahasa Mentawai Titi. Tato dalam pandangan Masyarakat Adat Mentawai (MAM) merupakan salah satu seni kebudayaan tradisional terkait dengan kepercayaan dan keyakinan (Arat Sabulungan). Maski masyarakat Mentawai sudah menganut agama yang dianggap resmi oleh pemerintah, namun mereka masih melakukan acara keyakinan ritual tradisional. Seperti yang diungkapkan seorang peneliti sekaligus pakar tato, Ady Rosa dalam dialog kebudayaan, Rabu (17/12) di Tuapejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, bahwa usia tato Mentawai tertua di dunia. Hasil penelitian Ady Rosa tentang usia tato Mentawai tertua di dunia itu ternyata tidak ada bantahan dari para peniliti dan pakar tato yang ada di dunia. Selain usia tato Mentawai tertua di dunia, juga kualitasnya pun belum ada yang menandingi di dunia. Sebab, bahan baku yang digunakan untuk membuat tato tersebut dari bahan-bahan alamiah, seperti tempurung kelapa dibakar kemudian dicampur dengan air tebu. Cairan tebu pun berwarna hitam dan kemudian dilukiskan kebagian tubuh dengan menggunakan lidi sebagai alat membuat pola (motif). Setelah pola gambar terukir di bagian tubuh, maka seorang sikerei (dukun) mengambil paku mulai ukuran satu sampai lima inci ditusuk-tusukkan. Sambil menusuk-nusukan paku ke kulit, namun seorang sikerei selalu membaca mantera. Prose pembuatan tato dilakukan dengan menggelar upacara adat. Demi menjaga identitas Masyarakat Adat Mentawai (MAM), mereka harus merelakan rasa sakit yang selama berminggu-minggu. Sebab, ciri khas orang Mentawai adalah tatonya. Filosofi pun terjadi, jika masayarakat Mentawai tidak kenal tato, maka orang tersebut bukanlah orang Mentawai. Sesuai dengan tuntutan zaman, sedikit demi sedikit peradaban MAM pun juga mulai mengalami pergeseran. Ini terlihat sudah mulai minimnya para sikerei (dukun) yang ada di tengah-tengah kehidupan MAM. Pergeseran nilai-nilai budaya ini terjadi karena mulai putusnya regenerasi dari MAM itu sendiri. Selain itu, para generasi baru pun mulai enggan tubuhnya untuk di tato karena di anggap masih kuno atau ketinggalan zaman. Ady Rosa yang dinobatkan sebagai Jenderal Tato, sudah memprediksikan akan terjadi kepunahan tato Mentawai dalam jangka waktu dekat. Sebab ditelitinya, untuk saat ini yang menggunakan tato adalah dari kalangan orang tua, sedangkan para pemuda (generasi) sudah tidak ada terlihat gambar tato di tubuhnya. Pengaruh modernisasi itu dinilai Ady Rosa yang juga sebagai seorang penemu tato tertua di dunia, akan menjadikan tato Mentawai hanya tinggal cerita dan sejarah. Dalam waktu yang relatif singkat, orang hanya akan melihat tato tertua di dunia itu lewat foto dokumen dan karya tulis yang diabadikan (dibukukan). Ady Rosa sendiri mengharapkan, agar tato MAM tetap melekat di jiwa generasi, maka perlu dilakukan berbagai dokumentasi. Ia mengusulkan agar pemerintah membuat kain batik yang terukir dari gambar tato MAM dengan berbagai jenis motif sesuai yang pernah melekat pada tubuh MAM. Di samping itu, kerajinan tangan dan seni rupa perlu dilakukan yang semuanya itu untuk mengabadikan tato MAM. Sejarah Tato MAM Eksistensi tato MAM bisa diduga tertua di dunia itu bila dikaji berdasar awal hunian MAM di Kepulauan Mentawai sudah ada sejak tahun 1500 SM. Hal ini bersamaan berimigrasinya suku bangsa Proto Melayu ke Kawasan Asia Tenggara dari Yunani di wilayah Cina Bagian Selatan. Keyakinan ini diperkuat