Pariaman (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Pariaman, Sumatera Barat memaksa warganya di Desa Pungguang Ladiang yang terdampak banjir untuk dievakusi guna mengantisipasi terjadinya korban akibat meluapnya Sungai Batang Mangor. 

"Kami memaksa warga untuk dievakusi karena masih ada warga yang masih ingin bertahan di rumahnya," kata Sekretaris Daerah Kota Pariaman Afrizal Ashar di Pariaman, Kamis. 

Ia mengatakan pemaksaan tersebut dilakukan karena hujan masih mengguyur daerah itu dan sekitarnya dengan intensitas tinggi sehingga ketinggian luapan air sungai semakin tinggi menggenangi rumah warga. 

Apabila dibiarkan maka dikhawatirkan akan membahayakan kesehatan bahkan nyawa warga yang masih bertahan di rumahnya. 

Ia menyampaikan pihaknya telah meminjam ruko yang berada tidak relatif jauh dari lokasi sebagai lokasi evakuasi korban banjir. 

"Untuk makanan kami memanfaatkan makanan Makan Bergizi Gratis yang tidak konsumsi siswa sebab seluruh sekolah diliburkan," katanya. 

Pihaknya, lanjutnya juga membagikan makanan yang merupakan iuran dari organisasi perangkat daerah Pariaman kepada warga yang terdampak banjir. 

Ia mengimbau seluruh warga Pariaman untuk meningkatkan kewaspadaan karena melihat cuaca ekstrem masih berlanjut. Ia meminta bagi warga yang rumahnya mulai digenangi air untuk dapat segera evakuasi diri agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. 

"Tadi kami telah mengantarkan seseorang warga ke rumah sakit untuk mengikuti perawatan karena kedinginan dan stres," ujarnya. 

Ia kembali meminta seluruh personil TNI dan Polri serta mengintruksikan kepada seluruh aparatur sipil negara untuk memfokuskan membantu menyelamatkan masyarakat.

Akibat banjir di kawasan Desa Pungguang Ladiang tersebut jalan provinsi yang menghubungkan Pariaman dengan Kabupaten Padang Pariaman via Sungai Sariak tidak dapat dilewati. 

Diketahui Pemkot Pariaman pada 24 November 2025 telah menetapkan status tanggap darurat bencana ekstrem yang hal itu berlaku hingga 1 Desember 2025. 


Pewarta : Aadiaat MS
Editor : Jefri Doni
Copyright © ANTARA 2025