dengan ragam motif tato MAM yang punya kedekatan dengan rupa lukisan gua dan lebih mempresentasikan objek dengan menyalin agar punya kemiripan (realistik). Selain itu juga didukung oleh data dengan ditemukannya artefak batu (mata kapak batu) di Pulau Siberut tahun 1970 yang jenisnya berdasarkan temuan-temuan sebanding tepat berupa varian Indonesia dari kebudayaan neolitikum Asia Tenggara. (Scefold 1991). Tato yang dianggap tertua di dunia selama ini adalah Mesir, namun bila dikaji dari tiga hal tersebut maka posisi tato MAM adalah yang tertua di dunia 300 tahun lebih dulu dibandingkan Mesir. Barat tidak pernah memahami dan mengetahui tentang keberadaan kebudayaan MAM yang sebenar-benanrnya, akibatnya dalam berbagai referensi tentang budaya-budaya masyarakat adat di Indonesia banyak yang terlupakan. Ini merupakan tantangan bagi kita untuk mendokumentasikan budaya masyarakat adat yang ada di wilayah masing-masing sebelum terjadinya kepunahan. Sebab sudah banyak adat dan kebudayaan yang ada di Indonesia sudah mengalami kepunahan karena kurang kepedulian dalam melestarikannya dari berbagai pihak. Pentingnya tato bagi kehidupan MAM dijumpai lewat seni tutur dalam cerita rakyat Segemulabi. Segemulabi adalah seorang pemuda Mentawai yang mengawini puteri bungsu dari tiga bersaudara yang turun dari langit. Kemudian puteri tersebut tertangkap ketika mencuri bunga takup yang ditanam Segemulabi. Puteri bungsu yang turun dari langit tadi, kemudian ditato sebagai identitas MAM. Sebab kedua kakaknya tidak bersedia dikawini Segemulabi. Pada dasarnya, tato MAM bagian dari kepercayaan Sabubulungan, sehingga proses pembuatan tato pun merupakan yang sakral. Yaitu, melalui punen patiti (upacara pentatoan). Pada kegiatan ini, seluruh anggota keluarga dan kerabatnya, ditabukan untuk melakukan aktifitas pekerjaan sehari-hari. Tato MAM merupakan pakaian abadi yang dilandasi falsafah hidup yang tertuang dalam kepercayaannya, bahwa tato adalah suluh dalam perjalanan abadi sebagai syarat untuk mencapai surgawi. Fungsi tato MAM menunjukkan tanda kedewasaan, dalam tataran sosial tercermin melalui ragam rupa motifnya. Karena masing-masing motif tato sebagai wahana komunikasi yang membersitkan bermacam aturan, hukum, perilaku serta dikenali melalui sistem pertandaan semiotika melalui tipekologi motif tato. Hal ini bisa dilakukan dengan mengklasifikasikan ragam motif tato MAM. Di samping itu, fungsi dan makna tato MAM yang berhubungan dengan struktur kemasyarakatan terlihat pada ragam motif tatonya. Masing-masing jenis tato juga bisa dipahami sesuai dengan berbagai perspektif. Di antaranya tato MAM yang berhubungan dengan perburuan, kepercayaan, kesehatan, pengenal profesi dan hiasan. Setiap jenis tato yang terukir di tubuh MAM mengandung unsur simbol komunikasi untuk lebih mengenal setiap masing-masing individu. Sebab dengan mengenal tato yang terukir ditubuh MAM, orang akan mengetahui profesi dan eksistensi MAM sendiri. Jelasnya, tato bagi masyarakat MAM sebagai kartu tanda penduduk (KTP). Kini, pemerintah membuat aturan bahwa setiap penduduk harus mempunyai KTP untuk mengetahui peningkatan jumlah penduduk tiap tahun. Tentunya MAM juga akan mengurus dan memiliki KTP, sehingga tidak perlu lagi memakai tato sebagai tanda pengenal identitas. Akibatnya, tato MAM akan mengalami kepunahan seiring dengan pengaruh modernisasi dan pembangunan pemerintahan. (***)